Maka berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka penulis menyarankan agar sekolah melakukan pemetaan atau tes minat dan bakat bagi seluruh siswa didiknya, dimaksudkan dengan hasil dari setiap minat dan bakat yang ada itu, dapat dipetakan bidang-bidang apa saja yang perlu diarahkan oleh guru, agar kemampuan belajar dan efektifitas belajarnya berhasil dengan persentase yang besar. Penulis dalam hal ini, menekankan bahwa, guru dan orang tua siswa dapat bekerja sama secara erat, mengetahui potensi anak didiknya yang menjadi sebuah kekuatan, dan juga guru dan orang tua harus memahami kekurangan dan kelemahan dari siswa atau anak didiknya dalam bidang-bidang tertentu, sehingga kedua orang tua dapat bekerja sama serta bahu-membahu melakukan usaha besar, dalam mendidik dan mengarahkan seorang anak manusia dengan segala potensinya, bukan berpangku tangan serta pasif dan menyerahkan sepenuhnya kepada lembaga pendidikan atau kepala sekolah.
- Dekatkan anak didik dengan dunia usaha industri dan terapkan lingkungan yang semirip mungkin dengan etos kerja dunia kerja seperti kedisiplinan, rasa tanggung-jawab, problem solving dalam keseharian, kerjasama, brain storming/diskusi dua arah, dan lain sebagainya.
Manajerial skill adalah sebuah skill yang menentukan dalam abad modern ini, baik dalam lembaga pendidikan, dunia industri atau organisasi bisnis, dunia perbankan dan seluruh bidang kehidupan sosial dan kemasyarakatan, kemampuan manajerial skill adalah skill unggulan dalam memimpin sebuah organisasi bisnis ataupun organisasi non profit. adapun manajerial skill tersebut meliputi koordinasi, supervisi, brains storming, diskusi, adu argumentasi serta kedewasaan sikap dan fikiran, merupakan salah satu contoh dari kemampuan yang mesti dilatih peserta didik di ruang-ruang kelas. Maka dari pada itu, diskusi interaktif antara peserta didik dan guru merupakan salah satu contoh, melatih peserta didik untuk membangun kemampuannya sejak dini.Â
Selain itu kedewasaan mental dan psikologis peserta didik juga mesti diperhatikan, kedewasaan untuk menerima pendapat yang berbeda antara lawan diskusi serta saling hormat-menghormati antara rekan diskusi perlu dilatih sedini mungkin, guna melatih siswa bersikap secara bijak dan tidak terganggu dengan perbedaan pandangan maupun pendapat. Ada pula sikap dan etos bekerja dan belajar perlu ditanamkan di lembaga pendidikan sedini mungkin oleh guru kepada siswanya, seperti contoh jadwal piket kelas, guru wajib memonitor pelaksanaan dan kepatuhan siswa didik terhadap kebijakan yang sudah dibuat secara bersama-sama antara peserta didik, jangan dibiarkan peserta didik untuk melalaikan tugas dan tanggung jawabnya terhadap kesepakatan bersama. Kepatuhan terhadap piket kelas, adalah untuk melatih rasa tanggung-jawab siswa didik, serta disiplin siswa terhadap lingkungannya di sekolah, agar mereka terbiasa melakukan pekerjaan dengan rasa tanggung-jawab penuh di dunia usaha/industri.
Adapun contoh lain adalah buatlah sebuah tugas kelompok antara peserta didik, untuk melakukan sebuah proyek pekerjaan bersama, dalam bidang apa saja yang didiskusikan antara peserta didik dan setiap kelompok dan beserta anggotanya, harus bahu-membahu melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung-jawab yang telah disepakati. contoh proyek kelompok "Penjualan UMKM Bakso" maka anggota dalam kelompok tersebut harus diberikan tugas dan tanggung jawab, sesuai dengan kesepakatan kelompoknya seperti ada anggota yang menyiapkan stand/tempat jualan, ada yang bertugas untuk membeli bahan baku, ada yang bertugas untuk mengolah bahan baku, menjadi produk bakso, ada anggota yang bertugas untuk menyiapkan alat-alat masak, serta ada bagian peserta yang bertugas untuk menjual dagangan tersebut. Latihan-latihan proyek tersebut, dapat bermanfaat bukan untuk mengukur hasil ekonomis, akan tetapi mengukur problem solving, kerjasama, koordinasi, supervisi, tanggung-jawab, kepatuhan, kedisiplinan dan lain sebagainya.
- Perkuat nilai-nilai kebangsaan dan kebhinekaan Indonesia kepada anak didik.
Penguatan nilai-nilai kebangsaan dan kebhinekaan bangsa Indonesia adalah sebuah usaha yang tidak boleh terputus, diseluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Metodologi masing-masing tenaga pendidik atau guru tentu berbeda-beda, dalam mengaplikasinya dalam ruang-ruang kelas, akan tetapi di era IT dan ditambah banyaknya arus informasi yang berasal dari luar negeri, serta kebudayaan asing yang belum tentu sesuai dengan budaya nasional di Indonesia, sebaiknya nilai-nilai kebangsaan dan kebhinekaan menjadi pendidikan primer, serta di design secara menarik, aktual, serta mudah dalam aplikasi, serta membuka kebebasan bagi peserta didik dalam menafsirkan nilai-nilai kebangsaan sesuai dengan dunia dan nalarnya masing-masing.
Sebagai contoh tolong menolong antar tetangga maupun teman atau rekan merupakan bentuk implementasi dari nilai-nilai Pancasila sila kedua yang menjadi falsafah dan karakter bangsa Indonesia di lingkungan yang majemuk. Maka penafsiran peserta didik tentang sila-sila inilah perlu dilakukan diskusi interaktif antara guru dan murid, agar wawasan kebangsaan Indonesia, dapat berkembang sedemikian rupa dalam ruang-ruang kelas, dan kemungkinan penafsiran yang beragam akan terjadi sebagai akibat dari aktifnya siswa dalam diskusi tersebut. Dan yang terpenting setelah diskusi tersebut berakhir, siswa dianjurkan untuk mengaplikasikan nilai-nilai pancasila yang telah digali dalam ruang diskusi kelas, ke kehidupan nyata yakni lingkungan sekolah, atau lingkungan terkecil seperti misalnya lingkungan keluarga. Latihan dalam aplikasi antara medan teoritis akan semakin sempurna pemahaman antara peserta didik, dengan doktrin dan penggalian nilai-nilai pancasila dengan hasil diskusi, hal ini jelas akan memperkokoh pemahaman, daya nalar dan daya ingat peserta didik dalam medan aplikasi di lingkungannya.
Hal-hal tersebut di atas, menurut hemat penulis, cukup membantu para anak didik untuk mempersiapkan tantangan yang akan mereka hadapi, dalam era digital IT ini. dan motivasi terus anak didik untuk selalu giat belajar, berdoa dan terus berusaha sebagai makhluk Allah SWT yakni Tuhan Yang Esa serta pada akhirnya semuanya pendidikan keagamaan yang kuat kapan pun dan di zaman apapun tetap menjadi hal utama, karena di era digital ini, anak didik harus di didik untuk tetap menghamba kepada Allah SWT, agar menjadi pribadi bukan cuma memiliki intelektual semata, akan tetapi memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, toleran, pantang menyerah serta mampu dan cakap dalam bekerja. Sebagaimana harapan dan penerus generasi bangsa Indonesia yang agamis, memiliki intelektual dan skill, nasionalis serta menjaga kebhinekaan. Akhirnya penulis berharap kritik dan saran kepada para pembaca yang budiman, untuk memberikan masukan yang membangun, agar kelak dapat memberikan tulisan yang lebih baik di kemudian hari.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H