Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dilema Lembur, antara Uang Tambahan dan Kelelahan

13 Juli 2024   10:10 Diperbarui: 13 Juli 2024   10:13 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekerja lembur memang bisa mendapatkan penghasilan tambahan, tapi dampaknya ke kesehatan juga tidak kecil (Florin Palamarciuc/Unsplash)

Siapa di antara kita yang tidak pernah merasakan dilema ini: bekerja lembur untuk mendapatkan uang tambahan atau memilih pulang lebih awal untuk beristirahat? Pilihan ini sering kali membuat kita terjebak dalam pergulatan batin yang tak berujung.

Mengapa Kita Memilih Lembur?

Bayangkan Anda sedang duduk di meja kerja, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Anda tahu kalau Anda bekerja lembur, uang tambahan itu bisa membantu membayar tagihan atau menabung sedikit lebih banyak untuk masa depan. Terkadang, lembur adalah satu-satunya cara untuk memastikan keluarga kita tetap nyaman dan aman. Saat biaya hidup terus meningkat, lembur menjadi pilihan yang sulit dihindari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Bekerja lembur juga sering kali dilihat sebagai bentuk komitmen dan dedikasi terhadap pekerjaan. Bagi beberapa orang, lembur adalah cara untuk menunjukkan kepada atasan kalau mereka berdedikasi dan bersedia memberikan usaha ekstra. Harapannya, dedikasi ini akan dihargai dengan promosi atau kenaikan gaji di masa depan. Ini adalah investasi waktu dan energi yang dilakukan dengan harapan akan membawa manfaat jangka panjang.

Tapi, setiap kali kita memilih lembur, ada harga yang kita bayar. Kelelahan yang menumpuk tidak cuma berdampak pada fisik, tapi juga pada mental. Terkadang, kita merasa seperti robot yang cuma berfungsi untuk bekerja, tanpa waktu untuk menikmati hidup. Kelelahan kronis bisa menyebabkan penurunan produktivitas dan bahkan masalah kesehatan serius seperti tekanan darah tinggi dan gangguan tidur.

Selain itu, waktu yang hilang bersama keluarga dan teman-teman juga menjadi pengorbanan besar. Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran orang tua yang cukup, pasangan yang merindukan kebersamaan, dan teman-teman yang merasa diabaikan. Semua itu adalah momen berharga yang tidak bisa dibeli dengan uang. Koneksi emosional dengan orang-orang terdekat kita bisa terganggu, membuat kita merasa kesepian meski dikelilingi oleh banyak orang.

Pada akhirnya, meskipun lembur memberikan tambahan pendapatan, kita harus bertanya pada diri sendiri apakah uang tersebut sepadan dengan harga yang kita bayar. Apakah kita rela mengorbankan kesehatan dan kebahagiaan pribadi demi beberapa lembar uang tambahan? Ini adalah pertanyaan yang setiap orang harus jawab sendiri, sesuai dengan prioritas dan keadaan hidup masing-masing.

Kehidupan Tanpa Lembur: Ketenangan dengan Risiko Keuangan

Di sisi lain, memilih untuk tidak lembur bisa menjadi keputusan yang sangat sulit, terutama ketika tagihan terus berdatangan dan kebutuhan semakin banyak. Tapi, bayangkan pulang ke rumah tepat waktu, disambut senyuman hangat anak-anak, atau punya waktu untuk sekadar bersantai dengan secangkir teh di teras rumah. Waktu berkualitas ini adalah momen-momen yang tidak bisa digantikan dengan uang. Kita bisa lebih terlibat dalam kehidupan keluarga dan merasakan kebahagiaan yang sederhana tapi bermakna.

Dengan tidak lembur, kita memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran kita untuk beristirahat. Kesehatan fisik dan mental kita jauh lebih terjaga. Ketika kita mendapatkan istirahat yang cukup, kita akan lebih produktif dan energik saat bekerja. Kondisi ini juga membantu kita menghindari berbagai penyakit yang sering disebabkan oleh stres dan kelelahan, seperti tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan masalah pencernaan.

Tapi, kehidupan tanpa lembur juga berarti kita harus lebih cermat dalam mengelola keuangan. Penghasilan yang tetap mungkin tidak cukup untuk menutupi semua kebutuhan dan keinginan, terutama kalau ada pengeluaran mendadak. Kita harus membuat anggaran yang ketat dan disiplin dalam menjalankannya. Menunda keinginan-keinginan yang tidak mendesak dan memprioritaskan kebutuhan adalah kunci untuk tetap bertahan tanpa harus mengorbankan kesehatan.

Tidak lembur juga bisa memberikan kita kesempatan untuk mengejar hobi dan minat pribadi. Waktu yang tersedia bisa digunakan untuk kegiatan yang kita cintai, seperti berolahraga, membaca, atau bahkan memulai proyek pribadi yang selama ini tertunda. Aktivitas-aktivitas ini tidak cuma memberikan kebahagiaan tapi juga membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Ini adalah investasi dalam diri kita yang sering kali terlupakan ketika kita terlalu fokus pada pekerjaan.

Meskipun begitu, kita tidak bisa menutup mata kalau tanpa lembur, pendapatan kita mungkin tidak cukup. Ini adalah risiko yang harus dihadapi, terutama kalau kita punya tanggungan atau kebutuhan finansial yang besar. Tapi, dengan perencanaan yang baik dan pengelolaan keuangan yang bijak, kita bisa menemukan cara untuk tetap hidup nyaman tanpa harus mengorbankan kesejahteraan kita. Ini adalah pilihan yang tidak mudah, tapi terkadang lebih baik untuk kesejahteraan jangka panjang kita.

Mencari Keseimbangan: Sebuah Tantangan

Keseimbangan adalah kuncinya, tapi mencari keseimbangan antara bekerja lembur dan menjaga kesehatan serta kebahagiaan bukanlah hal yang mudah. Pertama-tama, kita perlu menyadari batasan diri. Cobalah untuk tidak memaksakan diri lembur setiap hari. Mendengarkan tubuh dan pikiran kita sendiri adalah langkah pertama untuk menemukan keseimbangan yang sehat. Kalau tubuh memberikan sinyal kelelahan, berikan waktu untuk beristirahat.

Mengambil lembur cuma saat benar-benar diperlukan bisa menjadi solusi. Ketika ada kebutuhan finansial mendesak, lembur bisa menjadi jalan keluar, tapi pastikan ada batas yang jelas. Tentukan berapa jam lembur yang bisa Anda ambil tanpa mengorbankan kesehatan dan hubungan pribadi. Komunikasikan batasan ini kepada atasan kalau perlu, supaya mereka memahami situasi Anda.

Evaluasi kembali anggaran keluarga dan lihat di mana Anda bisa mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Membuat anggaran yang realistis dan disiplin dalam menjalankannya bisa membantu mengurangi tekanan untuk selalu bekerja lembur. Prioritaskan pengeluaran penting dan carilah cara untuk menabung, meskipun jumlahnya kecil. Langkah-langkah kecil ini bisa memberikan dampak besar dalam jangka panjang.

Kalau memungkinkan, bicarakan dengan atasan tentang kemungkinan mendapatkan fleksibilitas kerja atau kompensasi yang lebih baik. Beberapa perusahaan mungkin punya kebijakan yang mendukung keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi. Misalnya, bekerja dari rumah beberapa hari dalam seminggu atau fleksibilitas dalam jam kerja bisa menjadi solusi yang baik. Jangan ragu untuk mengajukan ide-ide yang bisa membantu Anda dan perusahaan menemukan titik temu yang menguntungkan.

Selain itu, jangan lupakan pentingnya mendukung keseimbangan kerja dalam lingkungan sosial Anda. Berbagi cerita dan mendengarkan pengalaman teman atau rekan kerja yang menghadapi situasi serupa bisa memberikan perspektif baru dan dukungan emosional. Bersama-sama, kita bisa mencari solusi yang lebih baik dan saling membantu dalam mencapai keseimbangan hidup yang diinginkan.

Kesimpulan

Dilema antara lembur tapi capek versus tidak lembur tapi butuh uang adalah kenyataan yang kita hadapi setiap hari. Penting untuk selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap keputusan. Kesehatan dan kesejahteraan kita adalah investasi yang paling berharga.

Bagaimana dengan Anda? Apa pengalaman Anda dengan dilema ini? Bagikan cerita Anda di kolom komentar di bawah ini, karena siapa tahu, pengalaman Anda bisa membantu orang lain yang sedang menghadapi situasi serupa.

Semoga bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun