Sudah hampir satu bulan ini wanita tua itu tinggal di sudut pinggir lapangan samping balai desa Kemiri. Dengan berbekal kain-kain lusuh, pinggir lapangan yang ditumbuhi semak dan ilalang disulapnya menjadi hunian sangat sangat sederhana sekali. Tidak ada yang mengetahui seluk beluk wanita tua itu, bahkan namanya pun tidak ada yang tahu-menahu. Desas-desus yang beredar dari warga RT. 1 mengatakan bahwa wanita tua itu adalah orang gila dari desa sebelah, dia diusir anaknya sejak sebulan yang lalu gara-gara mengamuk merusak rumah anaknya. Beredar lagi isu yang lain, tepatnya warga yang tinggal di sekitar gedung balai desa, mereka mengatakan bahwa wanita tua itu sedang menyempurnakan ilmu hitamnya. Entah berita mana yang benar, belum ada yang bisa memastikan kebenaran desas-desus tersebut.
Setiap hari, dia selalu diam menundukkan kepalanya, bahkan terlihat seperti seorang pertapa. Tidak ada seorang pun yang berani mengusik aktifitas hariannya, bahkan mendekatinya pun membuat merinding. Aneh memang, ketika matahari bersinar, dia terlihat berdiam semedi, sedangkan kala bulan menyembul, dia berdiri di tengah-tengah lapangan yang dibiarkan tidak terawat itu. Berdiri sambil menengadahkan kepalanya ke atas, menatap langit, dan kadang-kadang meronta-ronta sampai menjerit histeris, seperti itulah yang diungkapkan pak Todi yang rumahnya tidak jauh dari lapangan tempat wanita tua misterius itu berdiam. Entah apa yang sedang dilakukan wanita tua misterius itu, tidak ada yang peduli, namun tingkah anehnya nampaknya sudah mulai mengusik ketentraman warga desa Kemiri. Pernah suatu hari, sekitar tiga hari yang lalu, pak Jono, ketua RT, berinisiatif untuk memindahkan wanita tua itu ke rumah sakit jiwa, tetapi sampai saat ini belum ada realisasinya. Nampaknya warga desa Kemiri benar-benar tidak memiliki keberanian untuk melaksanakan usul pak RT.
Malam sebelumnya, tingkah wanita tua misterius itu benar-benar meresahkan warga desa Kemiri. Jeritan, rontaan, lengkinga, dan lolongannya kadang-kadang terdengar memilukan dan kadang-kadang membuat kesal warga. Namun, anehnya setiap wanita itu mengeluarkan tingkah anehnya, listrik di desa Kemiri selalu padam. Itulah mengapa warga desa mengaitkannya dengan praktek ilmu hitam yang dilakukan wanita tua itu, dan kejadian itulah yang membuat warga desa lebih memilih berdiam di dalam rumah sehabis Isya lantaran dia biasanya berulah setiap habis waktu Isya.
Sebuah kisah misteri telah membayangi kehidupan desa Kemiri. Hampir sebagian besar warga tidak bernyali melewati lapangan itu, siang hari sekalipun, bahkan sejak sebulan ini, aktifitas karang taruna yang berpusat di balai desa pun ditiadakan dengan alasan yang belum jelas. Mereka nampaknya tidak mau mengambil resiko atas kondisi yang sedang terjadi di desa Kemiri, sebuah resiko trauma mental. Kejadian itu benar-benar telah mempengaruhi mental hampir sebagian besar warga desa.
Tidak ada yang berani mendeskripsikan wajah wanita tua misterius penunggu sudut pinggir lapangan desa. Terlalu mengerikan, begitulah ujar pemuda-pemuda desa Kemiri. Jika dilihat sekilas, nampaknya dia hanya berbaju dari beberapa lembaran kain kumal, tubuhnya kurus, tinggal tulang belulang dibalut kulit, matanya cekung tetapi sorot matanya masih tajam, dan rambutnya acak-acakan diselingi oleh uban yang terlihat mengkilap ketika terkena sinar matahari siang, begitulah sedikit yang bisa diuraikan oleh warga yang memberanikan diri melewati lapangan desa Kemiri.
Tidak ada yang mengetahui apa yang menjadi pengganjal perut wanita tua misterius itu, lantaran dia hanya diam saja di pinggir lapangan desa sejak sebulan yang lalu. Ada yang bilang bahwa dia hanya memakan dagingnya sendiri dan ada pula yang mengatakan bahwa dia hanya memakan serangga dan hewan-hewan kecil yang setiap hari mengunjungi semak-semak dan ilalang di lapangan desa. Kebenaran yang masih belum teruji nampaknya mulai menghinggapi kehidupan warga desa Kemiri. Sepertinya luka-luka di kedua kaki wanita itu dijadikan anggapan bahwa wanita tua itu bersifat kanibal, sebagian warga menganggap si wanita tua itu makan dagingnya sendiri, dan mereka pun begitu percaya dengan hipotesis yang dilontarkan sendiri.
Malam ini, tepat pukul sebelas lewat dua puluh tiga menit, suara jerit dan lolongan panjang wanita tua penghuni lapangan desa membahana menyelimuti dinginnya udara malam ini, kemudian tak berapa lama, hanya sekitar satu menit, listrik desa Kemiri pun padam, seperti biasanya. Suasana desa nampak hening, hanya terdengar suara-suara mengerikan yang keluar dari mulut wanita tua misterius.
Lima belas menit sudah, suara-suara mengerikan itu masih menemani heningnya suasana desa Kemiri. Tiba-tiba suara kentongan dari gardu poskamling yang letaknya memang agak jauh dari lapangan menyeruak diantara lolongan panjang mengerikan wanita tua misterius itu. Bunyi kentongan itu menandakan sebuah perintah supsya warga desa untuk berkumpul di gardu poskamling tempat kentongan berada. Nampaknya bunyi kentongan malam ini semakin lama semakin kuat, dan terdengar ikut serta mengiringi suara aneh wanita tua yang masih belum berhenti. Bunyi yang menguat dan tidak berhenti nampaknya menandakan belum ada warga desa yang menyambangi asal bunyi itu.
Tak berapa lama, beberapa warga desa pun memberanikan nyalinya untuk berkumpul di gardu poskamling, tetapi nampaknya ada sebuah kejadian yang serta-merta membuat mereka tercengang, tidak bergerak sedikitpun, lantaran ketakutan yang menjadi-jadi, begitu pula dengan pak Jono, si penabuh kentongan, nampaknya ketakutan yang begitu besarnya menyebabkan pukulan kentongan menjadi semakin kuat tak terarah. Warga lain yang sedang beniat bergabung juga mengalami hal serupa, mereka tercengang di depan pintu rumahnya sendiri ketika akan beranjak ke poskamling, ketakutan yang luar biasa mengakibatkan mereka tidak bisa menggerakkan anggota badan mereka. Mereka seperti tersihir oleh pentas monolog yang diperankan oleh wanita tua misterius tengah malam ini.
Wanita itu tetap menjerit, meronta, melengking, dan melolong. Diantara rontaannya terdengar permohonannya dalam tangis kepada benda aneh yang mengeluarkan kilau cahaya yang malam ini menyinari lapangan desa Kemiri. Kilau cahaya itulah yang nampaknya membuat tercengangnya warga desa yang hendak bergabung dengan si pemukul kentongan. Sangat terang sekali kilau cahaya itu, tepat seukuran lapangan desa Kemiri, tepat di bawahnya berdiri wanita tua misterius.
"Kembaaaaalikaaaaaaaaan", begitulah ucapan wanita tua itu seperti yang tertangkap oleh telinga-telinga warga desa yang masih kaku badannya. Tangisan, jeritan, dan rontaan menghiasi malam yang hampir beranjak menuju subuh. Tetap saja benda bundar sumber cahaya seukuran lapangan desa tidak bergeming melihat tingkah wanita tua itu. Tak berapa lama kilau cahaya yang terang akhirnya perlahan meredup, dan tanpa disadari oleh puluhan mata warga desa, benda aneh itu pun melesat jauh ke angkasa, dan menghilang dalam gelapnya langit.