Mohon tunggu...
Didar Hadrian
Didar Hadrian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta

Suka bermusik dan fitness

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Culture Shock Mahasiswa Indonesia Kuliah di Luar Negri

11 Januari 2023   10:45 Diperbarui: 11 Januari 2023   10:49 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Salah satu culture shock yang dialami mahasiswa Indonesia dalam melakukan pendidikan di luar negeri adalah berberapa hal yang kadang dilupakan karena antusiasme yang tinggi di tengah menempuh pendidikan. Meski mahasiswa tersebut sudah berhasil memahami bahasa asing yang digunakan di negara asing dalam memperoleh pendidikan, namun hal tersebut bukan hanya masalah utama yang dihadapi dalam melakukan hubungan yang baik dengan lingkungan baru yang ada di luar negeri. Kendala dalam melakukan komunikasi ini dirasakan pada proses adaptasi berkaitan dengan budaya yang sangat berbeda dibandingkan negara asal yang dimiliki. 

Adapun perbedaan budaya yang ada termasuk meliputi sosial, perilaku, adat istiadat, agama, pendidikan, norma dalam masyarakat, dan bahasa. Pemahaman akan memahami budaya asing yang masuk dalam diri individu selanjutnya dipengaruhi oleh tingkat perbedaan budaya yang terjadi antara lingkungan asal dengan lingkungan baru yang ada di individu.

Kendala komunikasi tidak dipungkiri merupakan kesulitan utama yang dirasakan di negara tujuan pendidikannya. Kesulitan yang dialami oleh individu dipengaruhi oleh adanya berbagai masalah, seperti adanya diskriminasi ras, masalah bahasa, kesulitan akomodasi, pantangan makanan, kesulitan finansial hingga timbulnya salah pengertian dan kesepian. Berbagai kesulitan yang dihadapi individu dalam memahami berbagai nilai budaya yang ada di dalam masyarakat selanjutnya memberikan tekanan yang berat yang juga disebut sebagai culture shock. 

Ward (2010) menyebutkan bahwa salah satu hal yang menyebabkan adanya culture shock dalam diri individu merupakan suatu tahapan aktif yang kemudian melibatkan affective, behavior, dan cognitive dalam diri individu berkaitan degan bagaimana seseorang tersebut berperilaku dan berpikir dalam menghadapi berbagai pengaruh dalam budaya kedua yang hadir.

Culture shock secara spesifik juga memberikan kendalam dalam berkomunikasi antara satu sama lain, hal ini berkaitan dengan cara individu berkaitan dengan kurangnya kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang timbul karena perbedaan cara berkomunikasi dan latar belakang budaya yang dimiliki. Ketika mengalami culture shoco, salah satu perilaku yang ditunjukkan adalah perasaan bingung, kesulitan dalam beradaptasi dan melanjutkan proses kehidupan seperti biasanya karena berada di lingkungan yang tidak familiar, hingga lebih jauh dapat menyebabkan kecemasan yang tinggi dan kesedihan. 

Salah satu rasa rindu yang tinggi terhadap kampung halaman ini juga disebut sebagai home sick. Yang mana home sick tersebut merupakan salah satu efek yang didapatkan dari culture shock yang dialami oleh individu dalam menghadapi lingkungan baru.

Culture shock juga sudah banyak dibahas oleh berbagai mahasiswa Indonesia yang berkuliah di luar negeri dalam berbagai akun media sosial yang dimiliki. Salah satu mahasiswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan sarjana ke luar negeri adalah Jerome Polin. Dalam akun Youtube-nya yang diberi nama Nihongo Mantappu, ada beberapa culture shock yang dialami ketika sampai di Jepang, diantaranya adalah:

1.Kesulitan dalam melakukan komunikasi bersama dengan orang asal Jepang. Sebab, ketika berada di sekolah bahasa, komunikasi dilakukan secara hati-hati dan pelan-pelan untuk dapat memproses kalimat dan kata yang lebih mudah dipahami. Namun pada pelaksanaannya ternyata orang Jepang dalam berbicara lebih cepat dari yang dilakukan di sekolah bahasa, sehingga ketika awal-awal berkomunikasi Jerome sempat mengalami delay dalam memproses setiap pesan yang disampaikan oleh lawan bicaranya.


2.Pola pikir dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Salah satu perbedaan pola pikir dalam menjalankan kegiatan yang dirasakan oleh Jerome adalah bahwa orang Jepang cenderung cepat dalam melakukan apapun, misalnya ketika berjalan orang Indonesia umumnya santai dan tidak tergesa-gesa. Sementara, orang Jepang cenderung cepat dalam memburu waktu. Jika tidak dapat menyeimbangkan langkah, otomatis individu akan tertinggal dengan teman lainnya. 

Selain itu, dalam melaksanakan sauna, orang Jepang memiliki perbedaan yang kentara, yaitu melepas seluruh baju dan beremdam bersama dengan pengunjung lainnya dalam satu kolam yang sama. Di Indonesia, ini menjadi hal yang sangat tabu dan termasuk dalam privasi yang tidak dilakukan bersama-sama.

3.Persoalan Hubungan
Dalam menjalankan hubungan bersama dengan pasangannya, orang Jepang disebutkan Jerome berani melakukan hubungan seks. Bahkan dalam salah satu video yang diunggah dalam akun media sosialnya, teman Jerome mengaku shock ketika mengetahui Jerome tidak pernah pacarana atau melakukan hubungan seks bersama dengan lawan jenis. Di Indonesia, hal ini sudah menyalahi budaya Timur yang dijunjung kuat oleh masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun