Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kultur Organisasi - Kultur Peran - Model Charles Handy

21 April 2024   21:47 Diperbarui: 22 April 2024   20:03 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah Satu ruang kerja di Google - Insider Business

Tidak ada yang tidak tahu google, sang mesin pencari yang hebat. Google memiliki kantor yang mendorong timbulnya kreativitas dan kolaborasi diantara para pegawainya. Ada aspek – aspek yang menjadi model kerja di Google, yaitu:

  • Ruang Kerja yang Inovatif yang bersuasana rileks, nyaman dengan makanan dan minuman tinggal ambil. Ruang kerja ini dirancang agar terstimulasi kreativitas dan terdorong interaksi di antara pegawai dari berbagai tim dengan cakupan tugas yang jelas.
  • Di samping ruang kerja yang inovatif, google juga merancang pola kerja hibrid di mana 3 hari di kantor dan 2 hari di luar kantor, tapi semua selalu terhubung. Perlengkapan komunikasi juga disiapkan agar bekerja di manapun tidak akan terhambat.

Salah Satu ruang kerja di Google - Insider Business
Salah Satu ruang kerja di Google - Insider Business

Google mempekerjakan pegawai yang memiliki semangat atau ambisi dan memiliki rekam jejak yang jelas dalam pencapaian karirnya serta mampu menciptakan suasana kerja yang dinamis dan inovatif. Karena itu semua pegawai bekerja berbasis tugas dan penuh dengan target capaian yang ditetapkan dan mereka bekerja dalam tim-tim.

Salah Satu ruang kerja di Google - Insider Business
Salah Satu ruang kerja di Google - Insider Business

Pola Kerja

Berbicara tentang pola kerja di kantor Google, para pegawai cenderung tidak ada yang menonjolkan diri, yang penting adalah semua tugas terlaksana sesuai standar yang disepakati.

Fokusnya selalu pada tugas. Jika suatu tugas telah selesai atau hampir selesai, anggota tim sudah siap merambah tugas yang baru. Jeda antara satu tugas dan tugas lainnya kadang sangat pendek atau tidak ada sama sekali. Mereka bekerja bagaikan mesin namun dengan tantangan yang diupayakan berbeda dari sebelumnya. Karena biasanya pegawai dalam kultur ini mudah bosan dengan pengulangan.

Kalaulah suatu tim berhasil menjalankan tugas atau menggapai target, maka kepuasan dan kebahagiaan dirasakan oleh semua anggota timnya. Setiap anggota tim merasa bahwa mereka saling terikat satu sama lain, sehingga solidaritas antar anggota tim kuat dan siap saling membantu. Yang jelas mereka orang-orang yang kompeten dan bekerja dengan kalkulasi yang masuk akal, tak ada spekulasi atau untung-untungan.

Salah Satu ruang kerja di Google - Insider Busines
Salah Satu ruang kerja di Google - Insider Busines

Tak diragukan bahwa kultur yang ada di kantor Google ini adalah Kultur Tugas (Task Culture) seperti yang digagas Charles Handy dalam bukunya Inside Organizations (1990) dan Gods of Management (2000). Perusahaan serupa Google berada di area bisnis dengan intensitas tugas beragam dan tinggi dan dikerjakan oleh pegawai yang fokus pada tugas dan target seperti perusahaan advertising, event organizers, satuan tugas penanggulangan bencana, tim lapangan PMI, tim penjualan produk elektronik dll.

Ciri-ciri Kultur Tugas

Beberapa ciri khas dari organisasi dengan kultur tugas:

  • Dibentuk untuk mengatasi permasalahan tertentu

Suatu tim atau kelompok pegawai yang dibentuk untuk mengatasi suatu masalah memang terdiri dari orang-orang yang kompeten pada bidang tugasnya. Artinya suatu tim akan terdiri dari anggota dengan beragam keahlian yang akan dipakai sesuai kebutuhan.

  • Kewenangan didapatkan dari keahlian, khususnya untuk tim yang memerlukan keahlian sebagai standar kerja.

Anggota tim akan saling mendukung dengan keahlian masing-masing. Layaknya suatu tim sepakbola dimana ada yang berfungsi dan ahli sebagai penyerang, pemain bertahan dan juga pemain tengah yang membaca arah permainan. Setiap anggota tim saling menghargai satu sama lain dari keahlian masing-masing. Jadi bukan jabatan yang menjadi power tapi keahlian.

  • Sumber Kewenangan tidak hanya satu

Karena organisasi seperti tim ini memiliki banyak anggota yang ahli sesuai bidangnya, sumber power atau kewenangan adanya tidak di satu orang, tapi lebih dari satu. Kalaupun ada pimpinan organisasi, fungsinya lebih sebegai koordinator.

  • Organisasi berbentuk jaring atau matriks

Organisasi berbentuk matriks atau jaring untuk menunjukkan bahwa relasinya bersifat horizontal dengan simpul-simpul pertemuan di beberapa titik sebagai ciri bahwa satu dan anggota yang lain secara horizontal saling terhubungan dan menyelesaikan tugas secara bersama dan dengan gerakan bersama pula.

  • Tidak masalah dengan tantangan baru

Justru bagi anggota organisasi dengan kultur tugas ini memerlukan selalu tantangan baru karana tantangan adalah sumber energi kerjanya setiap anggota. Karena itu harus selalu disiapkan tantangan baru pada setiap tugas. Tidak harus benar-benar baru, namun setidaknya ada bagian lebih menantang daripada sebelumnya.

Kelemahan Kultur Tugas

  • Suatu tim bisa mengembangan tujuan sendiri

Suatu tim yang kuat dan selalu berhasil menjalankan tugasnya, pada saat tertentu bisa saja memiliki suatu tujuan lain yang diluar tujuan utama. Hal itu terjadi karena kreativitas anggota tim yang sering suka mencoba sesuatu yang baru dan berbeda. Kalau kendali tidak kuat dari pimpinan tim, maka bisa suatu tim yang kuat menciptakan sesuatu yang sesuai dengan pola kerjanya, tantangan. Apalagi kalau tugasnya merupakan ulangan yang kesekian, akan ada kebosanan yang bisa menimbulkan ekses yang tidak diinginkan.

  • Terganggu jika ada anggota tim yang mau tampil sendiri

Organisasi ini menyukai suatu kerjasama dan keberhasilan yang dirasakan bersama. Anggota umumnya merasa bahwa semua anggota memiliki kontribusi terhadap capaian yang ada. Andaikan ada anggota yang merasa bahwa dia yang paling berjasa dalam penyelesaian tugas, maka biasanya akan membuat anggota lainnya mengernyitkan alisnya tanda tidak cocok untuk organisasi ini.

  • Kurang bersemangat jika tugasnya tidak memberi tantangan atau mengulang tugas yang sama

Anggota organsasi ini tidak mengenal lelah. Selama masih ada tantangan baru, maka semangatkan akan terus meningkat. Yang menariknya adalah kalau tugasnya tidak menantang alias terlalu mudah atau mengulang tugas serupa sebelumnya dan dilaksanakan dengan cara yang sama, maka semangat kerjanya akan menurun.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun