Menggenjot produktivitas dan mentransformasi pertanian tradisional menuju modern adalah salah satu tujuan dibentuknya jargon pertanian 4.0. yang mana, angka 4.0 sudah sering di jumpai belakangan ini di berbagai instansi pemerintah. Sebelum diganti metaverse, belakangan ini.
Tapi sebelum menuju pertanian berbasis IoT yang sering di gaungkan pemerintah, ada baiknya untuk mendengar aspirasi utama dari para petani kecil di luar sana. Hal ini tak lain soal penyaluran hasil panen petani yang sering di beli dengan harga murah oleh tengkulak. Tak lupa pula, suara sumbang lain dari petani yang seakan tak pernah di gubris pemerintah, yaitu menyetop impor pangan kala panen raya tiba.
Bukan tanpa sebab, impor komoditas tertentu saat hasil pertanian dalam negeri meningkat, malah membuat harga hasil panen petani menjadi murah dan mental mereka kian goyah. Yang mana hal ini menjadi sumber masalah utama bagi petani.
Untuk itu demi mewujudkan pertanian indonesia yang berdaya saing ekspor, alangkah baiknya pemerintah memperhatikan keinginan dan kondisi wilayah para petani.
Di berbagai daerah, Infrastruktur masih jadi masalah
Kondisi geografis di pelosok indonesia yang sering jadi sentra pangan tidak semuanya mulus. Dengan kondisi pegunungan dan lahan yang sering berada jauh dari jalan, menjadi permasalahan utama bagi petani di Indonesia.
Di pedesaan umumnya jalan menuju lahan pertanian itu berupa jalan setapak yang terjal, licin serta menanjak. Sehingga pengangkutan pupuk akan semakin berat. Begitu pula dengan pembawaan alsintan yang cukup merepotkan menuju lahan pertanian/perkebunan.
Untuk itu, di beberapa daerah pelosok yang berbukit, prioritas pembangunan jalan usaha tani harus lebih di perhatikan. Sebab hal ini bisa mempercepat penerapan teknologi bagi para petani yang berada di daerah tersebut.
Sehingga dengan infrastruktur yang memadai, penerapan teknologi pertanian atau IoT di Indonesia bisa kian terlaksana. Yang nantinya berdampak pada produksi panen dan kualitas komoditas yang dihasilkan.
Belum lagi dengan program dinas pertanian yang mengharapkan panen padi menjadi setahun empat kali, kesiapan saluran irigasi untuk menyalurkan air ke area pesawahan menjadi kunci utama kesuksesan program ini.
Pun pengangkutan hasil panen, pupuk, hingga pembawaan alsintan akan sangat berpengaruh pada kondisi jalan menuju area pertanian. Â Untuk itu, infrastruktur adalah kunci utama guna mewujudkan pertanian Indonesia yang berdaya saing ekspor. Atau minimal, tak perlu impor.Â
Peran penting penyuluh
Petani di luar daerah yang jauh dari teknologi umumnya hanya mengenal pupuk saja untuk menumbuhkan tanaman mereka. Karena mayoritas masih generasi terdahulu, masih sedikit yang paham soal unsur hara, npk hingga kebutuhan serta pengendalian hama penggangu pada tanaman mereka.
Untuk itu, peran penting penyuluh lapangan sangat dibutuhkan dari instansi pertanian. Dengan edukasi dosis pupuk, penanganan hama, memperkenalkan ph tanah dan rekomendasi tanaman untuk di setiap wilayah, diyakini bakal membuat setiap daerah di indonesia memiliki produk unggulannya tersendiri.
Pun, dengan rencana pengurangan pupuk bersubsidi di 2024 kelak, para penyuluh diharapkan bisa mengajak para petani untuk mengubah kebiasaan pupuk kimia ke organik secara gradual. Apalagi pupuk organik dengan bahan dasar kotoran hewan sangat ramah lingkungan, sehingga pertanian modern yang ramah lingkungan dan berkelanjutan bisa di terapkan petani di setiap pelosok negeri.
Di luar dari itu semua, sebetulnya potensi pertanian di indonesia cukup cerah. Selain adanya youtube dan mesin pencari sebagai sumber ilmu, sumber daya manusianya pun telah naik secara bertahap. Tugas utama dari pemerintah supaya target swasembada pangan tercapai adalah dengan memperhatikan sarana dan prasarana, edukasi hingga memecahkan permasalahan penjualan hasil panen petani. Sebab, kebanyakan petani di Indonesia hanya memiliki  tanah tak lebih dari 1 Hektar, sehingga pemecahan masalah penjualan hasil pertanian akan sangat berdampak pada kesejahteraan mereka dan bangsa, tentu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H