Siapa yang tidak menginginkan fadilah dari keutamaan di Bulan Suci Ramadan. Salah satunya mendapat keistimewaan dari Malam Lailatul Qadar. Lailatul Qadar atau malam ketetapan adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan. Dalam Al-Qur’an, digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Lailatul Qadar diperingati sebagai malam diturunkannya Al-Qur’an. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini, dapat dijumpai pada Surat Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al-Qur’an. Namun, siapa yang akan mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar. Dan, bagi muslim selaku kontestan (berlomba-lomba dalam kebaikan) harus melakukan syarat-syarat seperti apa untuk mendapatkan keutamaan malam seribu bulan ini.
Terkait dengan waktu, kapan Lailatur Qadar terjadi, banyak pendapat yang mengatakan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar itu, pada 10 malam terakhir bulan Ramadan, hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah.
“Rasulullah SAW beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan dia bersabda, yang artinya, Carilah malam Lailatul Qadar di malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadan,”. (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).
Sudah menjadi pengetahuan umum, Lailatul Qadar kemungkinan akan diwujudkan oleh Allah SWT pada malam ganjil. Tetapi mengingat umat Islam memulai awal puasa pada hari atau tanggal yang berbeda, maka umat islam yang menghendaki untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar dapat mencarinya setiap malam.
Agar kita yang menghendaki mendapatkan Lailatul Qadar, maka berbuka puasalah sekedarnya saja agar badan tidak menjadi berat dan malas serta menjadi sebab ngantuk dan mudah tertidur, sehingga yang kita inginkan untuk mendapatkan Lailatul Qadar tidak membuahkan hasil.
Dalam Al-Qur’an, tepatnya Surat Al-Qadar, malam Lailatul Qadar dikatakan memiliki nilai lebih baik dari seribu bulan. Pada malam ini juga dikisahkan Al-Qur'an diturunkan, seperti disebutkan dalam Surat Ad-Dukhan ayat 3 sampai 6.
Dianjurkan, lebih memperbanyak ibadah di waktu malam dari pada istirahatnya. Ibadah di Bulan Ramadan memiliki nilai yang lebih tinggi. Apalagi, jika muslim tersebut mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar, sama dengan ia sudah beribadah selama seribu bulan di muka bumi.
Menurut referensi yang berhasil dihimpun, Quraish Shihab menuturkan, kata Qadar sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat memiliki tiga arti. Diantaranya penetapan dan pengaturan sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia.
Penggunaan Qadar sebagai ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad Dukhan ayat 3-5. Yang artinya “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami. (QS Ad-Dukhan : 3-5).
Lailatul Qadar merupakan kemulian. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Mala mini mulia karena terpilih sebagai malam turunnya AlQuran. Penggunaan Qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An'am (6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik: Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat.
Lailatul Qadar juga bermakna malam yang sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Rad ayat 26: Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendakiNya).
Lailatul Qadar dapat juga kita artikan sebagai malam pelimpahan keutamaan yang dijanjikan oleh Allah kepada umat islam yang berkehendak untuk mendapatkan bagian dari pelimpahan keutamaan itu. Keutamaan ini berdasarkan nilai Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Islam merupakan agama yang bersifat memudahkan bagi para pengikutnya. Tidak memberatkan, dan memudahkan semua potensi dari teknis beribadah. Tak tertutup kemungkinan dengan cara, bagaimana seorang muslim mendapatkan fadilah dari keutamaan Lailatul Qadar.
KH Abun Bunyamin, salah satu tokoh ulama di Kabupaten Purwakarta mendorong pelaksanaan shaum Ramadan, menjadi spirit peningkatan keshalihan individu, sampai kehidupan sosial masyarakat Islam.
“Shaum sangat penting sekali kita kerjakan, karena shaum itu bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban, dalam rukun Islam. Shaum itu sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, hati, fikir dan watak kepribadian seorang muslim,” ungkap KH Abun Bunyamin.
Beribadah itu tentu harus didasarkan pada rasa keikhlasan. Karena semua yang bersifat “diwajibkan” itu harus menjadi prioriti. Namun, Islam mengajarkan ke-massive-an dan terstruktur dalam beribadah. Begitupu, ketika menghendaki fadilah Lailatul Qadar, muslim yang baik tidak akan mengorbankan peribadatan yang lain tertinggal. Semisal, hubungan social dengan masyarakat sampai kebutuhan ikhtiar sebagai penunjang hidup.
Sebagaimana tertuang dalam Firman Allah QS Al-Baqarah : 183, fungsi dan tujuan shaum Ramadn tak lain menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling taqwa.
“Tapi perlu digarisbawahi, puasa itu bukan hanya puasa secara fisik saja. Tidak akan cukup mendorong manusia bertaqwa, ketika tidak ada upaya dan tekad dari dalam jiwa,” ulas KH Abun.
Maka, upaya agar puasa umat Islam benar-benar kaffah, ada anjuran yang mesti dilakukan pada saat Bulan Ramadan ini. Salah satunya anjuar mendirikan shalat malam (qiamullail). Banyak manfaat dan fadilah dari pada pelaksanaan shalat malam.
“Juga memperbanyak baca Qur'an, Al-Qur'an diturunkan di bulan Ramadan. Banyak nilai historis di bulan Ramadan ini,” tutur dia.
Selanjutnya memperbanyak itikaf, mengurangi maksiat dan selalu mendekatkan diri terhadap Allah. Namun, bukan berarti puasa sebagai penghalang umat Islam dalam menjalankan kewajian selaku makhluk sosial. “Tetap tidak mengurangi pekerjaan ikhtiar. Puasa bukan alasan, untuk bermalas-malasan,” ucapnya.
Pimpinan Ponpes Al-Muhajirin ini pun menganjurkan, selama bulan Ramadan muslim yang baik harus lebih mengeratkan tali silaturrahmi. “Termasuk, kita harus lebih mendalami tentang ilmu-ilmu agama. Supaya agama itu diamalkan. Didalami oleh kita. Ramadan harus benar-benar dimaksimalkan, berbicara tentang upaya peningkatan kualitas iman,” papar Abun.
Kaitan dengan Ramadan, ada perintah zakat fitrah. Setiap orang yangg hidup di bulan Ramadan diperintahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah. Ini refresentasi bentuk kepedulian kepada orang kurang mampu. “Banyak orang yang membutuhkan banyak bantuan. Dan ingat di Bulan Ramadan ada momen Lailatul Qadar tidak kalah penting dengan fadilah ibadah 1000 bulan,” pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H