Mohon tunggu...
Dicky Igus Suparno Tandjung
Dicky Igus Suparno Tandjung Mohon Tunggu... profesional -

Saya menyukai sebuah kejujuran, bagai air putih, ia masih murni dan menyegarkan. kejujuran itu sumber kehidupan. ketika pertama lahir di dunia, ekspresi jujur penuh kasih sayang terpancar dari wajah ibu yang bersedia berbagi badan untuk memberi kesempatan hidup kepada kita. seorang ayahpun dengan jujur merasa khawatir menantikan kedatangan buah hatinya dari rahim istrinya tercinta yang ia juga jujur resah terhadap keselamatan persalinannya. betapa kejujuran itu melekat dalam kehidupan sehari-hari kita. dengan menghargai sebuah kejujuran, kita menghargai sebuah kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Filosofi Kaca Mobil

4 September 2011   02:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:15 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ku bertanya tentang arti hidup kepada orang-orang terdekatku. Arti hidup yg sebenarnya. Untuk apa kita itu hidup dan bagaimana caranya menghadapi kehidupan. Ayahku menjawab arti hidup itu adalah konsekuensi janji kita dengan Allah untuk akan selalu menyembahnya, dan kita hidup bisa bermanfaat bagi keluarga atau orang lain juga untuk masyarakat sekitar. Lalu cara untuk menghadapinya ibarat prinsip timbangan. Semua yang kita lakukan diukur dari taraf usaha dan hasil. Sekeras apa usaha kita sehingga menhasilkan sesuatu yang baik dan bisa membanggakan. dan kita mensyukuri apapun hasil yang diperoleh untuk memperbaiki lebih baik kedepannya. Itu tergantung sikap dan kinerja yang kita. Selalu ada evaluasi bertahap untuk bisa mereduksi kesalahan dalam meraih dan mengerjakansesuatu. Dan tidak pernah putus asa untuk berjuang dan bekerja. Selalu berpikir positif untuk hasil yang diperoleh. Karena hasil yang tidak sesuai dengan harapan memacu kita untuk memperbaikinya. Dan hasil yang sesuai harapan juga memacu kita untuk bisa mendapatkan lebih baik. Itulah hidup dan cara menghadapinya versi ayahku. Sedangkan menurut ibuku arti hidup itu untuk beribadah, baik urusan kepada yang diatas dan untuk sesama manusia. Dan tanamkan nilai spiritual dalam bekerja. fokus, terencana juga terstruktur serta bekerja sesuai potensi yang dimiliki juga manfaatkan dalam kerjasama karena manusia ini saling membutuhkan dan melengkapi sehingga kita tidak boleh menyombongkan apa yang kita punya karena semua juga milik Allah. Istiqomah daam perbuatan untuk hasil yang baik. Dan menerima baik hasilnya sebagai qada dan qadar.

Hidup layaknya sebuah perjalanan jauh tak berujung. Jalanan didepan berkabut mengkhawatirkan, penuh teka teki tak terdefenisi sehingga terkadang kita takut untuk melewatinya dan mendapatkan arah salah dalam perjalanan tidak sesuai yang di inginkan. Dan saat melihat jalanan di belakang tertutupi kabut penyesalan yang membuat kita terpaku ada kesalahan dan tidak bisa diperbaiki dan kembali kita menabrak kesalahan yang sama di jalanan didepan. Ibarat filosofi kaca mobil, masa depan itu mesti dilihat dengan kaca depan yang luas dan sikap optimis yang besar juga perencanan beserta tujuan yang jelas. Dan menepis kotoran pesimis dengan wiper keyakinan untuk selalu fokus melihat kedepan. Sedangkan masa lalu itu mesti dilihat sesekali melalui kaca spion, dengan ukuran yang tidak terlalu besar untuk porsi kita melihatnya serta sebagai pembelajaran dan evaluasi untuk jalanan yang dibelakang.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun