Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kultur Organisasi - Kultur Orang (Person Culture) - Model Charles Handy

22 April 2024   22:06 Diperbarui: 22 April 2024   22:17 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis pernah mendapatkan pekerjaan berkaitan dengan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia mempunyai di suatu Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan Batubara di salah satu Kementerian. Penulis dijadwalkan untuk mewawancarai Kepala Pusat Litbang yang seorang Doktor bidang Geologi dan statusnya masih juga sebagai Fungsional Peneliti Utama, artinya dia termasuk peneliti senior. Pertanyaannya berkisar pada kebutuhan peningkatan kompetensi di unit kerjanya. 

Setelah menjawab beberapa pertanyaan dan penulis meminta ijin merekamnya, pada ujung wawancara, penulis  bertanya tentang perasaannya sebagai kepala Pusat Litbang. Matanya terpejam sejenak dan menghela nafas, lalu menyampaikan bahwa betapa tidak bahagianya dia dengan tanggung jawab barunya sebagai Kepala Litbang. 

6 bulan sebelumnya dia fokus sebagai peneliti di lab atau di lapangan, kini ia harus menghadapi permasalahan karyawan, termasuk masalah keluarga yang dia merasa. Dia merasa waktunya banyak terbuang di posisi barunya itu. Dia merasa hidupnya adalah sebagai peneliti dan bukan pejabat struktural seperti saat ini. Sepertinya dia tipe Dionysus yang cenderung individualistis…

Suatu organisasi yang pas untuk seorang yang memiliki keahlian profesi dan spesifik, di mana dia bisa fokus kepada apa yang dikerjakan terkait keahliannya, adalah organisasi dengan Kultur Orang (Person Culture)

Kita mungkin tahu  bahwa ada organisasi yang karyawannya merasa lebih penting daripada tempatnya bekerja. Organisasi tersebut beroperasi dengan Kultur Orang. Dalam Kultur Orang memang orang-orang sebagai mayoritas memang lebih dipentingkan statusnya daripada organisasinya.

Karyawan pergi ke tempat bekerjanya demi apa yang dikerjakan dan biasanya kurang terikat dengan organisasinya. Mereka kurang loyal terhadap manajemen serta kurang mementingkan organisasinya. Karena mereka merasa nothing to loose. Kalaulah organisasi tidak memerlukan mereka, mereka tinggal pindah ke tempat lain yang akan memanfaatkan keahliannya. Ini bertentangan dengan pandangan bahwa organisasi adalah hal yang utama dan yang lainnya kemudian.

credit to US New Money
credit to US New Money

Ciri-Ciri Kultur Orang

  • Karyawannya percaya bahwa mereka lebih penting dari organisasinya.

Karyawan atau pegawai yang berperan untuk hidupnya perusahaan adalah para ahli yang menyelesaikan tugas yang mutlak memerlukan keahlian mereka. Karena itu wajar jika staf administrasi atau pendukung lainnya menganggap mereka sebagai backbonenya perusahaan. Karena tanpa keahlian mereka maka order pekerjaan tidak akan bisa diselesaikan dan perusahaan tentu akan kehilangan pemasukan.

  • Organisasi penuh dengan orang terlatih yang memiliki keahlian yang serupa.

Jika kita lihat organisasi seperti rumah sakit, tentu terdiri dari para dokter yang bekerja sebagai pemain paling penting. Rumah sakit tanpa dokter dan perawat tentu tidak akan ada yang datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Demikian juga dengan perguruan tinggi yang terdiri dari para dosen yang menjadi tulang punggung dari sekolah tersebut. Sama halnya dengan sekolah juga.

Jadi memang status pengajar amat penting dan jika tidak diperlakukan dengan baik lalu para pengajar di kampus atau para dokter di rumah sakit, maka kinerja organisasi pasti akan terganggu.

credit to Research Development
credit to Research Development

Ada perusahaan yang mempekerjakan para pegawai dengan profesi yang khusus misalnya  firma hukum yang biasanya mengambil nama dari salah satu pengacara paling berpengaruh,  lembaga litbang, lembaga survey pasar, perusahaan konsultansi dan pelatihan.

Para pegawai dari perusahaan-perusahaan ini didukung oleh para admin dan tenaga yang non-profesi untuk menjalankan bisnisnya. Jadi direktur perusahaan ini biasanya lebih sebagai pengelola admin dan keuangan. Untuk maju ke lapangan adalah para profesional ini. Di satu sisi ada juga perusahaan sejenis yang dipimpin oleh profesionalnya, namun tetap dia memerlukan staf admin untuk menjalankan bisnis.

  • Kewenangan adanya di kelompok-kelompok para ahli atau pakar

Benar bahwa ketergantungan organisasi pada kelompok pakar atau ahli sangat besar. Suatu perusahaan yang mengelola bidang litbang tentang minyak dan gas bumi akan memiliki kelompok ahli bidang Geologi, Bidang Migas, Bidang Eksplorasi dan Eksploitasi. Kelompok-kelompok ini memegang kendali dari tugasnya. Hasil pekerjaan benar-benar tergantung kepada mereka. Jika hasil pekerjaan terlambat atau tidak terselesaikan, maka sulit bagi mendapatkan bagian lain untuk menggantikannya.

Sesungguhnya di organisasi manapun fakta dan data penting, namun untuk organisasi dengan kultur ini menjadi pusat perhatian. Segala aspek dalam organisasi memerlukan data dan fakta untuk argumentasi atau penyelesaian masalah. Membahas banyak aspek dalam organisasi umumnya dipandang dari sudut fakta dan data. Jika ada perselisihan di dalam menjalankan organisasi, biasanya akan bisa diredam melalui pembahasan fakta dan data sebagai acuan.

credit to Starred
credit to Starred

Kelemahan dari Kultur Orang

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai potensi kelemahan atau masalah adalah:

  • Organisasi Kurang Tanggap Terhadap Perkembangan di luar

Para pemain utama di dalam organisasi ini memang fokus apa yang mereka kerjakan dan sering kurang tanggap terhadap perkembangan di luar. Mereka sering terlalu yakin dengan dirinya dan kurang suka jika diberikan aturan  atau masukkan yang harus dipenuhi yang bertentangan dengan keyakinan mereka.

credit to Rock Digital
credit to Rock Digital

Kita mungkin ingat dengan Blackberry yang kadang disebut BB (dikembangkan oleh Research in Motion di Kanada) yang sangat berjaya ketika orang menggunakan email sebagai alat komunikasi dan email dibuat sederhana dalam smartphone. Ketika ada perkembangan smartphone mulai menggunakan Android, Blackberry tetap menggunakan BlackBerry OS sebagai sistem operasinya. Para petinggi dan pendiri yang juga adalah  tulang punggung perusahaan tetap yakin dengan Blackberry OS yang saat itu diperhitungkan sudah kurang fleksibel. Mereka tidak mengubah OS (operating system) nya tapi mengubah hanya disain dan modelnya dengan layar sentuh, sesudah model tombol terasa kuno. Namun pergeseran itu terlambat dan membuat BB tidak laku di pasaran. 2 tahun yang lalu (2022) Blackberry tutup untuk divisi smartphonenya dan hanya fokus di Cybersecurity.

bb-crackberry-66267c951470933ef91c2762.jpeg
bb-crackberry-66267c951470933ef91c2762.jpeg
credit to Crackberry
  • Organisasi bisa lumpuh jika terjadi sebagian pegawai yang keluar

Jika terjadi eksodus dari pegawai yang ahli di bidang masing-masing, maka perusahaan atau organisasi bisa kolaps karena tidak ada yang mengerjakan tugas tugas utama. Begitu juga jika ada sebagian saja yang keluar, namun berperan dalam divisinya, juga akan membuat divisi tersebut terhambat dalam penyelesaian tugasnya.

Kepergian personil tersebut bukan saja karena ada pekerjaan yang lebih menarik, tapi bisa juga karena perusahaan lain yang membajak para pegawai yang sudah kompeten dan tidak perlu susah susah melakukan rekrutmen.

  • Investasi Mahal untuk Mengefektifkan Pelaksanaan Pekerjaan 

Untuk bidang-bidang tertentu diperlukan investasi peralatan kerja yang umumnya berbiaya tinggi. Misalnya untuk bidang terkait dengan Migas, diperlukan jenis jenis alat pengetesan, Laboratorium dan perlengkapan lapangan yang tidak murah harganya, namun sepadan dengan returnnya. Jika tidak diadakan, maka kualitas kerjanya bisa menurun karena terhambat ketiadaan alat. Artinya memang diperlukan investasi yang besar untuk memberikan para ahli ‘mainan’ untuk bekerja lebih efektif.

Charles Handy (2000) menyebut Kultur Orang ini dengan Kultur Eksitensial karena berkaitan dengan eksistensi individu di dalam organisasi. Eksistensial artinya bahwa keberadaanya dalam kehidupan, meskipun diatur oleh sistem Tuhan semesta, mereka yakin bahwa nasibnya ditentukan oleh mereka sendiri.

credit to Shortpedia Voices
credit to Shortpedia Voices

Organisasi atau perusahaan bisa saja memasukkan para ahli ini ke dalam Kultur Tugas dengan memberikan mereka beragam tugas yang sesuai dengan keahlian dan memotivasi jika menyelesaikan tugasnya dengan standar tertentu, mereka akan mendapatkan bonus. Ini adalah upaya agar para Dionysus yang biasanya ada di Kultur Orang disiasati agar bisa menjadi bagian dari Kultur Tugas dan tetap menjalankan tugasnya dengan apik.

Penulis pernah mengamati suatu lembaga litbang minyak dan gas bumi yang terdiri dari para ahli perminyakan dan gas bumi. Mereka dikelompokkan ke dalam divisi-divisi terkait Proses, Eksplorasi, Eksplorasi dan Gas Bumi.  Disepakati pada pertemuan internal bahwa keberhasilan bonus dan tunjangan kerja tergantung dari seberapa banyak dan seberapa cepat mereka mendapatkan dan menyelesaikan job dari klien luar. Akhirnya karena adanya target tersebut mereka agak mengabaikan eksistensialisme mereka dengan memahami bahwa nasib mereka juga ditentukan oleh target tugas yang harus dilaksanakan.

credit to Emotional Badass
credit to Emotional Badass

Saat ini sedang bertumbuh para profesional baru yaitu orang yang mendefinisikan dirinya dengan keahlian yang bisa dia jual. Sebelumnya mungkin hanya dokter, pengacara, dosen, guru; sekarang ada Analis Data, Programmer, Peneliti, Disainer, Konsultan, Ahli IT dan sebagainya. Mereka ini sekarang memandang dirinya sebagai profesional independen yang meminjamkan namun dengan bayaran keahliannya kepada suatu organisasi atau perusahaan. Nah, akan makin banyak yang akan meramaikan pembentukan organisasi dengan Kultur Orang (Person Culture). Bravo!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun