Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Terima Kasih, Guru

25 November 2020   13:30 Diperbarui: 25 November 2020   13:34 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HGN 2020 (Sumber: Pikiran Rakyat)

Persoalan keempat, yang bagi saya cukup penting dan sangat berengaruh terhadap kualitas pendidikan kita adalah tentang kesejahteraan, terlebih menyangkut gaji. Persoalan ini menjadi hal sensitif yang sejak dulu urung menemui titik terang. Lebih khususnya dialami oleh para guru honorer. Mereka harus menunggu giliran, bahkan harus bersaing lagi untuk bisa diangkat menjadi PNS.

Hal itulah yang kemudian menuai kritikan dari berbagai pihak. Hemat saya, pemerintah tidak boleh mempersulit pengangkatan guru honorer menjadi PNS. Sebab, selama ini guru honorer sudah membantu pemerintah mengatasi kekurangan guru, khususnya di daerah terpencil (3T). Bagi saya, kalau mau pendidikan kita maju dan berkembang, maka kesejahteraan guru harus mendapat porsi perhatian yang serius dan adil dari pemerintah. Saya berargumen seperti ini karena memang nasib tidak tentu, lebih terasa dialami oleh para guru honor yang sudah bertugas puluhan tahun di berbagai daerah terpencil.

Predikat guru sebagai 'pahlawan tanpa tanda jasa' kadang dimaknai keliru, sehingga banyak yang berkata bahwa para guru tidak boleh mengeluh atas keadaan dan profesi yang mereka jalani. Padahal, kita tahu bahwa profesi guru itu adalah profesi yang sulit dan berat. Sehingga kalau memang 'tanda jasa' tidak mereka dapatkan, maka cukuplah dengan memberi gaji yang setimpal atas pengambdian mereka, agar kesejahteraan guru bisa terpenuhi. Terlahir sebagai anak dari seorang guru, membuat saya tahu bahwa profesi guru tidak boleh dipandang sebelah mata.

Sekalipun guru adalah manusia biasa dengan segala plus-minusnya, akan tetapi merekalah yang menanamkan masa depan paling awal kepada anak bangsa. Beban menjadi guru amatlah besar, namun kadang tidak seirama dengan hak yang diterima. Karena itu, posisi guru haruslah ditempatkan dalam derajat yang lebih tinggi. Dengan begitu, mereka akan menjadi pembaharu insan cendikia yang memiliki integritas dan profesionalitas mumpuni.

Pada peringatan Hari Guru Nasional tahun ini, salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk memberi penghargaan tertinggi pada guru kita adalah dengan berprestasi dan menjadi orang yang berkarakter baik, berinovasi menuju sukses, dan terus berbagi, sebab kebahagiaan terbesar seorang guru adalah ketika ia bisa melihat anak didiknya berhasil mengukir masa depan-meraih cita-cita. Terima kasih berlimpah bapak ibu guru atas dedikasi dan pengabdianmu. Tetaplah bernyala sebagai pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk kehausan untuk kami anak-anakmu. Selamat Merayakan Hari Guru Nasional 25 November 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun