Johari Window
Ada teknik praktis untuk mendapatkan umpan balik tentang kita dari orang lain dan keinginan membuka diri untuk hubungan lebih baik, dengan siapapun yang kita inginkan. Teknik ini diinisiasi oleh Konsep Rumah dengan 2 jendela dan 4 dinding yang menghasilkan 4 kamar. Konsep ini dirumuskan oleh 2 orang psikolog yang berasal dari negara Amerika, yaitu Joseph Luft dan Harry Ingham di tahun 1955 dan diberi nama Johari Window.
Dalam beberapa pelatihan, dalam memaparkan konsep Johari Window, penulis sering menanyakan kepada peserta pelatihan, Johari ini berasal dari daerah mana? Rata-rata peserta mengatakan bahwa nama Johari ini berasal dari daerah Sumatera Barat karena namanya memang terkesan kental dengan nama orang dari Sumatera. Ketika disampaikan bahwa Johari Window dan nama Johari adalah akronim dari 2 nama Joseph dan Harry (Jo-hari), peserta biasanya tersenyum atau mengangguk-angguk.
Johari Window digambarkan secara grafis melalui diagram di bawah ini:
Jika dilihat dari gambar di atas, dapat dipahami bahwa setiap orang memiliki rumah yang dibatasi ruang tengahnya dengan 4 bilah tembok dan 2 buah jendela. 4 bilah tembok itu menjadikan rumah itu memiliki 4 kamar. Kamar,1,2,3,4.
Ada dua orang yang memandang ke rumah tersebut, yang satu adalah diri kita sendiri dan yang kedua adalah orang lain. Diri kita sendiri bisa melihat kamar nomor 1 dan 2 melalui jendela di depan kamar 1 dan 2 ; sementara orang lain bisa melihat ruangan nomor 1 dan 4 dari jendela kamar 1 dan 4.
Dengan adanya dinding tersebut, maka kita dan orang lain sama sama bisa melihat kamar nomor 1 dan kamar nomor 1 disebut kamar Open atau Terbuka.
Kamar nomor 2 hanya kita (kita dalam pengertian Anda sendiri) yang bisa melihat, karena itu disebut ruang Hidden atau Tersembunyi dari orang lain.
Kamar nomor 4 yang bisa melihat hanya orang lain, karena itu disebut kamar Blind atau Buta bagi kita.
Ada kamar Nomor 3 yang dibatasi 2 dinding dan tidak bisa dilihat oleh kita ataupun orang lain. Ruang ini disebut dengan Unknown atau ruang Misteri karena secara kasat mata tidak terlihat. Sebagian ahli menamakan ruang ini sebagai ruang potensi karena dengan berpikir positif, maka ruangan ini bisa menjadi sesuatu yang baik meskipun tidak bisa diduga seperti apa isinya.
Dalam pembahasan bidang ilmu Perilaku Organisasi dikaitkan dengan perangkat yang mampu melihat karakter atau sifat atau perilaku seseorang, maka Ruang 3 yang misterius itu bisa dibuka menggunakan instrumen psikometrik atau alat lainnya yang bisa membuka yang tidak bisa dibuka dengan pengamatan biasa. Instrumen seperti Karakter Dasar model Charles Handy, DISC model Marston, MBTI dan Team Roles Audit dari Meredith Belbin akan membuka kamar 3 dengan hasil pengukuran perilaku atau sifat dasar yang mungkin tidak pernah diketahui atau disadari.
Penjelasan secara lebih detail untuk 4 kamar tersebut adalah sebagai berikut:
Kamar Nomor 1
Kamar Terbuka karena bisa dilihat oleh diri sendiri dan orang lain. Kamar ini adalah yang terlihat secara permukaan dan bisa diketahui atau dipahami oleh hampir semua orang. Yang terlihat di kamar nomor 1 ini misalnya nama, tempat tinggal, sifat umum, bekerja di mana dan sebagainya yang umum diketahui.
Kamar Nomor 2
Kamar ini adalah kamar tersembunyi dimana hanya kita yang bisa melihat. Yang ada dalam kamar ini adalah informasi yang merupakan privasi kita. Berarti kita tidak akan membaginya kepada orang lain kecuali dengan orang yang kita merasa nyaman membaginya.
Kamar Nomor 3
Kamar yang misterius yang tidak dapat dilihat oleh kita dan orang lain. Ruang ini memerlukan alat khusus untuk membukanya. Jika tidak diupayakan maka ruang itu akan tetap misteri.
Kamar Nomor 4
Kamar yang kita tidak bisa melihat namun orang lain bisa melihat. Artinya orang lain bisa berbagi dengan Anda tentang apa yang dia lihat, tentu jika kita siap untuk mengetahuinya.
Bagaimana Meningkatkan Kualitas Komunikasi dan Hubungan Kita dengan Orang Lain?
Rahasia dari komunikasi dan hubungan yang lebih positif adalah bagaimana kita bisa memperbesar ruangan nomor 1, dimana jika ruang itu diperbesar, maka ruang yang kita bisa pahami sama-sama akan semakin besar. Intinya adalah semakin besar ruang nomor 1 berarti semakin kecil ruang yang kita sembunyikan dan semakin kecil pula aspek yang kita tidak bisa lihat sebelumnya.
Disclosure (Pembukaan Diri)
Memperbesar ruangan nomor 1 adalah dengan menggeser ke kiri dinding untuk mengecilkan ruangan nomor 2. Dalam komunikasi sesunguhnya kita mencoba membuka diri dan menginfokan tentang hal yang orang lain tidak ketahui sebelumnya. Otomatis kamar nomor 1 akan lebih besar. Seberapa besar kita akan membuka diri, tergantung kesiapan kita dan orang lain.
Contoh dari hal-hal yang kita buka kepada orang lain adalah misalnya tentang hal-hal yang kita sukai atau kita tidak sukai, informasi tentang anggota keluarga kita, aspek-aspek tentang masa lalu kita dan sebagainya yang biasanya tidak diketahui orang lain kecuali kita yang menginformasikannya
Feedback (Umpan Balik)
Kamar nomor 1 kita juga akan semakin membesar dengan umpan balik tentang kita yang disampaikan orang lain. Yang jadi umpan balik itu adalah informasi tentang diri kita yang kita tidak mengetahui atau kita kurang memperhatikannya. Semakin banyak hal-hal yang kita tahu yang tadinya kita tidak tahu atau tidak disadari, maka akan semakin luas ruang nomor 1 dan semakin kita memahami siapa kita secara lebih dalam.
Hal-hal yang kita tidak ketahui dan disampaikan orang lain, adalah misalnya cara kita bertindak yang biasanya kita sadari, tentang gesture (sikap fisik) kita yang kita lakukan ketika kita dalam tekanan atau sedang tegang yang kita sering tidak sadari.
Hubungan dan Komunikasi lebih Baik
Dengan ruangan nomor 1 yang sama atau relatif sama besarnya antara yang bisa dilihat kita dan orang lain, maka komunikasi akan lebih baik dan keterbukaan akan menjadi dasar peningkatan kualitas komunikasi tersebut. Tentu saja ada aspek-aspek rasa saling percaya yang membuat kita ingin lebih terbuka dan orang lain bersedia berbagi hal-hal yang tidak kita sadari.
Semakin kedua belah pihak ingin memperbesar kamar no. 1, dengan Disclosure dan Feedback, maka akan lebih baik hubungan dan komunikasi kita dengan orang lain.
Lalu ruangan nomor 3, bagaimana memperlakukannya? kita akan bahas di tulisan selanjutnya.
Referensi
Luft, J. (1969) Of Human Interaction: The Johari Model Paperback – January 1, Mayfield Publishing Co
Luft J. and Ingham H. (1955). The Johari Window: a graphic model for interpersonal relations, University of California Western Training Lab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H