Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup yang Tidak Pernah Susah

4 Juli 2016   08:50 Diperbarui: 4 Juli 2016   08:56 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kamu happy banget dic. Hidup kamu ga pernah susah ya?”, kata seorang rekan kerja saya suatu hari. “Hidup kamu kayaknya happy banget dic. Kayak ga pernah ada masalah.”, kata rekan kerja yang lain di hari yang lain.

Di tempat kerja, saya memang selalu tertawa. Bercanda sama teman-teman satu tim hampir setiap hari. Ada masalah, tetap happy. Dimarahin bos, ketawa saja. Ada tamu besar datang, tetap rileks. Emang kenapa? Toh yang datang manusia-manusia juga. Kenapa mesti takut?

Tapi jadi terpikir juga ucapan teman-teman itu. Apa iya saya senang terus? Pikir saya dalam hati. Padahal perjalanan hidup saya sampai sekarang ini tidak bisa dibilang mudah juga. Mereka saja yang tidak tahu. Jalan hidup saya bisa dibilang tidak semudah yang mereka lihat. Apa yang saya alami dulu membuat saya melihat dan menjalani dunia secara berbeda dibandingkan anak-anak muda lain seusia saya saat itu yang masih memiliki orang tua lengkap. Beberapa dari mereka masih bisa asyik bermain, menghabiskan gaji mereka untuk membeli barang-barang yang mereka sukai, pergi ke tempat yang mereka mau, atau kalaupun ditabung, itu untuk diri mereka sendiri. Untuk keperluan mereka sendiri. Mereka bekerja hanya untuk diri mereka sendiri.

Terus, bagaimana ceritanya orang bisa melihat saya happy terus? Saya pikir, ini karena saya terbiasa untuk tidak larut dalam suatu masalah. Pada saat saya menghadapi masalah, yang pertama terpikir adalah, oke, saya sedang ada masalah, apa yang bisa saya lakukan untuk menyelesaikannya? Saya berfokus pada apa yang bisa saya lakukan untuk menyelesaikan masalahnya. Bukan pada kondisi saya yang sedang mengalami masalah saat itu.

Masalah tidak bisa dihindari. Semua orang punya masalahnya masing-masing. Jadi untuk apa diratapi? Masalah ada untuk diselesaikan. Sebagai tantangan bagi diri kita. Masalah yang tidak berhasil menghancurkan kita hanya akan membuat kita semakin kuat. So, be strong.

Daripada larut dalam apa yang tidak bisa saya lakukan dengan adanya masalah tersebut, lebih baik saya fokus pada apa yang masih bisa saya lakukan untuk menyelesaikan masalah itu. Itu yang ada di benak saya. Dan ibarat kita terjebak dan tersesat di dalam sebuah gua bawah tanah, dimana kita tidak tahu bagaimana kita bisa keluar dari situ, dimana semua begitu gelap, begitu menakutkan. Tiba-tiba kita bisa melihat ada cahaya di ujung sana, tempat jalan keluarnya berada, tentu kita akan merasa senang luar biasa. Kita akan merasa masalah ini sebentar lagi akan selesai. Karena jalan keluarnya ternyata ada di depan sana. Sedekat itu. Yang perlu kita lakukan hanyalah terus berjalan ke arah sana. Harapan itu membuat kita kuat kembali. Tetap tenang. Kita tidak lagi memikirkan bahwa kita sedang terjebak di dalam gua. Tapi yang terpikir adalah rasa lega karena tahu bahwa masalah ini akan selesai begitu kita sampai di mulut gua di ujung sana. Kita tetap berada di dalam gua yang sama (= masalah yang sama), tetapi cara kita melihat masalah tersebut sudah berbeda.

Dan kadang, sesampainya kita di tempat cahaya tersebut, ternyata itu bukanlah jalan keluar yang kita cari, terus kenapa? Tinggal mencari lagi saja jalan keluar yang lain. Solusi yang satu gagal, masih bisa coba solusi yang lain. Selalu ada harapan. Selalu ada solusi. Masalah itu diciptakan bersamaan dengan solusinya. Kita saja yang belum bisa melihatnya. Jadi tidak perlu kuatir. Coba dan coba lagi. Pantang menyerah. Jaga harapan itu tetap ada. Masalah akan terasa lebih ringan seperti pada saat kita melihat cahaya di ujung gua tersebut pertama kali. Jangan pernah berpikir, “Wah, solusi ini gagal, tamatlah riwayatku.”. Itu tidak benar. Selalu ada jalan keluar yang lain. Berpikirlah jernih dan positif.

Itu yang saya lakukan selama ini. Dan mungkin itu yang membuat saya terlihat seperti apa yang orang lain lihat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun