Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... lainnya -

Maskulinisme nomor satu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Naluri Tak Tau Diri

2 Maret 2015   07:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:17 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tepat disaat ku mau tidur

Tepat disaat kuselesaikan doa untuk malam ini

Tepat disaat bantal menelan kepalaku

Kamu hadir, persis dalam syaraf imajinasiku

Dengan sombong memamerkan segalanya

Sesungging senyum dan sekibas rambut

Membuatku takluk pada harapan yang tak wajar

.

Hei, aku tak bisa lagi rayu-rayu

Sudah tak bisa lagi

Pergilah, ini otak ku, bukan milikmu

Lagipula pertemuan kita tak tepat waktu

Jam dinding menolak memutar waktu

Hati sudah memilih

.

Aku tak lagi romantis

Masa lalu meninggalkannya luka parah

Maka kamu pergilah, jangan senyum-senyum apalagi dalam mimpi

Harapan baru tak ada urusan denganku

Karena ku punya satu hati yang sembuhkan lara dan lagu-lagu sendu ungu

.

Kamu orang baru memang aneh

Sanggup membuat mataku gatal

Hm , , cuma naluri lelaki

Semoga tak lebih, karena tragedi selalu dibayar mahal

.

(Pontianak, 2 Maret 2015) - 0:23 WIB

*Puisi pesanan seorang teman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun