Mohon tunggu...
Christian Dicky Senda
Christian Dicky Senda Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulis buku puisi Cerah Hati (2011) dan buku cerpen Kanuku Leon (2013). Bergiat di Komunitas Blogger NTT, Komunitas Sastra Dusun Flobamora dan Forum Soe Peduli. Penikmat sastra, film dan kuliner. Kini menetap di Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kitakah Orang-Orang Gunung, Orang Mollo Itu?

30 Mei 2014   01:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:58 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuingin jadi pedang yang kau selip dipinggang
Agar menjelma jumawa yang menghentak musuh
Kau ingin hidup dalam setiap tutur dan liur merah yang tumpah
Dari mulutku



Atas nama tradisi yang melingkar dalam bonet dan waktu
Atas nama cerita yang kita simpan di loteng ume kbubu
Kita adalah sama,
Kita adalah anak yang dilahirkan gunung
Merangkak dari timur, pecah dan terjebak ketika pagi keburu terbit
Kau yang tua di utara,
aku yang tersesat di selatan dan adik kita yang tenggelam di barat laut
Kita adalah kisah yang enggan tumbuh di sela rambut-rambut pirang jagung anak-anak kita
Adakah dusta yang kita pelihara?
Nenek moyangku setia menjelma setan untuk batu fondasi rumahmu
Nenek moyangmu setia menjelma setan untuk air di hutan yang membasahi dahagaku
Siapa yang melempar sengkarut?
Peliharalah dongeng bersama sopi dan tungku yang menyala
Peliharalah hukum di tikam tiang-tiang rumah yang menjulang ke angkasa
Peliharalah dongeng dan hukum dengan darah ayam
Selip keduanya pada bantal anak-anak kita
Peliharalah dongeng, hidupkan hukum!
Sembari lempar semua pertanyaan tentang perompak yang menyaru keluarga bermulut manis
Ajari anak kita untuk meneropong bintang sembilan sambil bernyanyi untuknya
Ajari diri kita untuk setia, untuk tidak tamak
Biarlah yang ilahi terus benyala dan membara
Dan mereka yang setia menempel di kulit pohon dan batu selamanya menjadi setan
Penjaga kehidupan ratusan generasi menjelang
Kitakah orang-orang gunung-orang Mollo itu?
Aku takut hatimu berubah tawar
Kau takut aku tak setia lagi pada tanah yang memberi makan
Siapa lagi yang akan menjaga hidup?
Masihkah kita mampu jadi orang-orang gunung—orang Mollo itu?
Rapatkan barisanmu!
2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun