Pandemi virus korona atau Covid-19 telah meluluhlantakan perekonomian seluruh dunia. Berbagai sektor perekonomian mengalami kelumpuhan. Misal pada layanan transportasi, penumpang bus sudah sangat berkurang. Hal ini karena pandemi ini mengharuskan kita untuk physical distancing untuk memutus rantai penularan ini, serta himbauan untuk tetap dirumah agar penularan tidak terjadi lagi.Â
Selain itu sektor pariwisata juga menjadi lumpuh, padahal berbagai jenis pelaku usaha ada di sektor ini. Mulai dari biro perjalanan, transportasi, sampai pelaku usaha ekonomi kreatif di sekitar tempat tujuan wisata. Hal ini dikarenakan pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) yang dikeluarkan pemerintah pada 18 Maret 2020, segala kegiatan di dalam dan di luar ruangan di semua sektor yang terkait pariwisata dan ekonomi kreatif ditunda sementara waktu demi mengurangi penyebaran korona.Â
Namun ada salah satu sektor yang dampaknya langsung sangat terasa, yaitu UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Kegiatan UMKM sebagian besar ditopang oleh aktifitas masyarakat secara langsung setiap harinya. Sehingga ketika pandemi seperti ini para pelaku UMKM menjadi sangat terpukul. Akibatnya banyak UMKM yang kelimpungan menghadapi situasi dan kondisi ini. Bahkan banyak yang terpaksa memberhentikan karyawan karena harus melakukan penghematan besar-besaran agar dapat bertahan dalam kondisi seperti ini. Bahkan lebih parahnya ada yang memberhentikan atau menutup sementara usaha yang dimiliki.
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) merupakan penggerak kegiatan perekonomian di Indonesia. Berbeda dengan keadaan krisis 1998, setelah krisis 1998 UMKM masih dapat terselamatkan dan menjadi penggerak kegiatan perekenomian di Indonesia pasca krisis 1998. Hal itu karena yang terkena imbas sebagian besar adalah perusahaan-perusahaan multinasional karena tergantung pada nilai tukar rupiah terhadap Dollar, sedangkan waktu itu nilai Dollar terjun bebas. Selain itu kepercayaan asing juga menurun karena keadaan di Indonesia khususnya di Jakarta masih belum kondusif. Hal ini berakibat menurunnya angka investasi dan bahkan banyak yang memberhentikan kegiatan perusahaannya.
Semakin modernnya zaman, gaya hidup semakin berubah. Pada jaman dahulu perdagangan dilakukan di pasar tradisional/pasar lokal setempat. Sekarang minimarket dan supermarket modern semakin menjamur, bahkan telah menjangkau daerah pedesaan. Masyarakat modern cenderung lebih suka berbelanja di minimarket atau supermarket modern karena tempat yang lebih nyaman dan barang yang lebih lengkap meskipun harganya lebih mahal. Selain itu seiring dengan majunya teknologi, kini semuanya serba online. Semuanya melalui sentuhan pada gadget barangpun diantar sampai rumah.
Perubahan tersebut memang tidak bisa terhindarkan, namun apakah perubahan yang terjadi tidak menimbulkan dampak negatif? tentunya pasar tradisional menjadi turun konsumennya. Apalagi ketika pandemi seperti ini, perbedaannya sangat jelas kentara. Selama ini pasar dikenal sebagai tempat yang kotor, bau, kumuh.Â
Namun hal itu tidak sepenuhnya benar karena sudah banyak pasar yang direnovasi sehingga sudah jauh lebih layak ditempati. Yang perlu diketahui penjualan hasil pertanian pada pasar tradisional atau pasar lokal berasal dari petani lokal pada daaerah tersebut. Ketika konsumen turun pada pasar tradisional maka yang terjadi pedagang mengalami penurunan pendapatan, sedangkan petani hasil panennya sulit dipasarkan atau harganya akan turun signifikan. Padahal banyak petani yang modal penanaman selanjutnya dari keuntungan hasil panen sebelumnya.
Sedangkan banyak korporasi besar yang mengimpor hasil pertanian yang akan dijual di minimarket dan supermarket modern. Selain itu ada juga korporasi besar yang mengambil petani namun dengan harga yang sangat rendah. Hal ini tentunya sangat merugikan petani, terutama petani di daerah pedesaan. Apabila hal ini tidak ditanggapi serius maka akan sangat membahayakan kehidupan petani kedepannya. Â Padahal petani merupakan garda terdepan pada ketahanan pangan. Tidak bisa dibayangkan ketika petani alih profesi, siapakah yang memproduksi kebutuhan pangan?Â
Sebenarnya disaat wabah ini bisa dijadikan momentum untuk lebih menghidupkan ekonomi pada setiap daerah. Dengan pembatasan gerak pada saat ini masyarakat diharapkan untuk berbelanja di sekitar tempat tinggal. Seperti di pasar tradisional setempat, kios-kios sekitar tempat tinggal, dan pelaku usaha UMKM disekitar tempat tinggal. Langkah kecil tersebut bisa berdampak sangat besar apabila dilakukan secara masif. Dengan seperti itu diharapkan roda kegiatan ekonomi daerah dapat lebih menggeliat sehingga masyarakat dapat lebih sejahtera.Â
Namun harus ada solusi jangka panjang terkait hal tersebut, kita tidak bisa menolak kemajuan jaman. Para petani, pelaku UMKM harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Harus ada bimbingan terhadap para pelaku tersebut, dan diharapkan pemerintah bisa menjadi fasilitator sekaligus regulator terkait hal tersebut.Â
Di beberapa daerah sudah ada kebijakan yang bagus seperti setiap minimarket harus menjual produk lokal pada daerah tersebut, namun memang yang dijual masih segelintir. Tetapi hal tersebut sudah langkah yang konkrit untuk mendukung perekonomian lokal. Semoga wabah ini segera berakhir dan kegiatan  perekonomian bisa pulih seperti sedia kala. (/dfp)