Apakah prank itu baik? Anda tentu punya opini yang berbeda-beda menilai prank. Ada yang suka dan ada yang tidak. Ada yang bilang buruk, ada yang bilang itu kan cuma untuk hiburan semata.
Terlepas dari beberapa prank yang berujung pada masalah hukum, prank masih sering dilakukan untuk mendongkrak viewers di youtube atau media sosial lainnya.
Kalau bicara tentang lawakan, atau humor, semua orang mungkin sepakat menyukainya. Sesuatu yang bisa membuat kita tertawa atau setidaknya tersenyum. Humor cerdas yang diramu sedemikian rupa sehingga bisa mengocok perut kita.
Bagaimana dengan prank? Apakah itu masuk dalam kategori humor? Apakah anda tertawa ketika melihat orang kena prank atau malah ikut kesal?
Tinggalkan dulu pendapat anda, sekarang kita lihat apa yang sebenarnya terjadi saat orang melakukan prank. Apa yang sebenarnya mereka lakukan?
Prank itu mengeksploitasi kekuasaan dan kekuatan
Kenapa prank bisa dibilang sebuah bentuk eksploitasi akan kekuasaan dan kekuatan? Saya akan ajak anda berandai-andai, kalau anda ingin melakukan prank pada seseorang, siapa yang akan anda pilih menjadi korbannya?
Apakah anda akan memilih orang yang kuat atau lemah?
Apakah anda akan memilih orang yang bisa memukul anda atau yang hanya bisa pasrah dan menangis?
Apakah anda akan memilih rekan kerja anda atau bos anda?
Saya yakin kebanyakan dari anda akan menjawab, tentu saja saya akan pilih orang yang lemah. Yang diam saja, atau syukur-syukur tertawa, saat kena prank.
Bukankah itu artinya prank tersebut adalah suatu bentuk kekuasaan dan kekuatan yang anda miliki? Karena anda melakukan hal itu pada orang yang berada di bawah anda.
Karena anda tahu mereka tidak akan berani membalas perbuatan anda.
Prank bisa membahayakan korbannya. Atau, membuat korbannya merasa malu di depan orang banyak. Dan itu bisa berdampak besar pada psikologi mereka. Belum lagi kalau prank itu sampai mencemarkan nama baik mereka. Masalahnya bisa menjadi besar.
Prank bisa membahayakan orang lain
Kita ambil contoh orang yang melakukan prank dengan menjadi pocong di jalanan sepi, misalnya.
Kita yang menonton mungkin tertawa, walaupun ada juga yang tidak suka, tapi apakah yang membuat prank tersebut tidak pernah berpikir apa yang korbannya rasakan?
Orang bisa sangat ketakutan yang mungkin akan membekas menjadi sebuah trauma dalam hidupnya. Atau, apakah mereka pernah berpikir apa bahaya orang yang berlari ketakutan tanpa melihat kemana dia berlari karena begitu takutnya. Belum lagi yang sedang berkendara. Itu bisa jauh lebih berbahaya ketika mereka kehilangan kendali atas kendaraannya karena ketakutan.
Atau sebuah prank sederhana deh, telepon iseng yang memberi tahu korbannya kalau ada anggota keluarganya yang mengalami kecelakaan. Reaksinya mungkin menurut kita lucu, tapi pernahkan kita membayangkan kalau kita yang menjadi korbannya? Apa yang akan kita rasakan ketika mendengar kabar seperti itu? Itu bukan sesuatu yang bisa dibuat main-main.
Prank mengabaikan apa yang sedang dialami si korban
Apakah kita akan tahu kapan waktu yang tepat untuk mengerjai seseorang?
Tidak akan pernah.
Saat seseorang melakukan prank, apakah mereka menggunakan akal mereka untuk berpikir apa yang korbannya sedang rasakan saat di prank?
Bagaimana kalau mereka sedang terkena masalah, musibah, atau sedang bersedih kemudian kena prank? Apakah itu akan membantu mereka menyelesaikan masalah? Sangat tidak mungkin. Dampak yang mereka pastinya malah berlipat-lipat dibandingkan kalau mereka sedang tidak mengalami masalah apapun.
Tapi sekali lagi, siapa yang tahu apa yang orang lain sedang rasakan? Betul kan? Karena sebagian orang sangat pandai menyembunyikan emosinya.
Kapan prank dikatakan buruk?
Mudah saja. Kalau prank tersebut mengorbankan orang lain, itu sudah pasti buruk.
Dan ditambah lagi keburukannya dengan mengunggahnya ke media sosial untuk mengajak orang lain ikut menertawai kesialan mereka kena prank. Dan yang melakukannya mengharapkan dapat popularitas plus kekayaan dari mempermalukan orang lain! Wow, bisa kita bayangkan ya betapa "baiknya" orang seperti itu.
Apakah kalau begitu semua prank adalah buruk? Anda bisa menilainya sendiri.
***
Ada begitu banyak cara untuk membuat orang lain tertawa. Untuk membuat orang lain terhibur dan sejenak melupakan masalahnya. Kenapa harus memilih cara yang merugikan orang lain?
Untuk anda yang sedang membuat rencana untuk melakukan prank ke orang lain, coba pikirkan kembali apa tujuan anda melakukan hal itu. Dan apa dampak yang korban anda rasakan. Bagaimana jika hal itu terjadi pada anda di saat anda sedang down? Kalau menurut anda, semua akan baik-baik saja, keputusan di tangan anda apakah prank itu tetap akan anda lakukan atau tidak.
Untuk anda yang tidak berniat melakukan prank apapun, berhentilah memberi panggung orang-orang yang melakukan prank untuk kepentingan pribadinya sendiri. Terlepas dari apakah setelah itu dia berbuat "baik" dengan memberi sesuatu, prank tetaplah prank. Dampaknya akan tetap sama. Kalau ingin berbuat baik, berbuatlah baik dengan cara yang baik pula.
Berhentilah menonton prank yang orang lakukan, terlebih yang sudah melewati batas. Masih banyak cara lain yang bisa kita lakukan untuk menghibur diri tanpa membuat praktek prank yang mengorbankan orang lain ini semakin menjamur.
Salam tertawa sehat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H