Maka dari pada itu, Penulis menyarankan agar para generasi muda dapat mencontoh kehidupan yang berkembang di daerah Banten, di mana kehidupan berjalan secara harmonis dan saling hormat-menghormati serta toleransi yang amat dijunjung oleh masyarakat setempat.Â
Bahwa hubungan muamalah tidak terganggu walaupun perbedaan keyakinan dan kepercayaan masyarakatnya, bahkan perbedaan tersebut, menjadi contoh yang patut diteladani oleh warga masyarakat lainnya, hidup di negeri yang muti kultur sebagaimana masyarakat Indonesia ini, perbedaan keyakinan bukanlah permasalahan, justru merupakan bagian kekuatan bagi masyarakat, untuk bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Â
Fakta membuktikan bahwa, negara yang majemuk seperti Indonesia dengan segala keanekaragaman budaya, suku, agama dan kulturnya, dapat hidup rukun, harmonis dan saling menghormati antar satu dengan yang lainnya. tipologi dari karakter bangsa Indonesia yang toleran, sudah tercermin dari banyaknya bangsa asing seperti Tiongkok, Arab, Persia, India dan banhkan bangsa Eropa pernah singgah untuk berdagang mencari rempah-rempah di Banten Lama.
Pelabuhan Karangantu yang tidak jauh dari situs vihara Avalokitesvara, merupakan dahulu saat kesultanan Banten, merupakan pelabuhan perdagangan rempah-rempah yang sangat ramai dan sibuk di belahan dunia bagian selatan. sehingga sikap toleransi dan moderasi ini, sudah menjadi kultur masyarakat Banten sejak zaman kesultanan sampai zaman modern kini. sehingga toleransi dan moderasi harus terus-menerus dijaga dan dilestarikan oleh berbagai pihak, dikarenakan hal tersebut di atas, adalah kunci untuk menjaga ketertiban, menjaga harmoni serta menjaga NKRI, sehingga Penulis menyarankan kepada generasi muda, mari belajarlah toleransi dan moderasi dari para leluhur kita, yakni dari masyarakat Banten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H