Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

4 Tipologi Budaya Organisasi - Model Charles Handy

26 April 2024   11:39 Diperbarui: 26 April 2024   12:59 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

credit to Wordpress
credit to Wordpress

Budaya Kekuasaan bergantung pada satu sumber kekuasaan yang terpusat dalam organisasi. Budaya kekuasaan ibarat jaringan, seperti sarang laba-laba, yang mempunyai ikatan berbeda-beda yang melekat pada titik pusat untuk memfasilitasi dan mengkoordinasikan tindakan atau kebijakan. Kekuatan didistribusikan dari satu sumber di titik tengah. Model ini pada titik tertentu bisa menyebabkan rendahnya semangat kerja dan tingginya pergantian posisi (turnover) pada tingkat manajemen menengah.

Budaya kekuasaan dapat dilihat pada organisasi wirausaha kecil atau perusahaan keluarga. Efektivitas budaya kekuasaan bergantung pada komunikasi pribadi, keyakinan, dan pemahaman. Individu harus mengerjakan apa yang diminta tanpa mengajukan banyak pertanyaan.

Keunggulan sistem ini adalah tidak terjadi penundaan pengambilan keputusan, karena mempunyai satu sumber kekuasaan di pusat, sehingga pengambilan keputusan dilakukan dengan cepat. Masalah terjadi ketika ukuran organisasi membesar dengan banyaknya aktivitas yang berbeda dan jaringan bisa terputus karena rentang dan aktivitasnya. Dalam sistem ini atasan dapat memilih orang-orang pada posisi kunci atas kemauannya sendiri,  jika belum ada personil yang sesuai yang direkrut oleh sistem.

Budaya Peran (Role) – Apollo

credit to Wordpress
credit to Wordpress

Budaya peran adalah budaya birokrasi. Ini adalah budaya yang paling umum digunakan dalam organisasi. Ketika kewenangan didistribusikan secara merata di antara para pemegang jabatan, maka para eksekutif mengendalikan dan mengoordinasikan semua departemen yang berada di bawah wewenang mereka.

Dalam Budaya Peran, prosedur, aturan dan deskripsi pekerjaan lebih penting daripada orang yang melakukan pekerjaan. Dalam budaya ini, promosi diberikan berdasarkan kinerja yang ditunjukkan oleh individu. Kekuatan budaya peran tergantung pada bidang organisasi seperti departemen produksi, departemen keuangan, departemen pembelian, dll.

Organisasi dengan Budaya Peran biasanya berkinerja baik jika pasar stabil dan usia produk panjang. Contoh organisasi dengan Budaya Peran adalah perbankan, ritel, industri minyak dan mobil, perusahaan asuransi, dan pelayanan sipil.

Masalah dengan organisasi berbasis peran dengan model struktur bertingkat ini adalah identifikasi dan reaksi terhadap perubahan cenderung sangat lambat. Organisasi seperti ini tidak akan memuaskan orang yang berorientasi pada kekuasaan dan akan sangat disukai orang yang mendamba kepastian dan rasa aman. Model ini juga disukai untuk orang yang ingin sukses menjalankan suatu peran dan mendapatkan kompetensi profesional tanpa mengambil risiko yang besar.

Budaya Tugas (Task) - Athena

credit to Reserach Gate
credit to Reserach Gate

Budaya Tugas sebagian besar berorientasi pada proses, kinerja dan pekerjaan. Manajemen sebagian besar berkaitan dengan solusi masalah dengan pola kerjasama. Charles Handy merepresentasikan budaya ini seperti jaring persegi yang helai jaringnya ada yang tipis dan tebal. Struktur organisasi matriks ini adalah  di mana proses dan kinerja terletak pada titik pertemuan. Budaya tugas sangat fleksibel dan mudah beradaptasi dengan perubahan dan sangat mengandalkan budaya kerja tim (teamwork).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun