Mohon tunggu...
Dicky Pujakesuma
Dicky Pujakesuma Mohon Tunggu... Programmer - Heaven Consultant

Saya cogil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menembus Batas Kebhinekaan Global: Petualangan Diklat Wawasan Kebhinekaan Global di Pendidkan Profesi Guru

10 Januari 2024   16:27 Diperbarui: 10 Januari 2024   16:37 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam perjalanan panjang ke dunia pendidikan, kami, seorang mahasiswa Pendidikan Profesi Guru, mendapati diri kami tengah memasuki bab yang penuh warna dan makna, yaitu Diklat Wawasan Kebhinekaan Global. Sebuah petualangan ilmu yang membuka mata dan hati kami terhadap keberagaman dunia, kebhinekaan Indonesia, damai dengan diri sendiri, serta mewujudkan keharmonisan dalam konteks pendidikan. Di setiap langkahnya, diklat ini mengajarkan kami bukan hanya tentang kurikulum, tetapi juga kehidupan yang damai dan penuh toleransi.


Topik 1: Kebhinekaan Global – Melintasi Batas Kultural


Dengan penuh semangat, kami diajak menyelami kebhinekaan global. Dosen kami membuka pintu menuju dunia tanpa batas, tempat di mana perbedaan bukanlah dinding, melainkan jendela yang memandang keindahan keanekaragaman. Melalui ceramah dan diskusi yang mendalam, kami mengeksplorasi cara-cara berpikir yang berbeda dari berbagai belahan dunia. Bagaimana kita bisa memahami perspektif orang lain jika tidak meresapi keberagaman ide dan nilai?

Dalam refleksi diri, kami mendapati pertanyaan-pertanyaan yang menggetarkan jiwa. "Seberapa besar ketidaknyamanan kita dalam berinteraksi dengan budaya yang tidak kita kenal? Bagaimana kita bisa menjadi agen perubahan untuk mendorong dialog antarbudaya?" Kami mulai menyusun fondasi untuk mengembangkan pemahaman mendalam terhadap kebhinekaan global.


Topik 2: Kebhinekaan Indonesia – Merajut Semangat Bhinneka Tunggal Ika

Setelah menjelajah kebhinekaan global, kini giliran Indonesia. Materi ini membuat kami tersentak oleh kekayaan budaya dan etnis di negeri sendiri. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote, Indonesia adalah panggung bagi keragaman yang memikat. Dengan mata hati yang terbuka, kami membenamkan diri dalam pengetahuan tentang keanekaragaman suku, adat, dan bahasa.

Pertanyaan refleksi menuntun kami untuk mengeksplorasi identitas diri dalam masyarakat yang majemuk ini. "Bagaimana kami, sebagai calon pendidik, dapat merangkul keberagaman dan menghargai perbedaan sebagai kekayaan?" Kami menemukan kekuatan dalam merangkul identitas Indonesia yang inklusif, melampaui batas-batas geografis dan etnis.

Topik 3: Berdamai dengan Diri Sendiri – Mengarungi Samudera Kecil dalam Jiwa

Dalam suasana yang lebih intim, kami berpaling ke dalam diri sendiri. Materi ini membimbing kami melalui perjalanan refleksi pribadi, merenungi nilai-nilai yang kita anut, kepercayaan diri yang perlu ditingkatkan, dan cara kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.

"Pertanyaan apa yang meresahkan pikiran kami? Bagaimana kami bisa menciptakan damai dalam diri sendiri, sehingga kami dapat menjadi agen perdamaian di sekitar?" Dengan tulus, kami menggali ke dalam lapisan batin yang seringkali terlupakan, menemukan kedamaian yang menjadi kunci untuk membawa perdamaian ke dunia luar.

Topik 4: Keberagaman di Sekolah – Menyusun Puzzle Tanpa Batas

Kami tidak hanya belajar tentang keberagaman, tetapi juga bagaimana mengelolanya di dalam lingkungan pendidikan. Dosen kami memberikan wawasan mendalam tentang tantangan dan manfaat keberagaman di sekolah. Dari situ, kami merenung tentang peran kami sebagai guru dalam menciptakan ruang kelas yang inklusif dan menyambut semua siswa tanpa memandang latar belakang mereka.

"Pertanyaan apa yang perlu kami tanyakan kepada siswa untuk memahami keberagaman mereka? Bagaimana kami dapat menciptakan atmosfer yang aman dan nyaman bagi setiap siswa?" Dengan games interaktif, kami menggabungkan teori ke dalam tindakan, membangun fondasi kuat untuk mendukung keberagaman di sekolah.

Topik 5: Menuju Sekolah Damai – Membentuk Pemimpin Damai

Dalam tahap akhir perjalanan ini, kami mengejar visi menuju sekolah damai. Melalui diskusi kelompok, kami merancang strategi untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang menumbuhkan pemimpin damai. Kami tidak hanya belajar teori tentang konflik dan penyelesaian konflik, tetapi juga bagaimana menerapkannya dalam konteks nyata.

"Bagaimana kami bisa menjadi pemimpin yang mendorong toleransi dan mengatasi konflik di sekolah? Bagaimana kami bisa menciptakan budaya sekolah yang menghargai perdamaian?" Dengan semangat penuh, kami menyusun rencana aksi dan menyusun langkah-langkah konkret untuk mencapai visi sekolah damai.

Menutup Petualangan – Menerapkan Hasil Pembelajaran dalam Kehidupan Sehari-hari

Dengan pengetahuan dan pengalaman yang kaya, kami mengakhiri petualangan diklat wawasan kebhinekaan global ini. Kami bukan hanya seorang mahasiswa Pendidikan Profesi Guru, tetapi juga seorang pembelajar yang siap menanamkan nilai-nilai kebhinekaan dalam setiap tindakan dan keputusan kami sebagai pendidik.

Artikel ini hanyalah sekelumit cerita dari perjalanan kami, dan kami yakin setiap peserta diklat memiliki kisah yang unik. Dengan semangat kebhinekaan yang telah kita tanamkan, mari bersama-sama menjadi agen perubahan yang membawa perdamaian dan toleransi ke dalam dunia pendidikan. Satu guru, satu kelas, satu sekolah, kita bisa mewujudkan visi ini bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun