Mohon tunggu...
Dicky Zulkifly
Dicky Zulkifly Mohon Tunggu... Jurnalis -

Aku hanya seorang pembelajar, yang tidak tahu apa-apa. Tugasku mengetahui banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Lailatul Qadar, untuk Siapa?

23 Juni 2015   20:42 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:38 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lailatul Qadar juga bermakna malam yang sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Rad ayat 26: Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendakiNya).

Lailatul Qadar dapat juga kita artikan sebagai malam pelimpahan keutamaan yang dijanjikan oleh Allah kepada umat islam yang berkehendak untuk mendapatkan bagian dari pelimpahan keutamaan itu. Keutamaan ini berdasarkan nilai Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Islam merupakan agama yang bersifat memudahkan bagi para pengikutnya. Tidak memberatkan, dan memudahkan semua potensi dari teknis beribadah. Tak tertutup kemungkinan dengan cara, bagaimana seorang muslim mendapatkan fadilah dari keutamaan Lailatul Qadar.

KH Abun Bunyamin, salah satu tokoh ulama di Kabupaten Purwakarta mendorong pelaksanaan shaum Ramadan, menjadi spirit peningkatan keshalihan individu, sampai kehidupan sosial masyarakat Islam.

“Shaum sangat penting sekali kita kerjakan, karena shaum itu bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban, dalam rukun Islam. Shaum itu sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, hati, fikir dan watak kepribadian seorang muslim,” ungkap KH Abun Bunyamin.

Beribadah itu tentu harus didasarkan pada rasa keikhlasan. Karena semua yang bersifat “diwajibkan” itu harus menjadi prioriti. Namun, Islam mengajarkan ke-massive-an dan terstruktur dalam beribadah. Begitupu, ketika menghendaki fadilah Lailatul Qadar, muslim yang baik tidak akan mengorbankan peribadatan yang lain tertinggal. Semisal, hubungan social dengan masyarakat sampai kebutuhan ikhtiar sebagai penunjang hidup.

Sebagaimana tertuang dalam Firman Allah QS Al-Baqarah : 183, fungsi dan tujuan shaum Ramadn tak lain menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling taqwa.

“Tapi perlu digarisbawahi, puasa itu bukan hanya puasa secara fisik saja. Tidak akan cukup mendorong manusia bertaqwa, ketika tidak ada upaya dan tekad dari dalam jiwa,” ulas KH Abun.

Maka, upaya agar puasa umat Islam benar-benar kaffah, ada anjuran yang mesti dilakukan pada saat Bulan Ramadan ini. Salah satunya anjuar mendirikan shalat malam (qiamullail). Banyak manfaat dan fadilah dari pada pelaksanaan shalat malam.

“Juga memperbanyak baca Qur'an, Al-Qur'an diturunkan di bulan Ramadan. Banyak nilai historis di bulan Ramadan ini,” tutur dia.

Selanjutnya memperbanyak itikaf, mengurangi maksiat dan selalu mendekatkan diri terhadap Allah. Namun, bukan berarti puasa sebagai penghalang umat Islam dalam menjalankan kewajian selaku makhluk sosial. “Tetap tidak mengurangi pekerjaan ikhtiar. Puasa bukan alasan, untuk bermalas-malasan,” ucapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun