Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Beberapa Atasan Selalu Marah atas Masalah Sepele?

13 Mei 2024   10:10 Diperbarui: 13 Mei 2024   10:15 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Anda pernah punya atasan yang selalu tampak marah, bahkan untuk masalah kecil atau pertanyaan sederhana? Perilaku semacam ini bisa jadi mengganggu dan membingungkan bagi banyak orang di tempat kerja.

Mari kita telaah beberapa kemungkinan penyebab di balik perilaku atasan yang selalu marah atas masalah sepele.

Masalah Pribadi

Perilaku marah dari seorang atasan seringkali merupakan refleksi dari beban yang mereka pikul di luar lingkup pekerjaan.

Tekanan dari tanggung jawab di tempat kerja bisa saja menjadi salah satu faktor, tapi masalah pribadi seperti konflik dalam hubungan, masalah keuangan, atau bahkan masalah kesehatan juga bisa berkontribusi.

Misalnya, seorang atasan yang mengalami konflik di rumah mungkin membawa kecemasan dan ketegangan ke tempat kerja, yang kemudian termanifestasi dalam bentuk kemarahan yang tidak proporsional terhadap masalah sepele.

Begitu pula dengan masalah kesehatan, baik fisik maupun mental, yang bisa mempengaruhi suasana hati dan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi.

Dalam situasi ini, penting bagi rekan-rekan kerja untuk mengakui kalau perilaku marah atasan bukanlah semata-mata tentang mereka atau situasi kerja, tapi mungkin merupakan cerminan dari beban yang sedang dihadapinya di luar lingkup profesional.

Pendekatan yang lebih empatik dan pengertian bisa membantu membangun hubungan yang lebih baik dengan atasan dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung.

Selain itu, membuka saluran komunikasi yang terbuka dan mendukung bisa memberikan kesempatan bagi atasan untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi, sehingga solusi yang lebih baik bisa ditemukan bersama-sama.

Kurangnya Kemampuan Komunikasi

Ketika atasan kurang punya keterampilan komunikasi yang efektif, hal ini bisa menyebabkan ketidakmampuan dalam menangani situasi sehari-hari di tempat kerja dengan baik.

Mereka mungkin kesulitan dalam menyampaikan pesan dengan jelas, mendengarkan dengan empati, atau memberikan umpan balik yang konstruktif kepada bawahan mereka.

Kekurangan ini seringkali bisa menyebabkan kebingungan, ketegangan, atau bahkan konflik di antara tim kerja.

Selain itu, atasan yang merasa tidak mampu mengekspresikan kebutuhan atau harapan mereka secara jelas kepada bawahan mereka bisa merasa frustrasi.

Mereka mungkin merasa kalau komunikasi mereka tidak efektif dalam mempengaruhi hasil kerja tim atau kalau bawahan mereka tidak memahami apa yang diinginkan dari mereka, yang pada gilirannya bisa memicu respons emosional seperti kemarahan atau kekecewaan.

Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi atasan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi mereka melalui pelatihan dan pengembangan diri.

Mereka bisa belajar cara menyampaikan pesan dengan lebih jelas dan persuasif, meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif, dan memahami gaya komunikasi yang efektif untuk berbagai situasi.

Selain itu, menciptakan budaya komunikasi yang terbuka dan inklusif di tempat kerja bisa membantu atasan dan bawahan merasa lebih nyaman dalam berbagi gagasan, masalah, dan kebutuhan mereka.

Dengan begitu, atasan bisa memperbaiki hubungan dengan bawahan mereka, meningkatkan produktivitas tim, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis secara keseluruhan.

Stres dan Tekanan

Lingkungan kerja yang kompetitif dan tekanan untuk mencapai target seringkali menjadi pemicu utama stres bagi para atasan.

Dalam upaya untuk memenuhi ekspektasi perusahaan dan mencapai tujuan yang ditetapkan, atasan seringkali merasa tertekan dan cemas akan hasil kerja tim mereka.

Ketika stres mulai mengambil alih, kemampuan mereka untuk merespons secara proporsional terhadap masalah kecil menurun.

Mereka mungkin menjadi lebih mudah tersulut emosi, rentan terhadap frustrasi, dan cenderung bereaksi dengan kemarahan terhadap situasi yang sebenarnya tidak memerlukan respons yang begitu intens.

Dalam menghadapi tekanan ini, penting bagi atasan untuk mengembangkan strategi pengelolaan stres yang efektif. Ini bisa termasuk mengidentifikasi sumber stres utama, mengatur prioritas dengan lebih bijak, dan belajar untuk mengatasi ekspektasi yang tidak realistis.

Selain itu, menciptakan budaya kerja yang mendukung, di mana karyawan merasa dihargai dan didukung dalam upaya mereka, bisa membantu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan mental atasan serta seluruh tim.

Dengan begitu, atasan bisa mengelola stres dengan lebih baik, menghindari respons yang berlebihan terhadap masalah kecil, dan memimpin tim menuju pencapaian tujuan dengan cara yang lebih produktif dan positif.

Ketidakmampuan Menangani Konflik

Beberapa atasan mungkin menghadapi kesulitan dalam menangani konflik atau ketidaksepakatan dengan cara yang sehat karena kurangnya keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola situasi semacam itu.

Mereka mungkin tidak terlatih dalam teknik mediasi, negosiasi, atau manajemen konflik yang efektif.

Sebagai hasilnya, ketika dihadapkan dengan situasi yang menantang atau ketidaksepakatan di antara tim, mereka mungkin merasa terancam atau tidak nyaman, dan cenderung bereaksi dengan marah atau agresif sebagai upaya untuk mengendalikan situasi.

Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi atasan untuk mengembangkan keterampilan manajemen konflik yang lebih baik melalui pelatihan dan pembelajaran yang berkelanjutan. Mereka perlu belajar cara mengidentifikasi, mengelola, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif dan produktif.

Selain itu, menciptakan lingkungan kerja yang mendukung di mana komunikasi terbuka dan jujur dianjurkan juga bisa membantu mencegah eskalasi konflik dan meningkatkan kemampuan atasan untuk menangani ketidaksepakatan dengan lebih baik.

Dengan begitu, atasan bisa memperbaiki keterampilan mereka dalam menangani konflik, menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis, dan memimpin tim menuju kesuksesan dengan cara yang lebih efektif.

Kurangnya Kesadaran Diri

Ada kemungkinan kalau atasan tidak menyadari dampak negatif dari perilaku mereka terhadap orang lain di sekitarnya. Mereka mungkin tidak menyadari kalau reaksi marah mereka terhadap situasi tertentu bisa menciptakan lingkungan kerja yang tidak menyenangkan atau tidak produktif.

Kekurangan kesadaran diri ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya umpan balik dari rekan kerja atau kurangnya refleksi pribadi terhadap perilaku mereka sendiri.

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi atasan untuk meningkatkan kesadaran diri mereka terhadap dampak perilaku mereka terhadap orang lain di lingkungan kerja. Ini bisa dilakukan melalui refleksi pribadi, menerima umpan balik dari rekan kerja atau bawahan, atau melalui pelatihan dan pengembangan diri yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan dan komunikasi.

Dengan meningkatnya kesadaran diri, atasan bisa menjadi lebih sensitif terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain di sekitar mereka, dan dengan begitu, mereka bisa memimpin dengan cara yang lebih efektif dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif bagi semua orang.

***

Perilaku marah dari atasan tidak selalu mencerminkan masalah dalam diri mereka, karena banyak faktor, baik internal maupun eksternal, bisa mempengaruhi respons mereka terhadap situasi tertentu.

Meskipun begitu, kalau perilaku tersebut berdampak negatif pada tim atau produktivitas kerja secara keseluruhan, penting untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

Ini bisa melibatkan komunikasi terbuka antara atasan dan bawahan, pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan manajemen emosi dan komunikasi, serta dukungan dari pihak berwenang di perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.

Dengan begitu, sementara pengertian terhadap latar belakang perilaku marah penting, langkah-langkah konkret juga perlu diambil untuk memastikan kalau lingkungan kerja tetap positif dan produktif bagi semua orang yang terlibat.

Semoga bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun