Bahkan, tak jarang ibuku tak mau menentukan tarif memasang dekorasi pelaminan dan merias pengantin kepada konsumennya. Malah, si konsumennya sendiri yang menentukan harganya. Hal itu diberlakukan ibuku khusus kepada orang-orang yang tak mampu.
"Uang kami cuma ada 500 ribu bu. Nanti, memasang pelaminannya yang biasa-biasa saja bu," kata si konsumennya dan ibuku pun tak keberatan dengan harga itu. Â
Padahal, saat itu, jasa memasang dekorasi pelaminan dan merias pengantin di Kota Medan berkisar Rp 2 jutaan.
Dengan uang Rp 500.000 itu dimanfaatkan ibuku untuk membayar rental mobil pick up untuk mengangkat peralatan dekorasi pelaminannya, Rp 100.000. Selain itu, ibuku juga harus membayar jasa seseorang yang membantunya memasang dekorasi pelaminan, Rp 100.000. Sisanya, hanya Rp 300.000 lah yang bisa dimanfaatkannya untuk membantu perekonomian ayah kami sebagai seorang asisten notaris.
Walau hanya dibayar Rp 500.000, namun ibuku tak mau mengecewakan konsumennya. Ibuku pun memasang dekorasi pelaminannya dengan sangat istimewa.
Tak pelak lagi, si konsumennya merasa takjub dengan hasil dekorasi pelaminan itu. Sampai-sampai, si konsumennya merasa tak percaya, dengan uang Rp 500.000 itu bisa mendapatkan dekorasi pelaminan yang sangat bagus, seperti dekorasi pelaminan seharga jutaan rupiah.
"Terkadang, rezeki kita bukan berasal dari yang kita cari, tapi berasal dari seringnya kita membantu orang," kata ibuku yang kerap diucapkannya setiap kali menasehatiku.
Ternyata, dengan cara seperti itu bukan malah membuat bisnis dekorasi pelaminan ibuku merosot, tapi malah mendapatkan lebih banyak orderan.
Tanpa ada banyak promosi, bisnis dekorasi pelaminan dan rias pengantin ibuku semakin hari semakin banyak.
Maklum saja, sejumlah konsumen yang pernah mendapatkan jasa ibuku dengan harga yang murah itu ikut mempromosikan bisnis dekorasi pelaminan ibuku.
Cara bisnis merketing dari mulut ke mulut yang sangat efektif itulah, membuat bisnis dekorasi pelaminan ibuku semakin berkembang.