Di dunia profesional, kita sering mendengar cerita atau bahkan mengalami langsung, bagaimana seseorang membawa keluarganya atau kerabat dekat untuk bekerja di tempat yang sama. Fenomena ini sering kali dipicu oleh rasa kedekatan personal dan kepercayaan yang dibangun antara individu tersebut.
Tapi, ada sisi gelap dari kebiasaan ini yang bisa merusak dinamika kerja, menciptakan ketegangan antar rekan kerja, dan bahkan merusak citra perusahaan itu sendiri.
Praktik ini sering kali dikenal dengan sebutan nepotisme.
Nepotisme, dalam konteks ini, merujuk pada kebiasaan memberikan pekerjaan, promosi, atau keistimewaan lainnya kepada keluarga atau teman dekat, meskipun mereka mungkin tidak punya kompetensi yang memadai untuk pekerjaan tersebut.
Dalam beberapa kasus, ini tidak cuma berdampak pada kinerja individu yang terlibat, tapi juga pada suasana tim secara keseluruhan.
Mengapa beberapa orang masih melakukan praktik nepotisme ini, meski dampaknya jelas merugikan?
Mari kita telaah lebih dalam fenomena ini dan akibat-akibatnya terhadap tim dan perusahaan.
Apa itu Nepotisme dan Mengapa Bisa Terjadi?
Nepotisme adalah bentuk diskriminasi yang dilakukan seseorang untuk memberikan perlakuan istimewa kepada orang-orang terdekat mereka, dalam hal ini keluarga atau kerabat, meski orang tersebut tidak memenuhi syarat atau kualifikasi yang diharapkan dalam pekerjaan tertentu.
Praktik ini sering kali terjadi di tempat-tempat kerja yang lebih kecil, terutama di perusahaan keluarga atau organisasi yang lebih informal, di mana ikatan personal lebih kuat dibandingkan dengan kompetensi profesional.
Ada berbagai alasan mengapa seseorang mungkin memilih untuk melakukan nepotisme, meskipun banyak yang sadar akan dampak negatifnya.