Sejak adanya Pandemi Covid-19, banyak pakar bidang kesehatan yang mulai mengembangkan penelitian untuk menciptakan vaksin. Hampir seluruh ahli di dunia mulai berkolaborasi mengembangkan vaksin, di mana kini sudah memasuki fase III uji klinis, yang akan diujikan pada manusia.Â
Kabar ini sekaligus menjadi kabar gembira sebab dalam waktu yang tidak lama lagi, vaksin akan ditemukan. Memang terlihat menggembirakan, tetapi sebenarnya ada efek yang tidak bisa disepelekan.Â
Uji klinis pada manusia memang beresiko. Akan tetapi, ada banyak relawan yang mau memberi dirinya diuji. Saya kira, merekalah orang-orang yang patut diberi perngharagaan sebab mau dan berani dengan sukarela memberi diri untuk diujikan. Karena itu, saya memberi salam hormat yang tiggi pada pribadi yang menjadi relawan.
Beranjak dari situ, kita musti melihat secara kritis juga tentang vaksin tersebut. Saya yakin, setiap uji coba vaksin apapun, tentu memiliki resiko dan efek samping yang tidak main-main. Akan tetapi, itulah yang harus dilakukan agar vaksin yang benar-benar aman untuk tubuh manusia bisa dibuat.Â
Kalau kita membaca berita, ada banyak sekali polemik dan kritikan yang dilontarkan terkait penemuan vaksin. Semisal, di Rusia, Presiden Rusia Vladimir Putin sudah mengumumkan bahwa negaranya telah mendaftarkan vaksin Virus Corona COVID-19 sebagai yang pertama di dunia. Vaksin itu diberi nama Sputnik V.Â
Lucunya, akibat adanya pernyataan resmi dari Presiden, maka muncullah polemic. Alasan sederhananya adalah karena vaksin yang ditemukan di Rusia ternyata lebih cepat selesai ketimbang vaksin dari berbagai Negara seperti yang diteliti dan dikembangkan di Universitas Oxford, vaksin Moderna, bahkan berbagai vaksin yang hendak dikembangkan di China saja masih diteliti dan baru memasuki fase III.Â
Setelah ditelusuri, ternyata vaksin Sputnik V yang diumumkan Rusia belum (tidak) melewati masa uji klinis vaksin fase III pada manusia. Dan inilah  letak kesalahan terbesar yang harus menjadi perhatian serius. Sebab jika hal ini dibiarkan, maka akan menimbulkan bahya besar bagi kelangsungan hidup manusia.
Lain lagi, dalam beberapa waktu yang lalu, Universitas Airlangga (UNAIR) juga mengumumkan bahwa mereka telah menemukan obat Covid-19. Kalau ditelusuri, memang selama ini, Unair sedang bekerja sama dengan Badan Intelejen Negara (BIN) dan TNI untuk meneliti dan mengembangkan obat Covid-19.Â
Dan menurut mereka, hasil penelitian dan pengembangan obat Covid-19 sudah memenuhi syarat prosedural. Namun kemudian, pernyataan Unair tentang obat Covid-19 tersebut dibantah dan diragukan oleh banyak ahli.Â
Kecaman dan bantahan tersebut dilayangkan karena dinilai bahwa syarat procedural pembuatan vaksin atau obat tidak transparan dan tidak sesuai kaidah yang berlaku dalam ilmu pengetahuan.Â