Mohon tunggu...
dicky arista
dicky arista Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jogja Berhati Mantan

13 Oktober 2015   14:46 Diperbarui: 13 Oktober 2015   14:46 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak alasan mengapa mereka yang pernah dan atau tinggal di Jogja susah beralih atawa melupakan kota ini. Jogja terlalu banyak memiliki sudut-sudut melankolis yang menjadi kediaman kisah cinta yang gagal. Ini saintifik, ilmiah. Jika tak percaya, coba tanyakan teman, rekan, atawa handai tolan yang pernah punya hubungan percintaan di Jogja. Mereka pasti akan berkata bahwa tiap sudut kota meninggalkan residu perasaan yang jauh lebih menggigit daripada anjing rabies.

 

Pernahkah kalian merasakan memandang senja yang beranjak rubuh di atap sebuah rumah di Patehan? Suronatan? Patangpuluhan? Langenastran?Karangkajen? Kauman? Gondomanan? Kusumanegara? Sentul? Dsb?Memandang matahari turun seraya menikmati sejuk sore di Alun Alun Kidul. Berbincang dengan gadis yang kalian cintai selama menahun, setelah sekian lama hanya bisa diam dan mencintai dari jauh? Ah, mungkin itu hanya saya.

 

Tapi mbok yakin, Jogja terlalu sempit untuk hanya dimaknai sebagai sebuah kota. Ia adalah peristiwa, di mana masing-masing individu yang datang ke kota ini mengalami sensasi nggerus alias galau cinta.

 

Jogja adalah kesadaran, ia menjadi penting bagi banyak orang karena membuat tiap-tiap yang datang merasa memiliki. Jogja juga pengorbanan, di mana di kota ini, kamu dipaksa menerima fakta keji yang demikian pahit, bahwa sahabat terbaikmu menjadi pengkhianat karena menikung.

 

Di kota ini pula kamu belajar bahwa uang bukan segalanya, mungkin ia bisa memberimu banyak hal. Tapi di kota ini, kebersamaan dan keberadaan teman yang selo, kurang pegawean dan punya energi iseng yang melimpah-ruah adalah alasan untuk tetap hidup. Di kota ini kalian akan menemukan keriangan-keriangan dungu, tolol, namun dirindukan. Tentang obrolan di angkingan, wedangan, warung kopi hingga perihal cerita lucu dan lelucon yang diulang-ulang namun tak pernah kehilangan kelucuannya.

 

Di Jogja kalian akan merasakan bahwa menjadi bodoh dan tak tahu apa-apa bukanlah pilihan. Di kota ini terlalu banyak sumber pengetahuan yang membuat orang paling goblok, setidaknya, bisa memahami hidup dengan membaca, berdiskusi atau sekadar kursus singkat. Terlampau banyak perpustakaan, toko buku murah dan kantung-kantung kebudayaan yang membuat kita cerdas. Terlalu sedikit alasan untuk tidak mendatangi mereka dan menjadi pintar karenanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun