Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kenapa Kerja 8 Jam Penuh Sebenarnya Mengurangi Produktivitas Anda

24 Oktober 2024   08:03 Diperbarui: 24 Oktober 2024   19:18 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerja 8 jam tanpa jeda justru bisa mengurangi produktivitas Anda (katemangostar/Freepik)

Pentingnya Fokus dan Kualitas dalam Dunia Kerja Modern

Di tengah tuntutan dunia kerja yang semakin dinamis, konsep produktivitas sering kali dipersepsikan sebagai berapa lama Anda bekerja atau berapa jam yang Anda habiskan untuk menyelesaikan tugas.

Tapi, semakin banyak penelitian yang menunjukkan kalau produktivitas sejati tidak cuma diukur dari waktu yang Anda habiskan di tempat kerja, tapi juga dari kualitas dan fokus Anda saat bekerja.

Tidak semua jenis pekerjaan memerlukan tenaga fisik yang bisa dilakukan selama 8 jam penuh, terutama pekerjaan yang menuntut kreativitas dan analisis mendalam.

Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana kualitas kerja dan fokus memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas, dan mengapa beristirahat di sela-sela kerja bukanlah hal yang salah, melainkan suatu kebutuhan.

Kenapa 8 Jam Kerja Itu Tantangan Besar

Bekerja selama 8 jam sehari adalah aturan umum di banyak perusahaan dan instansi. Aturan ini berakar dari sejarah industri manufaktur di mana tenaga kerja fisik diperlukan untuk mendukung operasi pabrik yang beroperasi penuh.

Pada masa itu, bekerja selama 8 jam di lini produksi dianggap sebagai standar produktivitas. Tapi, di zaman sekarang, di mana banyak pekerjaan berfokus pada analisis, pengambilan keputusan, serta kreativitas, durasi kerja 8 jam penuh bisa menjadi tantangan besar.

Apalagi, kemampuan otak manusia untuk tetap fokus terus menerus selama delapan jam hampir tidak mungkin, terutama kalau pekerjaan yang Anda lakukan menuntut pemikiran yang dalam dan strategis.

Misalnya, dalam pekerjaan seperti desain, penulisan, pemrograman, atau bahkan pengambilan keputusan bisnis, otak Anda perlu beralih antara berbagai aktivitas mental yang kompleks. Hal ini membuat sulit untuk mempertahankan tingkat produktivitas yang sama selama 8 jam berturut-turut. Pada titik tertentu, energi mental Anda akan mulai menurun, dan memaksakan diri untuk tetap bekerja tanpa istirahat justru akan menurunkan kualitas kerja.

Mitos Kerja Tanpa Henti

Ada pandangan umum yang mengatakan kalau semakin lama Anda bekerja tanpa henti, semakin produktif Anda. Tapi, ini adalah mitos.

Kerja tanpa henti selama berjam-jam bisa menghasilkan kuantitas, tapi tidak selalu memberikan kualitas yang diinginkan. Otak kita tidak dirancang untuk bekerja secara konstan tanpa henti, terutama untuk tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Mencoba untuk terus bekerja tanpa jeda bisa menyebabkan kelelahan, penurunan kinerja, bahkan risiko burnout dalam jangka panjang.

Bekerja tanpa henti juga membuat Anda kehilangan momen refleksi yang penting. Terkadang, ide-ide terbaik muncul ketika Anda memberi otak waktu untuk beristirahat sejenak.

Saat Anda memaksa diri bekerja terus menerus, otak Anda akan lebih sulit menemukan solusi kreatif atau alternatif yang inovatif. Ini adalah salah satu alasan mengapa banyak orang merasa terjebak dalam siklus produktivitas rendah, meskipun mereka sudah menghabiskan berjam-jam bekerja.

Siklus Ultradian: Cara Alami Otak Bekerja

Otak manusia bekerja mengikuti ritme alami yang dikenal sebagai siklus ultradian. Dalam siklus ini, otak bisa bekerja dengan fokus maksimal selama sekitar 90 hingga 120 menit sebelum membutuhkan istirahat.

Sesudah periode ini, energi mental Anda akan mulai menurun, dan Anda akan merasa lelah atau kehilangan konsentrasi. Ini adalah tanda kalau otak membutuhkan waktu istirahat untuk 'recharge'. Pada banyak orang, tanda ini muncul berupa rasa kantuk, kehilangan konsentrasi, atau bahkan kebingungan.

Siklus ultradian ini adalah mekanisme alami tubuh untuk mengatur energi dan perhatian. Selama 90 hingga 120 menit, otak kita berada dalam kondisi fokus optimal, di mana kita bisa memecahkan masalah, berpikir kreatif, dan menyelesaikan tugas-tugas yang rumit.

Tapi, begitu waktu itu berakhir, otak kita perlu beristirahat untuk bisa kembali bekerja secara efektif. Memahami siklus ini sangat penting untuk mengoptimalkan produktivitas Anda dalam pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi penuh.

Peran Break Dalam Menjaga Fokus

Satu hal yang sering disalahpahami adalah kalau istirahat dianggap sebagai bentuk kemalasan atau buang-buang waktu. Padahal, dalam konteks manajemen waktu dan produktivitas, istirahat adalah bagian penting dari siklus kerja yang efektif. Beristirahat bukan berarti Anda tidak produktif, tapi justru membantu otak Anda untuk tetap segar dan siap bekerja kembali dengan fokus yang lebih baik.

Beristirahat secara berkala juga membantu mengurangi kelelahan mental yang sering kali mengganggu performa kerja. Ketika Anda memaksakan diri untuk terus bekerja tanpa istirahat, otak Anda akan bekerja lebih lambat, dan hasilnya bisa jadi tidak sebaik yang diharapkan.

Dalam 8 jam kerja, kalau Anda mengambil istirahat 15-20 menit sesudah setiap 90 menit kerja intensif, Anda bisa menjalani sekitar 4 hingga 5 siklus kerja terfokus. Ini berarti waktu efektif Anda untuk bekerja adalah sekitar 4 sampai 6 jam dalam sehari, dengan sisanya digunakan untuk istirahat dan pemulihan energi mental.

Teknik Produktivitas yang Efektif

Untuk membantu Anda mengatur waktu dan fokus dengan lebih baik, ada beberapa teknik yang bisa digunakan, salah satunya adalah teknik pomodoro.

Teknik ini melibatkan kerja selama 25 menit diikuti dengan istirahat singkat selama 5 menit. Sesudah empat sesi pomodoro, Anda bisa mengambil istirahat yang lebih panjang, sekitar 15 hingga 30 menit. Teknik ini sangat efektif untuk menjaga konsentrasi dan mencegah kelelahan mental, karena memecah pekerjaan menjadi segmen-segmen kecil yang lebih mudah diatur.

Selain pomodoro, time-blocking juga merupakan teknik yang populer untuk meningkatkan produktivitas.

Dengan menggunakan time-blocking, Anda bisa mengalokasikan waktu khusus untuk tugas-tugas tertentu, sehingga Anda tidak terdistraksi oleh pekerjaan lain. Misalnya, Anda bisa memblokir waktu dua jam di pagi hari untuk tugas-tugas yang memerlukan pemikiran mendalam, lalu mengambil istirahat sebelum melanjutkan ke tugas lain. Dengan cara ini, Anda bisa menjaga fokus dan menghindari multitasking yang sering kali mengurangi produktivitas.

Produktivitas Bukan Soal Waktu, Tapi Fokus

Di banyak organisasi, produktivitas masih sering diukur dari jam kerja. Orang yang menghabiskan lebih banyak waktu di kantor dianggap lebih produktif. Tapi, kenyataannya tidak sesederhana itu. Waktu yang dihabiskan dengan konsentrasi penuh dan kualitas yang baik jauh lebih penting daripada durasi. Bahkan, beberapa studi menunjukkan kalau orang yang bekerja lebih lama tanpa istirahat cenderung mengalami penurunan kinerja dan kualitas hasil kerjanya.

Produktivitas yang sebenarnya terletak pada kemampuan Anda untuk tetap fokus dan memberikan yang terbaik dalam waktu yang terbatas. Anda bisa bekerja selama 8 jam sehari, tapi kalau cuma setengahnya yang dilakukan dengan konsentrasi penuh, maka hasil akhirnya tidak akan seefektif kalau Anda bekerja dengan kualitas selama 4 sampai 6 jam.

Dampak Burnout dan Bagaimana Menghindarinya

Burnout adalah salah satu risiko terbesar dari bekerja tanpa henti. Ketika Anda terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa memperhatikan kebutuhan tubuh dan pikiran untuk istirahat, Anda menjadi lebih rentan terhadap stres dan kelelahan mental.

Burnout tidak cuma mengurangi produktivitas Anda, tapi juga bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik. Gejala burnout meliputi kelelahan ekstrem, kehilangan motivasi, penurunan kualitas kerja, sampai gangguan tidur.

Untuk menghindari burnout, penting untuk mengenali batasan diri Anda dan memberikan waktu untuk beristirahat. Jangan merasa bersalah kalau Anda perlu mengambil jeda sejenak di tengah hari kerja. Ini adalah bagian dari strategi untuk menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan mental. Menjaga diri Anda tetap sehat secara mental juga berarti Anda bisa memberikan performa terbaik dalam jangka panjang.

Pentingnya Kualitas Kerja, Bukan Kuantitas Jam Kerja

Fokus pada kualitas kerja jauh lebih efektif daripada cuma memaksimalkan kuantitas jam kerja. Ketika Anda bisa memberikan perhatian penuh pada tugas yang ada, hasil kerja Anda akan lebih baik, meskipun waktu yang dihabiskan lebih singkat. Banyak orang berpikir kalau bekerja lebih lama akan menghasilkan lebih banyak, padahal yang lebih penting adalah bagaimana Anda bekerja dalam waktu tersebut.

Untuk pekerjaan yang membutuhkan kreativitas atau pemikiran strategis, momen-momen fokus yang mendalam sering kali menghasilkan ide-ide terbaik dan solusi yang inovatif. Oleh karena itu, beristirahat secara teratur dan bekerja dalam siklus fokus yang lebih pendek tapi intensif bisa memberikan hasil yang lebih memuaskan daripada bekerja terus-menerus tanpa istirahat.

Kesimpulan: Keseimbangan Antara Waktu dan Kualitas

Pada akhirnya, keseimbangan antara waktu dan kualitas adalah kunci sukses dalam dunia kerja modern.

Anda tidak perlu bekerja terus menerus selama 8 jam penuh tanpa henti. Sebaliknya, prioritaskan fokus dan kualitas kerja, serta berikan ruang bagi diri Anda untuk beristirahat dan menjaga energi sepanjang hari.

Dengan cara ini, Anda tidak cuma akan lebih produktif, tapi juga bisa menjaga keseimbangan hidup yang sehat dan menghindari risiko burnout.

Produktivitas sejati bukan soal berapa lama Anda bekerja, tapi bagaimana Anda bekerja.

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun