Mohon tunggu...
Serigalapemalas
Serigalapemalas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nihilistik

Penulis pemalas yang nggak suka-suka amat menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Apa yang Perlu Dibanggakan dari Sepak Bola Indonesia?

8 September 2019   10:36 Diperbarui: 8 September 2019   10:50 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasca kekalahan 2-3 Timnas Indonesia dari Malaysia pada Kamis, 5 September lalu, segala macam alibi menguap ke permukaan. Dari staff pelatih, pemain, federasi hingga ranah supporter membawa alasannya tersendiri untuk membenarkan persepsi apa yang terjadi di dalam dan luar lapangan.

Dari pelatih, Coach Simon McMenemy mengkritisi ketatnya liga 1 yang berimbas pada kondisi pemain timnas yang loyo di babak kedua. Dari luar lapangan, Supporter mencoba membenarkan perilaku mereka dalam kerusuhan yang terjadi.

Baca juga: Oktober, Bulan penyambutan The Joker

Namun, terlepas dari pembenaran tadi, apa yang perlu dibanggakan di sepakbola Indonesia sejauh ini? Selain pasang surut prestasi, semangat perubahan ke arah yang lebih baik juga hanya sebatas kalimat.

Salah Federasi?

Dalam kurun waktu satu dasawarsa, timnas senior mengalami naik turun prestasi. Kita dibuat terbang berkat penampilan gemilang tim nasional di AFF 2010 dan 2016, sebelum akhirnya dihempaskan kembali ke bumi dengan spontan. Selain karena seringnya pergantian pelatih dan tak sabarnya supporter kita pada proses, kompetisi liga dan tubuh internal PSSI juga menjadi sorotan.

PSSI, sebagai federasi induk sepakbola Indonesia, malah menjadi organisasi paling dibenci penggemar bola tanah air. Selain skandal yang menimpa jajaran pimpinannya beberapa waktu lalu, kurangnya transparansi, pengelolaan liga yang kurang baik serta keseriusan dalam mengembangkan kompetisi yang jujur dan menjunjung tinggi nilai fair play sering kali di pertanyakan. Kecurigaan ini terus dipelihara karena napak tilas PSSI itu sendiri.

Dimulai dengan jadwal liga, dari awal kick off, Jadwal pertandingan, regulasi hingga hukuman yang sekarang jadi perhatian, selalu saja berakhir tak jelas dan plintat-plintut. 

Dari denda saja PSSI sudah mengantongi uang milyaran rupiah dari klub. Selain itu, transparansi dan kejelasan kemana larinya uang denda tak jelas muaranya. 

Jika terus seperti ini, level liga akan semakin jauh dari negara tetangga dan malah mengawetkan ketidakpercayaan publik pada federasi kita ini.

Andai saja, kerusuhan yang biasa terjadi di dalam maupun luar stadion oleh oknum supporter dijatuhi hukuman pengurangan poin maupun dilarang datang ke stadion, bukan memalak dana ke pihak klub terkait, pasti klub Indonesia kini sudah mulai professional. Atau bahkan mampu merencanakan pembuatan tempat latihan mandiri. Jika demikian, hal ini tentu akan berdampak positif baik pada pemain, kualitas liga dan akhirnya berimbas pada Timnas sebagai tujuan utama.

Karena jika dibandingkan dengan fasilitas klub di Malaysia saja, kita sudah tertinggal. Maka tak heran jika pemahaman taktik negeri jiran tersebut mulai membaik meskipun, pemain Indonesia memiliki skill individu yang mumpuni. Hal ini bisa dilihat di gim kemarin.

Fanatisme Buta

Tipe suporter sepakbola Indonesia adalah komposisi dari Ultras, Casual, Mania hingga hooligan bercampur jadi satu. Yang terkadang, rusuh dan kericuhan adalah hal yang harus dibudayakan dalam rivalitas. Bahkan membantu tugas Malaikat pencabut nyawa pun tak masalah. Asal, nama baik klub dan organisasi tetap suci dari perkataan kotor yang memekakkan telinga dari sang rival.

Miris memang, tapi begitulah faktanya. Fanatisme kita terlalu berlebihan. Bahkan nama klub lebih penting ketimbang timnas sekalipun. Buktinya? Sweeping kala menonton timnas bertanding masih sering terjadi.

Tapi lupakan itu. Sebab sebagai pencinta sepakbola, rivalitas tak harus melulu berakhir dengan nyawa, tapi kreativitas dalam memberikan dukungan. 

Saya memang suporter layar kaca yang hanya away satu kali saja. Tapi, jika kerusuhan dibalas kerusuhan, mata dibalas mata, persis kata Gandhi, dunia akan buta.

Mari kita berimajinasi seandainya kerusuhan dibalas kreativitas. Apa yang terjadi? Tim kebanggaan akan semakin terpacu motivasinya, suporter rival segan dan malu karena telah menyerang pertama, dan yang terpenting, koreografi serta chant-chant penyemangat semakin lantang terdengar di stadion. 

Dan akhirnya, sepakbola menjadi ajang kreativitas yang membuat citra sepakbola kita semakin baik dimata dunia dan bukan mustahil menambah kualitas liga Indonesia.

Menunggu langkah PSSI 

Harus diapresiasi memang karena PSSI sudah mencerminkan langkah tepat mereka dengan memberikan kesempatan lisensi AFC pro untuk pelatih-pelatih Indonesia. Selain itu, kompetisi liga usia dini juga sudah berjalan, dan mereka berujar jika kualitas wasit sudah menujukan ke hal yang positif.

Namun, Selalu saja ada cela didalamnya. Dari regulasi yang plin-plan, anggapan peran ganda PSSI sebagai Event Organizer serta banyak pihak mempertanyakan keseriusan mereka terhadap pengelolaan liga yang baik. Setidaknya pandangan ini terlihat dari sudut pandang masing-masing suporter klub. 

Padahal, banyak pengamat sepakbola yang menginginkan PSSI fokus membereskan masalah di liga alih-alih memgadakan event internasional di Indonesia. Dan juga, memberikan sanksi bukan berlandaskan materi sahaja, melainkan efek jera.

Semoga saja, kedepannya sepakbola kita semakin cerah dengan organisasi induk yang benar-benar professional bukan jargon semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun