Hal ini bisa dikatakan sama seperti ujian proposal di tahun 2022, tepat beberapa hari setelah gempa cianjur. Saat itu saya sudah daftar sidang proposal namun kondisi saya saat itu sedang berada di cianjur menjadi relawan dan saat itu saya tidak bisa pergi ke bandung, sempat berpikir untuk melepaskan sidang dikarenakan secara peraturan sidang harus dilaksanakan offline.
Hingga akhirnya di hari sidang dilaksanakan saya memberanikan diri untuk berkomunikasi kepada penguji tentang kondisi yang saya alami, dan alhamdulillah sidang bisa dilaksanakan dengan cara online, dan lagi-lagi saya sudah sidangpun tidak diketahui teman-teman karena memang tidak melakukan foto-foto. Jadi apakah saya bisa dikatakan selalu beruntung?
      Bang dzawin pernah berkata kalau keburuntungan adalah ketika kesempatan bertemu dengan kemampuan. Kemampuan bisa diasah, kesempatan bisa dicari. Jadi pada dasarnya keberuntungan bisa diciptakan. Simplenya usaha dan do'a harus selalu beriringan, Allah memberikan kebebasan pada manusia untuk melakukan sesuai kehendaknya, tapi ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan dan diusahakan, maka do'alah menjadi senjata terakhir. Bukankah rasul menyuruh kita untuk senantiasa berdoa bahkan hanya untuk meminta garam.
      Kadang peristiwa-peristiwa yang dimana kita merasa tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya berharap kepada Allah kelak akan dirindukan kemudian hari dan selalu dikenang, momen diujung tanduk sebagaimana dulu rasulullah dan abu bakar saat hijrah ke Madinah dan saat itu rasul dan abu bakar sudah tidak ada jalan lagi dan hanya bisa bersembunyi di gua tsur, hingga abu bakar berkata pada rasulullah "kalau mereka ada yang mencoba melihat ke bawah, pasti dia akan melihat kita." Rasulullah berkata"Abu bakar, jika kau menduga kalau kita berdua, ketiganya adalah Allah."
      Jadi pastikan bahwa pertolongan Allah itu dekat, jangan menyerah dengan kondisi yang sulit selalu ada jalan menuju kemenangan, dibalik kesulitan selalu ada kemudahan, sutan syahrir pernah berkata bahwa hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan. Kalau kata ustad evie "rek kieu wae?".
      Sekian tulisan panjang lebar ini saya utarakan, do'akan semoga bisa menulis kisah menuju magister sosial di kemudian hari. Seperti biasa tetap semangat dan jangan menyerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H