Mohon tunggu...
Dicky Wibowo
Dicky Wibowo Mohon Tunggu... dokter hewan -

Instagram: Mlaku Wae Project / Menulis di www.mlakuwae.blogspot.co.id serta menulis fiksi di www.pawonfiksi.blogspot.co.id / dokter hewan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Karena Indonesia, Sepeda Tercipta

18 November 2018   09:25 Diperbarui: 18 November 2018   09:32 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti lagu "Bicycle Race" oleh Queen; bersepeda merupakan kegiatan yang menandakan kebebasan diri, kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat serta idealisme sebagai manusia merdeka. 

Sebagian besar manusia di muka bumi ini dipastikan pernah memiliki pengalaman dengan sepeda (apa pun bentuk dan jenis sepeda) dan kegiatan bersepeda alias gowes. Sehingga dapat dikatakan bahwa sepeda telah menemani serta mewarnai kehidupan dan kebudayaan masyarakat dunia sejak awal abad ke-19.

Sampai catatan kecil ini ditulis, perkembangan sepeda beserta teknologi-nya sudah sedemikian canggihnya beserta beragam jenis dan fungsi/kegunaan, sehingga sepeda bukanlah alat transportasi yang dapat dipandang sebelah mata. 

Dari segi harga, sejumlah sepeda dengan teknologi tinggi memiliki harga yang lebih tinggi dari alat transportasi lain seperti sepeda motor. Inovator-inovator sepeda terus berpikir bagaimana menciptakan sepeda yang nyaman untuk digunakan, tentunya sesuai dengan fungsinya. Kemudian industri menerapkannya dan memberikan harga terhadap bentukan inovasi tersebut. 

Menurut hemat penulis, sepeda dengan beragam jenis dan fungsinya beserta ragam inovasinya adalah produk aktivitas berpikir manusia, dan mungkin bisa dikatakan "aku berpikir maka sepeda ada".

Bentuk sepeda diawali dari pemikiran dan karya Barn Karl Von Drais pada 1817-an dengan sebutan Draisiene. Bentuk awal sepeda ini sangatlah tidak nyaman untuk dipergunakan bahkan untuk kegiatan sehari-hari pun, padahal karya ini dimaksudkan untuk dapat mempermudah pergerakan manusia. 

Karya dari Von Drais ini ada kaitannya dengan kondisi Indonesia saat itu (Hindia-Belanda). Pada tahun 1815, terjadi erupsi gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat, dimana hasil dari erupsi tersebut adalah penurunan suhu global akibat tertutupnya sebagian planet bumi oleh debu erupsi. Penurunan suhu global ini mengakibatkan terjadinya kegagalan panen dan peternakan. Masa ini juga disebut dengan the year without summer.

Kegagalan peternakan tidak hanya menimpa ternak pedaging atau ternak tujuan konsumsi, tetapi juga peternakan kuda. Kuda merupakan alat transportasi utama pada waktu tersebut, baik kuda tunggang ataupun kuda untuk menarik kereta. 

Adanya kegagalan peternakan kuda telah menyebabkan kelangkaan kuda di Eropa, sehingga Von Drain yang kebetulan juga memiliki hobi berkuda mulai memutar otaknya untuk mengatasi kondisi tersebut. 

Akhirnya terciptalah Draisiene yang menjadi cikal bakal sepeda saat ini. Meskipun di referensi lain disebutkan bahwa Giovanni Fontana pernah membuat bentuk sepeda sederhana yang disebut dengan human-powered device pada tahun 1418 serta Leonardo Da Vinci pernah menyusun sketsa bentuk seperti sepeda pada tahun 1493.

Karya dari Von Drais ini kemudian dikembangkan oleh inovator-inovator lainnya; seperti Kirkpatrick Macmillan, Pierre Lallement, Aime dan Rene Olivier, Pierre Michaux, Eugene Meyer, James Starley, John Kemp Starley, serta John Boyd Dunlop. Selain itu, perkembangan sepeda juga erat kaitannya dengan industri otomobil; misalnya Charles Duryea, Albert Pope dan Alexander Winton mengawali industri sepeda sebelum bergerak di industri otomobil, serta pada waktu tersebut komponen sepeda juga diproduksi bersama dengan komponen otomobil. Peningkatan perkembangan sepeda dimulai pada tahun 1960, dimana pada masa tersebut dikenal dengan modern age of bicycle.

Kegiatan bersepeda atau gowes di Indonesia sampai saat ini tampaknya tidak pernah padam semangatnya, bahkan menurut pengamatan penulis terdapat peningkatan trend. Apabila jaman dahulu, tujuan orang memiliki sepeda adalah sebagai alat transportasi yang membantu mempermudah pergerakan, maka saat ini fungsi sepeda bertambah sebagai sarana olahraga dan juga gaya hidup. 

Namun, yang perlu diperhatikan oleh semua goweser alias pesepeda dalam semangat bersepeda adalah filosofi dibalik sepeda dan bersepeda; diantaranya adalah kebebasan individu dan berekspresi, idealisme sebagai manusia merdeka, toleransi, serta kebugaran dan kesehatan. Selain itu, jangan dilupakan juga bahwa "karena Indonesia maka sepeda tercipta".

Dipost juga di www.mlakuwae.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun