Mohon tunggu...
DQ -
DQ - Mohon Tunggu... wartawan -

reporter. repot karena cari makannya mesti muter-muter serta nguber-nguber orang untuk dijadikan berita yang kadang bisa merepotkannya. Meskipun tak bermaksud untuk merepotkannya, tapi tak sedikit yang akhirnya suka repot-repot ngebujuk biar tidak diberitakan. Sebaliknya, ada juga yang suka repot-repot ingin diberitakan. tapi tak pernah ambil pusing dengan profesi ini, gitu aja kok repot!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beras Plastik

10 Juni 2015   16:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

DALAM waktu singkat kasus beras palsu menjadi topik pembicaraan mulai dari media massa yang membahasnya sampai mendetail.

Tak terbantahkan, perbincangan yang disertai perasaan was-was itu menghinggapi para ibu rumah tangga yang kebingungan karena khawatir beras yang dibelinya adalah beras plastik.

Betapa tidak, beras plastik yang Senin (18/5/2015) lalu ditemukan beredar di Kota Bekasi dipastikan mengandung polyvinyl chloride (PVC), bahan baku pembuatan pipa, kabel, dan lantai.

Selain mengandung PVC, beras itu juga mengandung plastiser plastik seperti benzyl butyl phtalate (BBT), bis 2-ethylhexyl phtalate (DEHP), dan diisononyl phtalate (DNIP).

Ketiga bahan itu adalah pelembut yang biasa digunakan bersamaan dengan PVC agar pipa atau kabel yang dihasilkan lebih mudah dibentuk.

Adisam ZN, Kepala Bagian Pengujian Laboratorium PT Succofindo, mengatakan ada dua tahap yang mereka lakukan untuk menguji sampel beras sintetis yang didapat dari toko beras yang menjual beras tersebut di Bekasi.

"Tahap pertama, kami melakukan screening dengan alat spektrum inframerah untuk melihat apa terdapat senyawa yang kita curigai. Ternyata, ada spektrum yang identik dengan spektrum yang dimiliki senyawa polyvinyl chloride," ujarnya di Kantor Wali Kota Bekasi, Kamis (21/5/2015). (Tribun Jabar, Jumat 22/5/2015).

Menurut Wakil Ketua Komisi VI Azam Azman Natawijana, Mendag dan Bulog adalah pihak yang bertanggung jawab atas masalah ini.

"Kami harapkan pemerintahan Jokowi segera mengambil tindakan cepat, tentunya agar masyarakat Indonesia yang mayoritas mengonsumsi beras tidak menjadi korban," ujarnya.

Di sisi lain, di media sosial tak sedikit komentar yang mengemuka terkait beras plastik yang disangkutpautkan dengan berbagai makanan lainnya yang palsu.

Ternyata, belakangan diketahui bahwa yang dipalsukan bukan cuma beras tapi beberapa jenis makanan seperti susu bubuk, daging sapi, dan lain-lain. Komentar pun bermunculan dan beragam, salah satunya yang penulis baca di fan page facebook: tribunjabaronline.

Tugiyanto KalisaAina Box Speaker berkomentar: Udah jadi trend..! Pemerintah aja dah latah janji-janji palsu..! Lalu Sasa MasakoRoyko mengungkapkan komentarnya demikian: Pa Jokowi tolong dong orang2 yg suka mengedarkan makanan berbahaya gtu tolong dihukum mati ajh sihh,! Nyusahin bgt hdp.a udh tw ekonomi dunia lgi krisis eh pr penjual gg punya otak malah bikin susah org ajh!!!

Yang menarik, lagi heboh-hebohnya berita seputar beras plastik eh beredar broadcast melalui pesan singkat, blackberry messengers (bbm), termasuk melalui email dengan isi berita palsu.

Satu diantaranya, seperti pesan di bawah ini: CARA MENGETAHUI BERAS ASLI ATAU BERAS PLASTIK... Akhir-akhir ini heboh beras plastik. Menurut ahli plastik, pengetesan beras plastik adalah apabila direndam air maka beras itu akan mengambang. Tapi, ada juga jenis plastik yg tenggelam di air. Lalu bagaimana cara mengujinya ?
1. Bakar ujung beras. Kemudian tarik ujung yang dibakar, jika bisa melar ditarik, maka itu beras plastik.
2. Masak beras plastik tersebut dan dimakan seperti biasa, jika nanti Anda BAB...
Perhatikan baik-baik apakah yang keluar kotoran seperti biasa ataukah ember, gayung, sandal, bola, atau barang-barang plastik lainnya...!!! (*)

 

Naskah ini bisa juga dibaca di sini.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun