Mohon tunggu...
Penglaris Melengkung
Penglaris Melengkung Mohon Tunggu... Lainnya - RATED - W (- 00^00yo )

Didalam pikiran ini terdapat pikiran yang kepikiran!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kumpulan Orang Gerah

19 Juni 2024   10:56 Diperbarui: 19 Juni 2024   11:15 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar diambil dari pikiran sendiri bikin tadi

Matahari terik lagi

angin kering membawa panas

orang-orang menjadi gerah

karena hidup yang tidak pernah berubah

Karena hidup yang tidak pernah berubah

orang-orang menjadi gerah

melihat harga-harga yang naik lagi

sementara pekerjaan sulit dicari

Karena hidup yang tidak pernah berubah

orang-orang menjadi gerah

Ini salah siapa?

Ini salah siapa?

Tanya mereka yang gelisah

Tetap saja keadaan tidak pernah berubah

Ini salah siapa?

Ini salah siapa?

Tanya mereka yang gelisah kepada langit yang cerah

Tetap saja keadaan tidak pernah berubah

Langit tetap sibuk membuat pertempuran

pertempuran antara kebaikan dan kejahatan

pertempuran untuk mengalihkan perhatian

dari orang-orang yang berharap perubahan keadaan

Ini salah siapa?

Ini salah siapa?

Tanya mereka yang gelisah kepada bumi yang kering

Tetap saja keadaan tidak pernah berubah 

Bumi yang kering hanya menengadah

menerima langit yang menjadikan dirinya arena pertempuran

pertempuran antara kebaikan dan kejahatan

pertempuran untuk mengalihkan perhatian

dari orang-orang yang berharap perubahan keadaan

Dan orang-orang semakin gerah

karena matahari makin panas lagi

menguapkan semua harapan

tentang perubahan keadaan yang tidak juga

Ini salah siapa?

Ini salah siapa?

Tanya mereka yang gelisah kepada mereka sendiri

Tentunya tidak ada yang menjawab

karena mereka juga sibuk sendiri

bertanya pada antara mereka sendiri

Lalu langit berkata:

"Lihat, orang itu menggunakan warna yang salah

kan cuaca sedang cerah. Orang itu salah"

Dan orang-orang itu segera bergerak

melupakan pertanyaan yang selalu mereka ucapkan

segera mereka hantamkan kekecewaan 

pada orang yang salah menurut langit

"Warnamu salah. Warnamu salah. Kan ini cuaca sedang cerah"

Setelah darah tumpah ke bumi

orang-orang itu lega

mereka bercerita

tentang orang yang salah warna

Tiba-tiba perut orang-orang itu bernyanyi lagi

dengan suara yang mengiris hati

lalu mereka gerah lagi

Ini salah siapa

Ini salah siapa

dan meereka saling bertanya

semakin riuh suaranya mengisi bumi

Kali ini langit kebingungan

karena pertanyaan orang-orang itu tidak pernah berubah

terus menerus berulang

"Ini salah kamu!"

Seseorang mengalihkan telunjuknya pada orang lain dalam kumpulan orang-orang itu

"Perutmu bunyi melulu. Ini salah kamu"

Dan segera orang-orang itu menjadi piranha

mengarah ke orang yang dituding

Setelah itu

darah tumpah lagi ke bumi

Orang-orang itu lalu bercerita tentang rebahnya seseorang yang perutnya terus berbunyi

Tiba-tiba seseorang menyeru dari tengah kerumunan

"Ini salah kamu!"

Seseorang mengalihkan telunjuknya pada orang lain dalam kumpulan orang-orang itu

"Mulutmu bunyi melulu. Ini salah kamu"

Dan segera orang-orang itu menjadi hiu 

menuju orang yang dituding

Seketika 

darah tumpah lagi ke bumi

Orang-orang itu lalu bercerita tentang rebahnya seseorang yang perutnya terus berbunyi

Tiba-tiba seseorang menyeru dari tengah kerumunan

"Ini salah kamu!"

Seseorang mengalihkan telunjuknya pada orang lain dalam kumpulan orang-orang itu

"Telunjukmu tidak menuding orang.  Telunjukmu malah masuk ke lubang hidungmu. Ini salah kamu"

Orang yang dituding ketakutan

berusaha sekuat tenaga mengeluarkan

jarinya sendiri yang dia masukkan ke lubang hidungnya

Dan segera orang-orang itu menjadi hiu 

menuju orang yang dituding

Seketika 

darah tumpah lagi ke bumi

Orang-orang itu lalu bercerita tentang rebahnya seseorang yang perutnya terus berbunyi

Orang-orang itu terus mengulangi lagi perbuatannya

mengiringi bumi yang berputar menggelinding karena rotasi

segalanya terus berulang

bahkan Sang waktu tidak bisa berhenti

Langit jadi sepi

setelah melihat peristiwa yang terjadi

Dalam kebingungan 

langit menyendiri

duduk terpojok di cakrawalanya sendiri

menggigil ketakutan memeluk lutut

sambil menasbihkan kalimatnya dalam bisik:

"Manusia telah berubah menjadi serigala bagi manusia lainnya"

"Manusia telah berubah menjadi serigala bagi manusia lainnya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun