“ Tak bisa saya bayangkan mengapa kedua pasangan tersebut menikah,” ujar saya. “ Mereka terlihat selalu tidak akur dalam hampir semua hal –mulai dari topik politik, sampai masalah cara mendidik anak-anak mereka.”
“ Saya kira kamu melupakan sesuatu,” kata istri saya. “ Mereka sesungguhnya memiliki kesamaan dibalik ketidakakuran tersebut, yaitu rasa suka yang sama terhadap alam pedesaan dan keluarga, mereka juga memiliki prioritas yang sama terhadap rumah dan kehidupan keluarganya, keyakinan dasar yang sama dalam bekerja dan kejujuran. Apa yang kamu lihat dan dengar hanyalah apa yang ada di permukaan dari sesuatu yang lebih dalam, yang telah mereka miliki dan jalani selama 25 tahun bersama-sama.”
“Hmmm, tapi saya kira minyak dan air tidak bisa bercampur kan ? dan tentunya tidak bisa menghasilkan hubungan yang sesungguhnya.”
“ Wah kamu keliru. Mereka bukan minyak dan air tapi minyak dan bensin yang dapat menyatu, karena pada dasarnya mereka adalah sama. Hidup akan sangat membosankan jika kita selalu setuju setiap saat. Apa yang membuat suatu perkawinan bahagia, adalah kepercayaan dan rasa percaya diri yang memungkinkan seseorang dapat berbeda pendapat mengenai hal-hal kecil dan juga akan bersepakat untuk hal-hal yang lebih besar.”
Saya pikir hal tersebut berlaku juga bagi kerja kelompok atau team work dalam organisasi.
(Inside Organization – 21 ideas for managers – Charles Handy –BBC Book 1990)
Model Gaya Interaksi Sosial (Social Styles) digagas oleh Roger Merril dan David Reid dalam bukunya Personal Styles and Effective Performance[1] yang membahas tentang konsep dari gaya interaksi sosial dan penerapannya, Merrill dan Reid mengidentifikasi 4 perilaku dasar yang direpresentasikan dalam 2 buah sumbu dari suatu lingkaran perilaku. Perumusan Gaya Sosial versi Merrill dan Reid ini diilhami oleh penelitian yang dilakukan oleh Charles Osgood dan rekan-rekannya yang lain[2] yang menemukan perbedaan makna dari suatu ungkapan yang dikaitkan dengan perilaku dalam interaksi sosial seseorang.
Model gaya interaksi sosial ini dicerminkan oleh 2 penggolongan ungkapan yang membentuk dasar dari dua pertanyaan dalam suatu rentang yaitu,sbb:
- Sejauh mana seseorang menginginkan kendali dalam suatu hubungan interaksi?
- Sejauh mana emosi seseorang terlibat di dalam suatu interaksi?
Skala Pengendalian
Skala ini mengukur tingkat dominasi (dominance) dan kepatuhan (submissiveness)