Mohon tunggu...
Penglaris Melengkung
Penglaris Melengkung Mohon Tunggu... Lainnya - RATED - W (- 00^00yo )

Didalam pikiran ini terdapat pikiran yang kepikiran!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seorang Gadis dan Malam

18 Februari 2024   16:39 Diperbarui: 18 Februari 2024   16:47 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari:https://www.spacer.com/blog/the-best-kept-secret-of-your-car-your-parking-lights

Malam ini, Hayley bergembira. Dia sudah bisa membuat kue ulang tahun untuk ibunya. Hayley menghiasi sepasang roti tawar dengan bertabur coklat kecil-kecil di atasnya. Tidak lupa sebuah lilin kecil berwarna kuning dia sematkan. Semuanya Hayley tempatkan dengan rapi di atas piring kecil.

"Nah, Hayley sebutkan permintaanmu saat meniupkan lilin." Hayley ingat kata-kata ayahnya. Dan selalu, setiap ulang tahun Hayley selalu mengucapkan permintaan yang sama.

"Ayo, Hayley sayang. Sebutkan permintaanmu." Ibu Hayley mengelus rambutnya. Rambut ikal berwarna merah kecoklatan. Cocok sekali dengan gaun pesta ulang tahun yang berwarna merah muda.

"Permintaanku selalu sama, aku ingin Papa dan Mama selalu bersama, sampai Hayley punya anak nanti." Dan Hayley segera meniup lilinnya. Setelah itu, Papa dan Mama Hayley mencium kedua pipinya. Tidak lupa juga mereka memeluk Hayley pada ulang tahunnya yang ke lima belas.

Setelah itu suara telepon genggam Papa berdering. Setelah berbicara di luar rumahnya, Papa pamit kepada Mama dan Hayley.

"Papa ke kantor sebentar, nanti kembali lagi." Papa Hayley mencium kedua pipi Mama dan Hayley.

"Tak bisakah kau tinggal sebentar saja, John, demi Hayley." Mama cemberut. Hayley juga kecewa. Sepertinya, wajah-wajah mereka yang kecewa mampu membakar dekorasi pesta ulang tahun kamar tersebut.

Papa, tidak menjawab. Dia langsung menutup pintu kamar dan pergi, meninggalkan Hayley dan Mama di kamarnya.

...//Aku tak akan meremehkanmu // Aku hanya menceritakan perasaanku padamu// Aku tak akan membagimu dengan pria lain//...[1] Dan suara jeritan penyanyi itu membelah suasana malam dari kamar Mama Hayley. Hayley berjalan pelan menjaga keseimbangan. Banyak sekali lumut di atas lantai apartemen dan tetesan air di lantai akibat pipa ledeng rusak.  

"Mama, hari ini ulang tahun Mama. Lihat, aku membuatnya sendiri." Mama beringsut dari ranjangnya dan menerima piring kecil dari Hayley. Rambut Mama tak tersisir. Kaosnya kusut, seperti selimutnya yang penuh noda makanan dan minuman. 

"Terima kasih Hayley. Kamu pintar sekali!" Lalu Mama mencium pipi Hayley. Tiba-tiba Mama melemparkan piring beserta kue ulang tahunnya ke didinding apartemen yang kertas dindingnya mulai mengelupas. Piring beserta kuenya hancur berserakan seketika menghantam dinding kayu apartemen.

"Aku tidak butuh kue ulang tahun. Aku hanya butuh Johnny. Hanya itu yang aku butuhkan!" Hayley kemudian mengambil sebotol minuman keras untuk Mama. Setelah itu, Hayley menuju tempat Mama melemparkan piringnya. Hayley mengambil dengan hati-hati pecahan piring serta kue yang sudah dilempar ke lantai. 

"Pergi, tinggalkan aku sendiri. Aku tidak butuh kamu. Aku hanya butuh Johnny." Hayley berjalan menunduk menuju pintu kamar. Di samping pintu kamar Mama, Hayley melihat foto kecil. Foto waktu Papa dan Mama masih bersama. Foto keluarganya yang masih dia rindukan.

Hayley menutup pintu kamar Mama. Dan segera suara musik dari radio Mama terbungkam. Dari kejauhan, Hayley masih bisa mendengar suara penyanyinya menjerit membelah malam...// Aku telah memutuskan// Buanglah make up mu// Kukatakan sekali lagi// itu cara yang salah//...[2]

Air mata Hayley menetes pelan-pelan mengaliri pipinya. Hayley rindu Mama. Hayley rindu Papa. Andai Mama kembali, Hayley ingin bercerita. Andai Papa kembali, Hayley ingin bercerita. Bercerita tentang malam. Malam yang semakin kelam. Malam yang kegelapannya menelan semua cahaya. Malam yang melahirkan sorang pria. Pria yang melahirkan duka Hayley. Seorang pria yang menyentuh Hayley tidak pada tempatnya.

"Nyonya John, kami mengabarkan, bahwa suami Nyonya saat ini dalam keadaan koma di Rumah Sakit Bellevue..."[3] Lalu Mama melemparkan telepon genggamnya ke dinding. Setelah itu, Mama melemparkan juga kue ulang tahun Hayley ke dinding. Mama mulai berteriak-teriak dan menjerit-jerit seperti seorang perempuan yang kerasukan roh jahat.

"Aku membutuhkanmu Johnny! Kenapa kau tidak mau mendengar? Aku membutuhkanmu Johnny!" Mama lalu bersimpuh di lantai. Air matanya menetesi lantai seperti tetesan air dari pipa-pipa ledeng apartemen yang rusak.

"Masuklah gadis kecil. Malam makin dingin" Pria bertopi bisbol itu kemudian membuka kaca mobilnya. Mobil yang hitam segelap malam. Dan jalanan begitu sepi di malam hari, seperti membungkam cerita yang tidak perlu di sebutkan lanjutannya.

"Tidak. Aku hanya ingin berjalan saja!" Hayley beranjak pergi. Tapi pria itu jauh lebih cepat. Tiba-tiba dia sudah berada di depan Hayley.

"Malam itu berbahaya bagimu gadis kecil. Masuklah, aku berniat baik padamu, gadis kecil. Pria itu lalu mengeluarkan uang seratus dollar kepada Hayley.

"Tidak. Aku hanya ingin pergi!" Hayley menangis. Tangan Hayley menepis tangan pria itu. Matanya mengalirkan air mata, semakin deras seperti sungai. Tetapi malam makin kelam, menelan segala duka Hayley dalam kegelapannya. Tidak ada siapapun di jalan itu. Hanya ada dingin yang makin menggigil.

"Bukankah kau merindukan seorang Papa. Aku seorang pria, dan aku adalah Papa-mu juga." Pria bertopi bisbol itu, dengan tubuhnya yang besar, menghadang Hayley lagi. Pria itu mencengkram lengan Hayley dengan kedua lengannya yang kekar.

"PERGIII! Aku tidak mau bertemu denganmu lagi! PERGIII!" Hayley berteriak sambil berlari menjauhi pria bertopi bisbol tersebut. Tetapi Hayley kalah lagi. Pria itu langsung menangkap Hayley dan membopong Hayley di pundaknya.

"Lepaskan aku! Lepaskan! PERGIII! PERGIII! Kau bukan Papa-ku!!" Teriak Hayley sambil memukuli punggung pria itu. Pria bertopi bisbol itu diam saja. Dengan tenangnya membuka pintu bagasi mobil dan melemparkan Hayley di sana. Kemudian, pria itu mengunci bagasinya. Setelah masuk ke mobilnya, pria itu segera menginjak gas mobil dan segera hilang dalam kegelapan malam.

Catatan:

[1] Bait ke lima dari lirik lagu "Roxanne" karya sebuah kelompok musik The Police yang diterjemahkan penulis

[2] Bait ke lima dari lirik lagu "Roxanne" karya sebuah kelompok musik The Police yang diterjemahkan penulis

[3] Nama sebuah rumah sakit tertua di New York

 

               

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun