Mohon tunggu...
Diki Hidayat
Diki Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Pendidikan

Pengembara Kehidupan I Pembelajar I Metamorformer I Penulis I Entreupreuneur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

STOP Sinetron Haji Medit...!!!

16 April 2013   15:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:06 3576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Istilah sinetron yang memiliki kepanjangan sinema elektronik dicetuskan pertamakali oleh Soemardjono yang merupakan salah satu pendiri Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Disebut sinetron karena memang ditayangkan hanya melalui media elektronik. Berbeda dengan film yang berdurasi pendek sinetron dibuat berseri dan bisa sampai berpuluh-puluh episode. Tujuan dari acara televisi ini hanyalah satu: menghibur penonton yang berujung menaikan rating dan menambah pundi-pundi investor iklan. Dengan iklan inilah sebuah televisi bisa membiayai semua operasional hariannya.

Akhir-akhir ini layar televisi kita kebanjiran sinetron Islami. Sinetron yang ngakunya berbau Islami, membawa misi Islam atau setidaknya dari simbol-simbol yang dimunculkan memang tidak bisa dipungkiri sinetron itu membawa agama Islam sebagai inti ceritanya. Biasanya sebuah sinetron tidak akan terlepas dari tokoh inti yang menjadi sumber cerita lakon dari awal sampai akhir. Supaya menarik dan menuai simpati penonton sang tokoh ini dibikin unik, nyentrik sekaligus memiliki karakter khusus kadang kontroversi. Sebut saja ada Haji Muhidin dalam Tukang Bubur Naik Haji, Haji Medit, atau Ustad Safii di sinetron Ustad potocopy yang dibikin ngocol dan sedikit gokil.

Sinetron yang beraroma Islami itu ternyata berhasil menyihir ribuan penonton yang biasanya kebanyakan adalah kaum ibu. Alasannya kaum ibulah yang memiliki waktu lebih banyak  berada dirumah. Ada yang sambil mengasuh anak, memasak atau juga sambil mencari kutu di rambut kepalanya hehe. Lumayan katanya sambil menyelam minum air; nonton dapet aktifitas lain juga gak keganggu. Tentunya pihak televisi sangat diuntungkan karena dengan penonton yang bejubel menandakan rating acara tersebut bagus dan investor iklanpun banjir berdatangan.

Yang menjadi keprihatinan kita kenapa atas nama rating dan juga pemasang iklan sang pembuat sinetron tidak mengindahkan norma atau kaidah yang berlaku. Nilai Islami yang mana yang diangkat oleh sinetron diatas. Para tokoh dipaksakan untuk berperan antagonis; berperan dengan karakter yang bertolak belakang dengan nilai-nilai keislaman. Para tokoh yang mewakili simbol Islam seperti Haji, Ustadz, semuanya digambarkan sebagai sosok yang jelek, pelit, suka ngomongin orang, suka suudzhon, ribut melulu dengan sesama muslim bahkan doyan berkelahi. Apakah nilai-nilai seperti itu yang perlu terus dipertontonkan?

Kesalahan yang terus diperlihatkan secara psikologis akan menjadi sebuah kebenaran. Seperti keberhasilan media barat yang secara massif dan berkesinambungan mengkampanyekan teroris keseluruh dunia. Teroris disini bukan hanya aktifitas yang penuh teror dan mengancam keamanan; pihak barat menggambarkan teroris ini dengan tokoh yang bercirikan tertentu: memiliki janggut, memakai gamis, bersorban, celananya ngatung, jidatnya agak item sedikit. Nah orang kalau disodorkan ciri-ciri seperti itu maka asumsinya tentu mengarah pada agama tertentu yaitu Islam. Kemudian setelah itu dicarilah ciri-ciri orang yang persis dengan kriteria tersebut untuk kemudian dijadikan common enemy (musuh bersama) negara-negara di dunia. Sehingga dengan membawa issue teroris ini AS dan sekutunya dengan enjoynya membumihanguskan negeri Irak, Afghanistan, ataupun menurunkan pemimpin Islam yang tidak sejalan dengan misi mereka.

Misi Islam adalah rahmatan lil'alamin. Menjadi rahmat bagi semesta alam dan bukan hanya rahmat bagi area tertentu tapi seluruh alam ini. Allah azza wajalla mempercayakan misi luhur ini pada seorang Rasul. Rasul yang diutus kebumi ini untuk memperbaiki akhlak.

"Sungguh aku diutus menjadi Rasul tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang saleh". (HR.Bukhari)

Dan dalam alqur'anpun Allah SWT telah memproklamirkan bahwa contoh terbaik manusia adalah Rasul Muhammad SAW.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, serta banyak menyebut nama Allah". (QS.AlAhzab 21)

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk selalu menebarkan salam, saling menyambung silaturahim, saling memberi, juga saling menolong antar sesama manusia. Dalam menata hati Rasul mengajarkan pada kita untuk selalu mengedepankan prasangka baik (husnudzhon), ikut senang melihat orang lain bahagia, menjauhi iri, dengki, berprasangka buruk (su'udzhon) dan masih banyak lagi. Setidaknya perlu dua semester untuk membahas akhlaq Rasulullah hehe.

Nah akhlaq seperti itulah yang seharusnya diangkat oleh produser dalam membuat sebuah sinetron yang bermutu. Dikemas dengan drama yang melankolislah atau drama komedianlah sebetulnya pasti bisa. Bukan seperti sinetron yang ada sekarang ini. Akhirnya  penulis mengajak semua untuk bersuara dan menentang sinetron yang beraroma Islami padahal isinya nonislami. Mari kita serentak serukan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun