Mohon tunggu...
Dicke Dicke
Dicke Dicke Mohon Tunggu... -

actor

Selanjutnya

Tutup

Money

Esemka

24 Januari 2012   00:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:31 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Saya bingung membuat pesawat saja dari dulu kita bisa, kenapa membuat mobil baru bisa sekarang? Apakah ada tangan lain yang menahan agar kita bisa?

2. Ditengah banjirnya produk asing, bangsa ini rindu dengan rasa nasionalisme didalam dirinya. Berapa banyak barang “made in indonesia” anda?

3. Saya? jujur saja sedikit sekali, sebagian besar adalah “made in china”.

4. Sayangnya euforia esemka ini sebenarnya mengerdilkan kembali pardigma masyarakat dalam gaya hidup bermobilisasi.

5. Terlebih ketika pejabat pemerintah berlomba-lomba untuk membeli kendaraan pribadi. Mengajarkan masyarakatnya untuk mundur dalam gaya hidup berkota.

6. Kendaraan pribadi adalah bencana paling mengerikan dalam sejarah perkotaan.

7. Beberapa theorist menyimpulkan munculnya moda transportasi pribadi merupakan salah satu penyebab utama penyakit urban sprawling.

8. Apabila ingin selangkah lebih maju dari Malaysia/India dengan mobil nasionalnya, kita sebaiknya alih fokus pada transportasi massal produk nasional.

9. Bisa dimulai dari bus Transjakarta penambahan armadanya menggunakan produksi nasional.

10. Atau setidaknya dimulai dari sepeda “made in Indonesia” untuk bicycle sharing seperti velib-paris, mbs-melbourne atau Hangzhou’s bikesharing.

11. Mimpi saya, mungkin mimpi kita semua, armada MRTJ nanti pun kalau bisa jadi buatan nasional.

12. Tapi kenapa tidak bisa? Kembali lagi ke fakta bahwa membuat pesawat saja kita bisa.

13. Dengan begitu mungkin kita bukan hanya selangkah tapi sepuluh langkah lebih maju dari tetangga kita.

14. Pertanyaannya sekarang adalah, “seberapa kuat kita melawan tangan yang menahan kita untuk bisa?” dan “berapa langkah kita ingin maju?”.

Bandung, 7 Januari 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun