Mohon tunggu...
dicky liye
dicky liye Mohon Tunggu... Guru - Seorang pembimbing di Taman Bacaan Masyarakat

Saya memiliki hobi membaca buku. Saya ingin membuat tulisan sebagai ekspresi diri dan ide yang acak-acakan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Tiada Arah

3 Oktober 2023   06:54 Diperbarui: 3 Oktober 2023   07:27 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Damai...
Dari mana aku bisa memulai,
Merengkuh jiwa terkulai,
Tertampar oleh ritme hidup ini,

Pilinan awan menghalangi mentari,
Dan ku tengok dalam sanubari,
Tiada daya 'tuk melangkah kaki,
Hanya tertegun oleh takdir ilahi,

Daun terjatuh dari ranting pagi,
Terombang-ambing layaknya akal Budi,
Setetes air mata mengikuti gravitasi,
Satu dua tiada henti,
Dan ku tengok Mega melambai pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun