Kata-kata toleransi dan moderasi beragama akhir-akhir ini banyak dikampanyekan oleh sejumlah pihak, terutama oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, tokoh masyarakat, tokoh organisasi masyarakat seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan ormas-ormas keagamaan lainnya.Â
Kampanye dalam moderasi beragama ini tentu beralasan karena Pemerintah saat ini tengah menyosialisasikan moderasi beragama sebagai salah satu langkah untuk menghargai perbedaan keyakinan di masyarakat.Â
Akan tetapi jika diteliti lebih jauh, masing sedikit yang membahas kehidupan toleransi dan moderasi beragama yang sudah dipraktikan masyarkat dalam kehidupan nyata terutama di daerah Banten Lama, jika kita searching di mesin pencari seperi Google misalnya, literatur yang ada hampir dipastikan banyak membahas edukasi sejarah Banten Lama, namun sedikit yang membahas sosiokultural dan kehidupan toleransi keagamaan yang hidup dan berkembang di daerah tersebut.Â
Penulis dalam hal ini, ingin sekali menumpahkan sedikit tulisan yang kiranya dapat bermanfaat bagi masyarakat, akademisi maupun pemangku kepentingan lainnya, bahwa kehidupan harmonis, saling hormat-menghormati dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta kehidupan yang tetap aman dan tenteram akan terus dirasakan bangsa Indonesia, sampai hari kiamat. sudah menjadi konsensus nasional bahwa, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam Negara Republik Indonesia memiliki empat pilar kebangsaan yakni :
- Pancasila
- UUD 1945
- NKRI
- Kebhinekaan
Empat pilar kebangsaan itulah, yang menjadi kunci bahwa bangsa Indonesia, tetap utuh dan terhindar dari ancaman disintegrasi kehidupan berbangsa dan bernegara serta dibutuhkan kesadaran bersama, terutama generasi muda di Indonesia, untuk menginsyafi perjuangan panjang bangsa Indonesia dan para Founding Fathers serta para pejuang kemerdekaan untuk mewujudkan Negara Indonesia, yang lepas sepenuhnya dari bangsa-bangsa barat.Â
Penulis sadar bahwa, usaha untuk mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia ini, sangatlah berat akan tetapi bukan hal yang mustahil jika dilakukan secara kolektif oleh seluruh elemen bangsa Indonesia. Penulis dalam hal ini akan mengangkat kehidupan kehidupan yang harmonis, yang secara faktual dan sudah diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat di daerah Banten.Â
Pengalaman ini pernah penulis rasakan saat melaksanakan kegiatan Praktikum Profesi Lapangan (PPL) pada saat penulis menjadi Mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Serang pada tahun 2014 ketika mengunjungi Vihara Avalokitesvara di Kampung Kasunyatan Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten.
penulis sangat terkesan bahwa, diketahui dari penjelasan dari Humas bahwa, Vihara tersebut sudah ada sejak abad ke 16, yang sudah diketahui bahwa, kawasan situs tersebut merupakan pusat penyebaran agama Islam di Banten. vihara ini melayani peribadatan tiga agama sekaligus yakni Kong Hu Cu, Taoisme, dan Buddha, maka tidak heran vihara ini, mendapat sebutan Klenteng Tri Darma. bahkan menurut literatus resmi, pembangunan vihara ini, tidak lepas dari peran Sunan Gunung Jati, yakni salah satu dari sembilan wali songo, yang menjadi penyebar agama Islam di Jawa Barat.Â