Pasrah pada hidup, berkecimpung dengan lowongan dan disertai rasa depresi, mungkin inilah potret hidup seorang pengangguran. Menjadi penganggur, dengan memiliki segudang waktu luang di usia yang tak lagi muda seakan mengangkat sebuah batu besar sendirian. berat.
Pengangguran manapun di dunia ini pasti akan iri dengan para karyawan yang sering mengeluh soal hari senin. Padahal, dari perspektif penganggur, mereka juga ingin merasakan hari senin sebagaimana seorang karyawan lainnya. Hal ini ibarat jomblo yang ingin merasakan putus cinta dan galau hebat karenanya sedangkan pacar ia pun tak punya. Menyedihkan bukan?
Tapi bagaimana dengan kesehatan mental mereka? selalu merasa tak berguna, Kehilangan rasa percaya diri dan depresi, itu semua tak memiliki selera humor sedikitpun didalamnya.Â
Agar tetap waras, sebagai seorang penganggur yang telah menjalani hidup pengangguran selama dua tahun, mengubah mindset dan memotivasi diri sendiri adalah jalan terbaik untuk menangkis serangan ingin bunuh diri maupun perbuatan negatif lainnya.
Peran Mindset
Ingatlah, belum memiliki pekerjaan itu bukanlah sesuatu yang hina. Kita tak perlu malu dengan status tabu itu. Bahkan, bercengkrama dengan orang banyak serta menjalin komunikasi kembali dengan teman lama akan membuat peluang mendapat pekerjaan semakin terbuka lebar. Hal ini berbanding terbalik dengan anggapan sebagian generasi muda yang menganggap pengangguran itu aib. Dengan begitu, mereka tak pikir panjang untuk menyembunyikan statusnya dan berdiam diri dengan hanya mengandalkan koneksi keluarga.
Kita juga harus yakin, bahwa setiap insan memiliki momen puncak tertentu dalam hidup. Anggaplah, menganggur ini merupakan proses pengalihan hidup agar kita semakin bijak dalam mengelola keuangan pribadi kelak.
Lupakan sejenak instagram
Media sosial, candu, racun dan pusat hiburan nomor satu di era digital. komposisi tersebut memiliki dampak yang cukup signifikan bagi setiap orang. Tak terkecuali pada para pengangguran. Bermain media sosial, instagram khususnya, kita tak mungkin sendirian. ada drama saling follow didalamnya. apalagi dengan teman sebaya maupun kawan lama kita dulu.
Dari situ drama dimulai. Kepo akun mereka, ingin tahu kehidupan pribadi dan ternyata mereka semua dirasa sukses oleh standar pribadi, timbulah rasa iri yang mengikis rasa percaya diri. Kita mulai membandingkan secara tak sadar kehidupan kita dengan mereka. bukannya, lebih baik, bermain instagram terlalu lama malah membuat penggunanya semakin merasa tak berguna. Apalagi teruntuk pengangguran.Â
Perlunya hiburan
Kata siapa, menjadi pengangguran berarti harus merenung dan mengasihani diri sendiri setiap hari. Faktanya, menjadi penganggur juga harus memiliki hiburan. Itu penting untuk melupakan sejenak rumitnya mencari kerja dan menekan overthinking yang sering terlintas begitu saja. Relax dan tetap fokus merupakan kombinasi bagus untuk mereka. dengan menyelangi antara kewajiban dan hak dalam hidup, berarti menjaga keseimbangan tubuh dan akal sehat berjalan baik.
Namun, terlepas dari itu semua. kita sependapat, menjadi pengangguran itu begitu berat. Terkecuali untuk Alan dalam The Hangover.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H