Depresiasi Ekonomi adalah pengukuran dari nilai aset pasar yang menurun dari waktu ke waktu, istilah ini biasanya dikenal dengan konsumsi modal tetap yang mana digunakan dalam perhitungan nasional sepereti Produk Domestik Produk (PDB). Perlambatan pertumbuhan ekonomi golbal dapat mempengaruhi perdagangan dunia.
Perekonomian yang semakin lambat akibat pandemi covid-19 menurunkan permintaan barang-barang ekspor dan impor sehingga kuota perdagangan menurun. Pada triwulan 1 2020, kuota perdagangan dunia mengalami kontraksi 2,5% di Tiongkok pada Februari dan dampak ini menyebar di semua penjuru negara di dunia pada Maret 2020. Permintaan Ekspor di Amerika Serikat saat ini mengalamim penurunan akibat berkurangnya permintaan dari mitra dagang utamnya yang mayoritas dari Tiongkok dan Benua Eropa.Â
Melemahnya perekonomian global  termasuk perdagangan dunia berdampak pada penurunan harga komoditas di pasar. Harga komoditas ekspor di Indonesia hingga 15 Mei 2020 mengalami kontraksi meskipun harga nikel dan kopi masih tetap meningkat yang berakibat terbatasnya suplai dan gangguan cuaca di negara Indonesia, hal ini juga berdampak pada penurunan harga barang petambangan karena penurunan permintaan global. Kondisi ini akan diperkirakan bahwa harga komoditas ekspor Indonesia 2020 akan tumbung negatif pada triwulan 2 2020.
Penurunan pertumbuhan ekonomi global berdampak terhadap lemahnya tekanan inflasi, meskipun begitu inflasi pangan harus tetap diperhatikan. Inflasi pada negara Amerika Serikat dan Eropa menurun akibat lemahnya permintaan, meski begitu potensi untuk meningkatkan inflasi pangan tetap dipantau yang dikarenkan gangguan rantai pasokan makanan global. Di Tiongkok, inflasi juga mengalami penurunan yang ditandai dengan perbaikan oleh pemasok. Perkembangan indikator breakeven inflation bond mengindikasikan ekspektasi inflasi Amerika Serikat yang mengalami penurunan. Ekspektasi inflasi di Eropa untuk 2020 juga menurun ke kisaran 1,1% pada Maret 2020 dari sebelumnya 1,4% pada Februari 2020.Â
Penyebab Depresiasi Ekonomi antara lain :
1. Keausan, faktor ini tidak dapat dihindari dari waktu ke waktu karena penurunan nilai guna suatu barang selalu dicatat dengan mendepresiasikan nilai jual aset tersebut.
2. Teknologi lama yang di ganti dengan teknologi baru, perubahan teknologi yang cepat membuat teknologi yang ketinggalan xaman tergantikan posisinya sehingga menyebabkan depresiasi nilai aset yang sudah tertinggal zaman.
3. Daya tahan komponen aset tertentu, seperti bahan baku atau persediaan dapat memburuk sesuai kondisi dan waktu tertentu sehingga penyusutan untuk memperhitungkan kerugian yang cepat dalam nilainya.
4. Berakhirnya Hak, aset tidak berwujud seperti perangkat lunak, lisensi, paten, dan merek dagang bermanfaat pada rentang waktu tertentu sebelum hak guna berakhir. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H