Mohon tunggu...
Dicky Wibowo
Dicky Wibowo Mohon Tunggu... dokter hewan -

Instagram: Mlaku Wae Project / Menulis di www.mlakuwae.blogspot.co.id serta menulis fiksi di www.pawonfiksi.blogspot.co.id / dokter hewan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Satwa Liar Tidak Boleh Dipelihara

17 April 2016   06:51 Diperbarui: 17 April 2016   09:49 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini banyak masyarakat yang memiliki hobi yang sebenarnya bisa dibilang tidak biasa, yakni memelihara satwa yang bukan semestinya dipelihara. "Unik dan lucu", mungkin itulah alasannya. Diballik kata "unik dan lucu", tersimpan berbagai macam kesedihan yang dialami oleh satwa tersebut dan juga lingkungan hidup sekitarnya.

Satwa yang bukan semestinya yang dimaksud di paragraf awal adalah satwa liar. Contoh gampangnya yang sekarang marak dipelihara oleh masyarakat adalah musang, kucing hutan, kukang, jenis-jenis primata lainnya, dan jenis-jenis burung dilindungi. Lantas mengapa kita tidak boleh memelihara satwa liar di tempat tinggal kita?,

Alasan konservasi masih menempati ranking teratas untuk alasan ini, kemudian menurut hemat penulis, disusul dengan alasan animal welfare dan penyebaran penyakit (dari satwa ke manusia dan dari manusia ke satwa). Di dalam konservasi, pengambilan satwa liar di alam untuk keegoisan manusia telah menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, sehingga yang dikhawatirkan adalah bencana yang mengancam kehidupan umat manusia. Contoh saja jenis burung tertentu yang saat ini marak ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan, dimana sejatinya burung mempunyai peran dalam penyebaran benih tanaman hutan, maka ketika populasi menurun dan bahkan punah maka bisa dipastikan tanaman hutan tertentu juga akan menghilang.

Karena kita manusia, hidup di bumi, dan masuk dalam sistem yang sama, maka sudah sepatutnya kita menjaga kelestarian bumi ini sehingga ekosistem kita menjadi seimbang. Alasan animal welfare atau kesejahteraan hewan merupakan alasan berikutnya yang mendasari kita tidak boleh memelihara satwa liar di rumah. Lima prinsip kesejahteraan hewan jika ditelisik lebih mendalam, maka akan terungkap bahwa satwa liar harus hidup di habitatnya. Dan untuk kesejahteraan mereka, maka kita harus menjaga habitatnya, karena habitat adalah kunci utama pelaksanaan animal welfare satwa liar.

Zoonosis atau penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya, juga menjadikan alasan mengapa kita tidak boleh memelihara satwa liar di alam. OIE atau Organisasi Kesehatan Hewan Dunia menyatakan bahwa 75% penyakit baru yang mempengaruhi manusia disebabkan oleh patogen yang berasal dari hewan dan produk hewan. Tentu masih segar dalam ingatan kita mengenai SARS, flu burung, MERS-CoV. Menurut pendapat penulis, satwa liar sangatlah mudah stress ketika terjadi perubahan habitat, misalnya ketika dipelihara di rumah dengan perlakuan yang tidak sesuai dengan tingkah laku alaminya. Stress di satwa akan menyebabkan pelemahan sistem kekebalan, sehingga patogen atau mikroorganisme penyebab penyakit yang sebenarnya sudah berdiam di dalam tubuh satwa liar akan mudah bereplikasi atau memperbanyak diri. Berikutnya, akan terjadi penyebaran patogen tersebut ke seluruh tubuh dan akan dapat menyebarkan atau menularkan patogen ke lingkungan. Jika patogen ini mempunyai sifat yang bisa menular ke manusia, maka penyakit yang bersumber dari hewan akan muncul di manusia. Yang dikhawatirkan adalah terjadinya wabah. Jika terjadi wabah, maka kerugian-kerugian akan muncul, karena untuk menangani wabah membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit, serta kerugian produktifitas masyarakat.

Tuhan menciptakan alam ini dengan keseimbangan yang luar biasa, sudah sepantasnya, kita manusia mensyukuri apa yang Tuhan berikan kepada kita dengan tetap menjada kelestarian alam.

Salam Lestari !!!

Ditulis juga di www.biodiversitaskita.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun