Pernahkah Anda merasa frustrasi di tempat kerja karena ada orang yang sepertinya selalu membuat segalanya lebih rumit dari yang seharusnya? Mungkin Anda bertanya-tanya, kenapa sih ada orang yang berpikir, "kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah?"
Dalam artikel ini, kita akan menelusuri alasan di balik pola pikir ini, dampak negatifnya, dan bagaimana kita bisa mendorong budaya kerja yang lebih efisien dan produktif.
Alasan di Balik Prinsip "Kalau Bisa Dipersulit"
Keamanan dan Kepatuhan
Beberapa orang merasa kalau prosedur yang ketat dan rumit bisa memastikan keamanan yang lebih baik dan kepatuhan terhadap aturan. Mereka mungkin berpikir kalau setiap detail perlu diperhatikan untuk menghindari masalah di kemudian hari.
Dalam beberapa industri, seperti penerbangan atau kesehatan, prosedur yang ketat memang diperlukan untuk memastikan keselamatan dan meminimalkan risiko. Tapi, di banyak situasi lain, prosedur yang berlebihan bisa menjadi penghalang daripada pelindung.
Pengalaman dan Kebiasaan
Ada juga yang sudah terbiasa dengan cara kerja yang lebih rumit. Bagi mereka, metode ini mungkin sudah terbukti efektif di masa lalu, jadi mereka merasa nyaman melanjutkannya.
Pengalaman masa lalu bisa membentuk cara berpikir seseorang, dan kalau mereka pernah berhasil dengan metode yang rumit, mereka mungkin merasa kalau metode tersebut adalah yang terbaik.
Tapi, penting untuk selalu mengevaluasi kembali apakah cara yang kita gunakan masih relevan dan efisien dalam konteks saat ini.
Kontrol dan Kekuasaan
Kadang-kadang, memperumit proses memberi mereka lebih banyak kontrol dan kekuasaan atas situasi. Ini membuat mereka merasa lebih penting dan dibutuhkan dalam organisasi.
Dengan memegang kendali atas proses yang rumit, mereka mungkin merasa kalau mereka punya otoritas yang lebih besar dan peran yang tak tergantikan.
Tapi, ini bisa menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan menghambat kolaborasi.