Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengelola Konflik dengan Efektif

23 Mei 2024   11:16 Diperbarui: 23 Mei 2024   11:30 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah Konflik itu?

Jika kita mengamati apa yang kita baca, dengar atau tonton melalui banyak media baik yang tertulis ataupun daring, selalu terjadi perbedaan yang berasal dari beragam sumber, bisa dari cara pandang, cara berpikir, cara mengelola, cara memutuskan dan banyak sumber perbedaan lainnya. Ketika perbedaan tersebut menimbulkan pertentangan dan ketidakcocokan satu sama lain, maka perbedaan itu menjadi fenomena yang disebut konflik.

Konflik mempunyai definisi yang berbeda-beda, namun secara umum kita dapat mengatakan bahwa konflik adalah pertikaian atau perselisihan antar individu atau kelompok, di dalam organisasi ataupun di dalam keluarga, yang ditandai dengan adanya perbedaan kepentingan, tujuan, atau sudut pandang. Hal ini dapat terwujud dalam ekspresi terang-terangan seperti pertengkaran atau pertengkaran fisik, serta dalam bentuk yang lebih halus seperti perilaku pasif, agresif atau penarikan diri secara emosional.

Dengan memahami bahwa konflik sebagai sesuatu yang tak terhindarkan, ada yang berpandangan bahwa (1) konflik harus dihindari karena akan memakan enerji dan bahkan biaya yang mahal. Sementara yang lain berpandangan bahwa (2) konflik adalah sesuatu yang alami dan wajar terjadi dalam suatu organisasi. Dan ada juga yang berpandangan bahwa (3) konflik adalah kekuatan positif yang diperlukan agar organisasi agar dapat berkinerja dengan efektif.

Konflik muncul dari interaksi yang kompleks antara berbagai faktor, termasuk perbedaan sudut pandang, kebutuhan yang tidak terpenuhi, gangguan komunikasi, dan ketidakseimbangan kekuasaan. Namun dengan cara mengelola yang efektif, maka konflik akan menjadi sumber peningkatan mutu interaksi yang akan memberikan suasana aman dan menjadikan hubungan personal menjadi lebh kuat.

Unsur Konflik

credit to slideshare
credit to slideshare

Ada enam elemen konflik yang dijelaskan oleh Susan Rice (2008) di dalam skripsinya berjudul Non-Violent Conflict Management: Conflict Resolution Dealing with Anger Negotiation and Mediation:

  • Konflik tidak bisa dihindari. Tidak ada seorang pun yang selalu sependapat dengan orang lain, sehingga konflik akan terjadi dari waktu ke waktu.
  • Konflik itu sendiri tidaklah baik atau buruk. Meskipun membiarkan konflik tidak terselesaikan dapat mengakibatkan dampak negatif, konflik itu sendiri bukan hal baik atau buruk. Terkadang hal-hal baik bisa muncul dari suatu konflik.
  • Konflik adalah sebuah proses. Kita memilih cara merespons. terhadap orang lain yang dapat meningkatkan atau meredakan konflik.
  • Berkonflik dan menghindari konflik sama-sama menghabiskan energi. Menciptakan konflik dan menghindari penyelesaian konflik sama-sama menghabiskan energi yang bisa kita gunakan untuk hal lain.
  • Konflik mempunyai unsur substansi dan perasaan. Meskipun konflik sering kali muncul dari perilaku atau tindakan tertentu, konflik sering kali melibatkan emosi yang mendasarinya. Itu sebabnya argumen yang tampaknya sepele bisa saja mengarah ke masalah yang lebih besar. Jika orang tua dan anak-anaknya bertengkar mengenai membersihkan kamar tidur, hal ini mungkin tampak sepele, namun sebenarnya hal ini dapat menyebabkan permasalahan yang lebih besar, misalnya orang tua merasa anaknya tidak menghormati dirinya.
  • Kita dapat memilih untuk proaktif atau reaktif dalam suatu konflik. Bersikap proaktif selama penyelesaian konflik dapat membawa hasil yang lebih membahagiakan bagi siapapun yang berkonflik.

Kecakapan Mengelola Konflik

Kecakapan mengelola konflik sangat penting dimiliki oleh seorang pimpinan atau manajer. Menurut penelitian dari The American Management Association, 20 persen waktu seorang manajer ternyata digunakan untuk mengelola konflik.

Membingkai Konflik dalam Sudut Pandang yang Positif

credit to Linkedin
credit to Linkedin

Meskipun konflik tidak bisa dihindari, konflik tidak harus bersifat destruktif. Faktanya, jika didekati dengan keinginan menjadi lebih baik dan keterbukaan, konflik dapat menjadi katalisator menuju kedewasaan, pemahaman, dan penguatan hubungan. Berikut adalah beberapa strategi untuk mengubah konflik menjadi positif:

Pilihlah konflik yang dapat dikelola. Tidak semua konflik memerlukan anda untuk mengelolanya. Sebagian konflik hanya membuang waktu atau tidak mungkin dikelola. Jika anda tahu bahwa anda tidak memiliki kelayakan untuk berada di antara orang yang berkonflik, maka sebaiknya jangan ikut serta mengatasinya. Diperlukan orang lain yang memiliki hubungan dan kewenangan dalam menganani konflik yang ada.

Evaluasi Orang Yang terlibat konflik. Agar efektif dalam menangani konflik anda harus tahu benar sifat setiap orang yang terlibat konflik tersebut. Anda akan tahu cara yang mana yang lebih mengena ketika berkomunikasi dengan orang yang berkonflik. Mencari kecocokan cara berkomunikasi adalah seni tersendiri yang dikuatkan dengan kemampuan mengenal diri dan orang lain.

Kenalilah Sumber Konflik. Konflik tidak terjadi diudara kosong. Mesti ada sebab yang membuatnya terjadi. Menurut penelitian ada tiga penyebab konflik yaitu (1) perbedaan komunikasi, (2) perbedaan struktur dan (3) perbedaan pribadi. Untuk sebab no (1) tentu anda harus mencari titik temu cara berkomunikasi, nomor (2) Anda harus melihat secara jeli dari level mana anda harus bergerak atau meminta orang yang secara struktur relevan, sementara untuk sebab (3) maka pemahaman terhadap tipologi orang akan membantu Anda dalam menerapkan cara berkomunikasi yang tepat untuk pribadi yang berkonflik.

Mencari Titik Temu dan Kompromi. Di tengah konflik, berusahalah untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang memiliki kesamaan dan kepentingan bersama. Carilah solusi kreatif yang menghormati kebutuhan dan keprihatinan semua pihak yang terlibat. Tekankan pentingnya kompromi dan kolaborasi, daripada memandang konflik sebagai permainan yang tidak menguntungkan.

Komunikasi yang Terbuka dan Jujur. Mendorong yang berkonflik untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kebutuhannya secara terbuka dan jujur. Ciptakan ruang aman di mana individu merasa didengarkan dan dihargai, tanpa rasa takut akan penilaian atau pembalasan. Komunikasi yang efektif meletakkan dasar untuk menyelesaikan konflik dan membangun saling pengertian.

Kesimpulan

credit to Blossom Educational
credit to Blossom Educational

Konflik merupakan fenomena yang kompleks dan memiliki banyak segi, yang dibentuk oleh berbagai faktor termasuk gangguan komunikasi, nilai-nilai yang berbeda, trauma masa lalu yang belum terselesaikan, perebutan kekuasaan, dan pemicu stres eksternal.

Namun, konflik juga memberikan peluang untuk pertumbuhan menuju kedewasaan, pemahaman, dan hubungan yang lebih kuat jika didekati dengan niat baik dan positif. Dengan memupuk komunikasi terbuka, melatih empati, mencari titik temu, dan menjadikan konflik sebagai katalis pembelajaran, yang berkonflik dapat melewati masa-masa sulit dengan anggun dan tangguh, sehingga menjadi lebih kuat dan bersatu dalam proses tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun