Hasilnya, dari 10 pengguna yang menjawab serius, 5 di antaranya sudah tidak lagi membuka instagram. 3 masih membuka dibawah 1 jam sehari sekadar untuk stalking maupun menjadi tempat referensi toko online dan 2 sisanya masih getol membuka instagram karena dianggap mengikuti perkembangan.
5 orang yang sudah tidak lagi memiliki akun instagram, mereka beralibi bahwa Instagram memiliki daya Toxic yang tinggi pada kehidupan mereka.
Sebab, saat mereka masih memiliki akun instagram, selalu ada dorongan untuk memamerkan sesuatu, baik di insta story maupun isi feed instagram pribadi.
Selain itu, setelah dikonfirmasi lebih lanjut, mereka yang memilih menonaktifkan akun instagram merasa terganggu dan sering menimbulkan penyakit hati saat melihat keberhasilan para teman sekolah, kerabat atau yang memiliki relasi kuat dengan mereka.
Dampak tersebut juga berpengaruh pada kehidupan pribadi mereka karena mengikis rasa percaya diri, menambah rasa kurang bersyukur, mendiagnosis diri dengan pandangan negatif dan berujung pada rasa tak berharga serta depresi.
Maka, tak ada salahnya memang jika menonaktifkan akun instagram demi kehidupan yang lebih bahagia menjadi pilihan utama mereka.
Sementara itu, 3 orang yang masih memiliki akun instagram namun jarang menggunakannya selama lebih dari satu jam setiap hari, beralasan masih membutuhkan instagram untuk mencari informasi soal lowongan kerja, tren, belanja online atau informasi sejenis yang masih relevan.
Selain itu, instagram dalam pandangan mereka jadi tempat untuk mengetahui segala aktifitas teman dan publik figur maupun tim sepakbola favorit.
Meskipun, mereka tak menampik jika instagram memiliki dampak negatif pada kehidupan mereka. Baik secara mental atau pikiran.
Kembali kepada 5 orang yang tak memiliki instagram, Dengan menutup akun miliknya, kehidupan mereka menjadi lebih tenang.
Sebab, tuntutan membuat postingan fotogenik di tempat yang instagrammable maupun hasrat ingin memamerkan sesuatu yang berharga dan menyenangkan, telah hilang.Â