Dunia saat ini sedang dilanda oleh kecemasan dan kekacauan massif yang disebabkan oleh munculnya wabah virus corona atau yang biasa disebut sebagai Covid-19. Lebih dari 200 negara telah terjangkit virus ini tidak terkecuali Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami perkembangan penularan dan penyebaran Covid-19 yang cukup cepat dan luas.
Virus ini terdeteksi pertama kali di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 dan diumumkan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara yang menyebutkan bahwa telah terdeteksi adanya dua orang yang telah di terinfeksi virus Covid-19 di wilayah Jabodetabek.
Berawal dari kasus itu, perkembangan penularan dan penyebaran Covid-19 di Indonesia setiap harinya kian meningkat dengan adanya berbagai laporan pertambahan korban yang terdeteksi setiap harinya dan juga wilayah daerah yang terdampak virus Covid-19.Â
Wilayah DKI Jakarta disebut sebagai pusat episentrum atau pusat penyebaran hingga sekarang virus ini telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia. Sampai saat ini dilansir dari Tribunternate.com menyebutkan sebaran kasus corona di Indonesia per Selasa, tanggal 10 November 2020 telah mencapai 444.348 orang dengan jumlah kasus baru positif bertambah sebanyak 3.779 kasus, pasien yang sembuh 3.475 orang , dan korban meninggal bertambah menjadi 72 orang dari pengumuman hari sebelumnya[1].Â
Upaya proses penanganan kasus Covid-19 di Indonesia pun ini telah dilakukan dengan pemerintah menggulikan kebijakan serta himbauan-himbauan protokol-protokol kesehatan kepada masyarakat guna menekan serta memutus pertambahan kasus Covid-19.Â
Namun pada praktiknya di lapangan, masih rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol-protokol kesehatan menjadi satu masalah baru dalam upaya proses penanganan kasus Covid-19. Hal menarik yang dapat diperhatikan dalam kasus ini ialah dualisme peran kaum muda dalam perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia.
Dikutip dari laman Covid-19 menyebutkan rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat dalam menjalani protokol-protokol kesehatan justru banyak terjadi di kalangan usia muda atau usia produktif. Rendahnya tingkat kepatuhan kaum muda tersebut dapat terlihat dari didominasinya penderita terbanyak dari kalangan usia muda dan produktif yakni usia 30-45 tahun dengan kisaran 30,9%, disusul hampir  seperempat masyarakat usia 19-30 tahun dan usia di atas 60 tahun hanya 10,4%[2].Â
Dengan hasil persentase tersebut, memberikan kemungkinan golongan usia muda berpotensi menularkan  kepada golongan tua (usia 60 tahun ke atas) yang mana hal ini tentu akan berdampak pada kemungkinan meningkatnya persentase kematian dari golongan usia tua. Golongan usia tua semakin rentan dengan virus Covid-19 ini karena secara bersamaan mereka juga sudah mulai menderita penyakit bawaan seperti hipertensi, jantung, diabetes, paru, dan lain sebagainya.
Ketidakpatuhan kaum muda tersebut memang dapat dikatakan serta dilihat sebagai perilaku negatif. Akan tetapi hal tersebut juga tidak bisa menggeneralisirkan bahwa semua kaum muda menjadi satu sosok objek yang sepenuhnya dapat disalahkan karena peran sebagian besar kaum muda lain dalam membantu mengurangi penularan juga cukup besar.Â
Dari pengamatan saya, banyak kaum muda baik itu dalam organisasi sosial maupun individu dalam bentuk public figure bersemangat dan aktif membantu pemerintah dalam proses penangann kasus Covid-19.
Baik itu dalam bentuk menjadi sukarelawan kesehatan penanganan, terus mensosialisasikan himbauan protokol-protokol kesehatan melalui media sosial oleh para publik figure atau organisasi sosial kepemudaan, hingga penggalangan dana bantuan secara massif yang banyak digerakkan oleh kaum-kaum muda untuk membantu garda-garda terdepan seperti golongan medis yang seringkali mengeluhkan kurangnya alat-alat kesehatan yang memadai untuk membantu serta melindungi mereka dalam penanganan pasien yang telah terdampak virus Covid-19.Â
Hal-hal seperti ini tentu tidak boleh dikesampingkan. Oleh karena itu, sebagai agent of change di masyarakat, peran kaum-kaum pemuda dalam penanganan dalam hemat saya memiliki dualisme peran. Ada satu sisi sebagian kaum muda yang masih berperan negatif dengan tidak menjalani protokol kesehatan seperti masih sering lupa cuci tangan, tidak memakai masker, masih sering nongkrong atau berkurumun di kafe, club, atau tempat lain tapi di sisi lain ada juga  sebagian besar kaum muda yang begitu peduli dan concern terhadap permasalahan wabah Covid-19 iniÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H