Kalau produk Anda terlalu high-end atau terlalu khusus, Anda bisa kehilangan pelanggan yang kini lebih sensitif terhadap anggaran. Memperluas jangkauan produk untuk menyertakan opsi yang lebih terjangkau memberikan pelanggan pilihan untuk tetap setia pada merek Anda daripada mencari di tempat lain. Sebagai contoh, kalau Anda menjalankan merek pakaian, menambahkan lini produk yang lebih terjangkau bisa menarik pelanggan yang ingin kualitas tapi tidak bisa lagi membayar harga tinggi.
5. Fokus pada Retensi Pelanggan
Mendapatkan pelanggan baru bisa lebih sulit saat pengeluaran menurun, jadi lebih masuk akal untuk fokus pada mempertahankan pelanggan yang ada. Perkuat hubungan dengan basis pelanggan Anda saat ini dengan memberi perhatian pada kebutuhan mereka, memberikan dukungan yang luar biasa, dan menciptakan program loyalitas atau hadiah untuk pembelian berulang. Pelanggan yang bahagia dan loyal lebih mungkin untuk tetap bersama Anda meskipun kondisi sulit.
6. Tingkatkan Upaya Pemasaran Digital dan Visibilitas
Ketika daya beli melambat, visibilitas menjadi sangat penting. Pastikan bisnis Anda selalu diingat dengan meningkatkan kehadiran digital Anda. Konten menarik di media sosial, buletin email reguler, dan optimisasi mesin pencari (SEO) bisa menjaga merek Anda tetap di depan calon pelanggan, mengingatkan mereka akan nilai Anda bahkan kalau saat ini mereka sedang menahan pengeluaran.
7. Pantau Inventaris Secara Ketat
Dengan daya beli yang menurun, menumpuk persediaan bisa menyebabkan kelebihan stok dan biaya tambahan. Fokuslah pada produk dengan perputaran tinggi, hindari over-investasi pada produk yang mungkin tidak laku, dan pertimbangkan restok dalam jumlah kecil dan lebih sering kalau memungkinkan. Dengan pengendalian inventaris yang ketat, Anda bisa memperbaiki arus kas dan menghindari dana yang terikat dalam barang yang tidak terjual.
8. Fokus pada Kekuatan Inti
Sekarang mungkin bukan waktu yang tepat untuk berekspansi ke usaha baru. Sebaliknya, fokuslah pada kekuatan yang membuat bisnis Anda sukses sejak awal. Dengan berfokus pada produk atau layanan paling populer dan paling menguntungkan, Anda memastikan kalau sumber daya yang terbatas diarahkan pada hal-hal yang paling efektif bagi pelanggan Anda.
Faktor yang Menyebabkan Lemahnya Daya Beli
Jadi, apa sebenarnya yang menyebabkan penurunan daya beli ini? Mari kita lihat faktor utama yang mungkin mempengaruhi kemampuan pelanggan untuk berbelanja.
1. Inflasi: Berkurangnya Nilai Uang
Salah satu penyebab terbesar adalah inflasi. Ketika harga barang dan jasa naik lebih cepat dari pendapatan, orang tidak bisa membeli sebanyak sebelumnya. Inflasi memengaruhi semua hal mulai dari bahan makanan hingga biaya sewa, membuat konsumen harus berhemat dan lebih memilih kebutuhan pokok.
2. Stagnasi Upah
Kalau upah tidak naik seiring inflasi, konsumen merasa terjepit. Dengan pendapatan yang tidak bertambah, orang punya sedikit penghasilan yang bisa dibelanjakan dan cenderung memprioritaskan kebutuhan utama, menyisakan sedikit untuk pengeluaran lain.
3. Tingkat Pengangguran yang Tinggi
Pengangguran secara langsung mengurangi pendapatan dan berdampak pada pengeluaran. Tapi bahkan bagi mereka yang bekerja, dampak ini bisa terasa kalau keamanan kerja rendah, yang membuat mereka lebih menahan pengeluaran sebagai langkah berjaga-jaga.
4. Tingkat Utang yang Tinggi
Banyak konsumen membawa beban utang pribadi yang besar, termasuk kartu kredit, pinjaman mahasiswa, atau hipotek. Ketika pembayaran bulanan utang mengambil porsi besar dari pendapatan, ini membatasi apa yang bisa dibelanjakan konsumen untuk barang dan jasa lainnya.
5. Kenaikan Suku Bunga
Ketika bank sentral menaikkan suku bunga, biaya pinjaman menjadi lebih mahal, yang berdampak pada pinjaman konsumen dan utang kartu kredit. Pembayaran bunga yang lebih tinggi mengurangi pendapatan yang bisa dibelanjakan, yang berarti orang mungkin mengurangi pengeluaran untuk mengelola utang mereka.