Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Dikotomi Ilmu Agama dan Non-Agama

28 Maret 2024   13:06 Diperbarui: 31 Maret 2024   09:13 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering tergelitik dengan ungkapan seseorang yang mengatakan bahwa ilmu agama itu lebih penting dari ilmu non-agama? yang jadi pertanyaannya apakah dikotomi ilmu agama dan non-agama itu benar? Kebetulan pula ilmu yang saya pelajari dan kuasai bukan ilmu agama atau yang masuk kriteria ilmu non-agama. Lalu apakah kita akan merasa kurang bermakna mempelari ilmu non-agama karena dianggap tidak pas untuk kehidupan di akhirat nanti.

Islam dan Sains

Nabi Muhammad mendapatkan wahyu pertama dari Allah SWT pada 17 Ramadhan yaitu Surat Al-Alaq yang intinya adalah tentang ilmu pengetahuan yang dimaknai dengan kata iqra atau bacalah. Surat Al-Alaq lengkap adalah:"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya " (QS. Al-Alaq: 1-5). Di surat ini yang dimaksud baca dalam pandangan penulis adalah belajar melalui beberapa moda seperti menyimak, mengamati dan menginferensi. Jelas bahwa yang dibaca adalah pengetahuan dengan diberikan contoh penciptaan manusia dari segumpal darah. 

juga kata kalam juga merupakan alat tulis dan yang ditulis tentu tulisan. Melalui surat ini Allah SWT memberikan pemahaman tentang membaca atau belajar dan alat tulis sebagai perantara. Aspek terakhir ini menunjukkan bahwa manusia membuat kodifikasi agar apa yang ditulis bisa dipahami secara universal.

Dari pemahaman awal ini, Islam mengenal ilmu pengetahuan dan kodifikasi dalam menyampaikan pemikiran melalui tulisan adalah hal utama dalam ajaran yang dibawa wahyu pertama ini. Jika hal ini dijadikan dasar, maka sesungguhnya tidak ada dikotomi Ilmu Agama dan Non-Agama. 

Semua ilmu ada dalam adalah ketentuan alam yang tertuang sebagai sunnatullah. Al-Ghazali seorang ulama sufi yang pemikirannya banyak menjadi rujukan mengatakan, bahwa seluruh ilmu tercakup dalam maha karya dan sifat-sifat Allah, dan AlQur’an adalah penjelasan tentang seluruh esensi, sifat dan karya Allah SWT. AlQuran bagai lautan yang tak bertepi, dan jika andaikan air lautan itu menjadi tinta untuk menjelaskannya, niscaya air lautan itu akan habis sebelum kata-kata Allah SWT itu berakhir (lihat Al-Ghazali, 11329 H: 9, 32).

As-Suyuti memandang sama yaitu bahwa al-Qur’an itu mengandung seluruh ilmu-ilmu klasik dan modern. Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW  itu mencakup seluruh aspek terkait. Tidak ada bagian atau problem dasar suatu ilmu pun yang tidak diliput di dalam al-Qur’an (As-Suyuthi, 1979, I: 1).

Dalam AlQur'an banyak menyatakan bahwa Ilmu itu merupakan hal utama. Di dalam Surat Albaqarah 31-32 tertulis:

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian diperlihatkan kepada Malaikat dan berfirman: ‘Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda itu, jika kamu memang orang-orang yang benar’. Mereka menjawab: ‘Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Engkau Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana ".

Di Surat Azzumar ayat 9 Al-Qur’an juga menandaskan:

“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’. Sesungguhnya orang yang berakal orang yang dapat menerima pelajaran” (QS. Ak-Zumar: 9).

Selanjutnya dalam Surat Al-Ankabut 43 diperkuat dengan kata-kata: "dan perumpamaan ini kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (QS. Al-Ankabut: 43).

Dari penjelasan di dalam Al-Quran tersebut dapat disarikan bahwa ilmu yang dimaksud adalah segala ilmu yang tentunya bermanfaat bagi kehidupan. Pengetahuan dan pemahaman terhadap apapun menunjukkan bahwa yang utama adalah ilmu atau apa yang kita ketahui.

Apakah perlu dibedakan antara Ilmu Agama dan Ilmu Non-Agama?

Bagi penulis persoalannya bukan Ilmu agama dan non-Agama, tetapi lebih kepada untuk apa tujuan adanya ilmu tersebut,  karena pada dasarnya Ilmu adalah alat dan bukan tujuan utama. Dengan konsep dan pemahaman dasar bahwa semua ilmu dari Allah, maka terminologi 'ilmu agama' dan ilmu 'non-agama' hanya baik dipakai pada peristilahan sehari-hari dengan pengertian yang sempit. 

Yang diperlukan adalah ada prioritas di mana seorang muslim perlu menguasai ilmu atau pengetahuan yang berkaitan dengan ibadah fikih dan syariah dan ketauhidan, misalnya imu tentang shalat, puasa, zakat dan haji. Juga tentang keimanan kepada keesaan dan kekuasaan Allah SWT.

Para pemikir Islam di abad duapuluh setelah Seminar Internasional Pendidikan Islam di Makkah pada tahun 1977, menyusun klasifikasi ilmu dalam dua golongan, yaitu: 

  • Ilmu abadi (perennial knowledge) yang berdasarkan pada wahyu Ilahi dalam al-Qur’an dan al-Hadis serta segala yang dapat diambil dari keduanya;
  • Ilmu yang diusahakan/dicari (inquired knowledge) termasuk sains kealaman dan terapannya (teknologi) yang dapat berkembang secara kualitatif (Quraish Shihab, 1992: 62-63).

Pada dasarnya kategori ilmu dari Seminar tersebut di atas hanya penggolongan terhadap jenis ilmu dilihat dari cara meraihnya. Tidak sama sekali menyatakan bahwa yang satu adalah ilmu agama dan yang lainnya ilmu non-agama. 

René Guénon credit to sirajuddin.com
René Guénon credit to sirajuddin.com

René Guénon, seorang intelektual dan penulis yang masuk Islam dengan nama Abdul Wahid Yahya dalam abdul Muta'al, 1980, menulis:

“Setelah saya mempelajari secara serius ayat-ayat al-Qur’an dari kecil yang terkait dengan ilmu pengetahuan alam dan medis, saya menemukan ayat-ayat al-Qur’an yang relevan dan kompatibel dengan ilmu pengetahuan modern. Saya masuk Islam karena saya yakin bahwa Muhammad saw. datang ke dunia ini dengan membawa kebenaran yang nyata, seribu tahun jauh sebelum ada guru umat manusia ini”. Selanjutnya ia menegaskan: “Seandainya para pakar dan ilmuwan dunia itu mau membandingkan ayat-ayat al-Qur’an secara serius yang terkait dengan apa yang mereka pelajari, seperti yang saya lakukan, niscaya mereka akan menjadi muslim tanpa ragu, jika memang mereka berpikir objektif” (Abdul Muta’al, La Nuskha fi al-Qur’an, Kairo, Maktabah al-Wahbiyyah, 1980 h. 8).

Kesimpulan

Dengan penjelasan dan pembahasa di atas, pada dasarnya tidak ada dikotomi bahwa ada ilmu agama dan ilmu non-agama. Karena semua ilmu datangnya dari Allah SWT dan melingkupi semua aspek kehidupan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi misalnya Isra' Mi'raj, teori asal mulai alam semesta, soal peredaran planet di sistem tata surya, pergeseran tanah, bagaimana turunnya hujan dan asal kehidupan dari tanah dan air, lubang cacing di angkasa atau lubang hitam. Peristiwa-peristiwa tersebut menyangkut ilmu fisika, geologi, fisika kuantum, biologi dan astrofisika. 

Masih banyak jenis ilmu yang tidak penulis paparkan yang dijelaskan oleh AlQuran. Tidak akan ummat bisa tercerahkan dan dibantu lebih yakin terhadap apa yang pernah diceritakan AlQuran, jika tidak ada penjelasan dari ilmu pengetahuan atau sains tentang fenomena alam yang terjadi. sesungguhnya AlQuran tidak hanya sebagai penjelas dari yang ada di alam semesta ini, namun AlQuran juga sebaiknya bisa dijadikan sumber ilmu untuk dieksplorasi dan bukan hanya pembenaran dari fenomena yang sudah terjadi. 

Referensi

Al-Ghazali .1975. Ihya ‘Ulum al-Din, jilid I & V, Libanon: Dar al-Ma’arif.

Al-Suyuthi, Jalaluddin .1979. Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Juz I, Beirut: Dar al-Fikr.

Ghulsyani, Mahdi .1991. The Holy Qu’an and The Science of Nature, terj. Agus Effendi, Bandung: Mizan.

Abdul Muta’al. 1980. La Nuskha fi al-Qur’an, Kairo, Maktabah al-Wahbiyyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun