Mohon tunggu...
Dicky Wibowo
Dicky Wibowo Mohon Tunggu... dokter hewan -

Instagram: Mlaku Wae Project / Menulis di www.mlakuwae.blogspot.co.id serta menulis fiksi di www.pawonfiksi.blogspot.co.id / dokter hewan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah dari Bawah Pohon Waru

22 Januari 2012   10:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:34 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Brakk", suara hantaman sebuah benda. Bola dari kelapa yang sejak tadi dimainkan anak-anak dusun Têkek hilang kendali dan melesat menghantam gubug sesosok tua itu. Atap dari papan terlihat bolong dan berserakan akibat hantaman itu. Selang beberapa detik, lelaki tua itu menghampiri sumber suara, dan tak lama kelapa itu sudah ada digenggamannya. Dengan senyum ramah, tangannya menyerahkannya kepada segerombolan anak-anak yang sejak tadi memainkan kelapa tersebut, sambil mengelus lembut rambut salah satu anak, ceracau mulai dilontarkan diiringi dengan senyuman ramah, dan tak berapa lama dia kembali ke gubugnya.


Meskipun mereka menganggapnya sebagai seorang yang aneh, anak-anak tetap menganggapnya sebagai orang yang ramah, bahkan lebih ramah dari lik Randhu, seorang tokoh agama setempat. Pernah suatu ketika, lelaki tua itu memberikan sejumlah emas kepada keluarga-keluarga yang tengah dirundung kemalangan. Tidak ada yang tahu dari mana sumber emasnya, padahal setiap harinya dia hanya menghabiskan waktu di bawah pohon waru tua, tak jauh dari gubugnya. Dari kejadian itulah, warga semakin percaya bahwa lelaki tua itu adalah seorang wali.


Meskipun warga menganggapnya sebagai seorang yang mempunyai kelebihan, warga masih segan menghampirinya atau sekedar bercakap dengannya, sebagian besar warga beranggapan jika lebih baik membiarkannya dalam aktivitasnya, warga pun menganggap lelaki tua itu sedang melaksanakan lelaku tapa brata.


Setiap hari, bergiliran warga dusun mengirimkan makanan kepadanya. Bahkan ketika ada acara hajatan, tak lupa warga mengundangnya. Pernah suatu ketika lik Randhu mempersilakan untuk menginap di ruangan kamar kosong samping surau dusun, tetapi dengan sopannya lelaki tua itu menolaknya, dia lebih memilih tinggal di gubugnya, tentunya dengan bahasa yang juga tidak terlalu dipahami oleh lik Randhu.


Lik Randhu sendiri juga menganggapnya sebagai orang yang dikaruniai kelebihan ilmu oleh gusti Allah. Selalu saja dan sering lelaki itu dipersilakan untuk menjadi imam di surau dusun. "Hafalannya bagus dan bacaannya bagus", begitulah ujar lik Randhu, "tetapi ya itu, beliau masih misterius", tambahnya lagi.


Misterius, begitulah status yang dilekatkan warga dusun Têkek kepada lelaki tua itu, lantaran kadang-kadang dia ada di lingkungan dusun, dan kadang menghilang dengan sendirinya. Pakdhe Êntung pernah berujar bahwa bahasa sosok lelaki tua itu tak lain adalah bahasa sansekerta, tetapi pakdhe Êntung belum bisa memastikannya, lantaran terdapat perbedaan dari bahasa sansekerta yang pernah dipelajarinya. Namun, warga dusun tidak mau ambil pusing, karena mereka menganggap lelaki tua itu tetaplah sebagai seorang wali.


--------------------


Seperti sore sebelumnya, mbah Layar terlihat menaiki jukung kecilnya menuju tengah laut Jawa. Tidak ada yang tahu persis tujuannya. Namun, beberapa nelayan yang pernah berpapasan dengannya di tengah laut merasa bahwa mbah Layar benar-benar mempunyai kelebihan, lantaran di tengah laut itu, mbah Layar terlihat asyik bercengkerama dengan puluhan lumba-lumba yang hidup di laut Jawa. Mas Piyik, salah seorang nelayan menganggapnya mampu bercakap-cakap dengan binatang. Bahkan ada yang menganggap bahwa bahasa aneh mbah Layar tak lain adalah bahasa yang hanya dimengerti oleh hewan. Namun, entahlah, tidak ada yang tahu kebenarannya.


Lumba-lumba merupakan hewan buruan para nelayan dusun Têkek, tetapi semenjak mbah Layar hadir di dusun Têkek, kegiatan tersebut pun berangsur-angsur menghilang. Entah, warga merasa menghormati mbah Layar atau karena sebab lain, entahlah.


Mbah Layar memang hadir di tengah-tengah kehidupan warga dusun Têkek sekitar dua puluh tahun lalu, tidak ada yang tahu darimana asalnya. Pakdhe Randhu pernah berujar bahwa sebelum kedatangan mbah Layar, hujan deras disertai angin ribut dan badai terjadi hampir satu minggu penuh, bahkan kadang-kadang disertai tsunami kecil, kondisi saat itu benar-benar membuat warga dusun mengalami musim "kelaparan", lantaran mereka tidak bisa mencari rejeki di lautan. Setelah hampir tujuh hari, cuaca pun berangsur-angsur membaik, dan anehnya, tiba-tiba tak jauh dari garis pantai dan beberapa pohon waru yang membatasi pantai dengan pemukiman berdiri sebuah gubug dari papan dan batang-batang kayu, yang waktu itu dianggap warga sebagai gubugnya orang gila. Namun, ketika dari dalam gubug itu keluar sesosok lelaki berjubah putih, maka warga pun menganggapnya sebagai seorang wali.


Tidak ada yang tahu darimana datangnya mbah Layar. Beberapa warga beranggapan bahwa, mbah Layar kemungkinan dari pulau seberang yang terjebak badai waktu itu dan akhirnya terdampar di dusun Têkek. Beda lagi dengan yang diujarkan pakdhe Randhu, pakdhe Randhu beranggapan bahwa mbah Layar adalah titisan wali jaman dulu yang diutus untuk memperbaiki kehidupan jaman sekarang. Entah dugaan mana yang benar, tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun