Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mungkinkah Indonesia akan Selalu Dipuja?

16 Agustus 2020   01:05 Diperbarui: 16 Agustus 2020   05:26 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya, 

Indonesia sejak dulu kala, tetap di puja-puja bangsa ..."

Saya mengawali refleksi hari Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia ke 75, dengan mengutip sepenggal lirik awal, salah satu lagu wajib Nasional berjudul 'Indonesia Pusaka' karya Ismail Marzuki. Tujuannya hanya untuk menggeluti spirit lagu ini dengan fakta yang terjadi pada Bangsa Indonesia dalam merayakan HUTnya dalam situasi pandemi yang belum surut.

Judul tulisan di atas, sebenarnya bukan untuk mengulas sebuah keraguan atau ketidak-mungkinan, melainkan sebuah keniscayaan yang lahir dari beragam 'keraguan' yang saya cermati belakangan ini. Bahwasannya, Indonesia adalah Bangsa besar dan terbentuk atas jasa besar para pendiri, serta diriciki oleh keringat dan darah perjuangan para pahlawan Nasional. 

Indonesia bukan saja sebuah Negara yang terdiri dari sekumpulan orang-orang, atau sekumpulan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Marauke, dari Miangas sampai pulau Rote. Akan tetapi, lebih jauh dari pada itu, Indonesia adalah KITA; Indonesia adalah PERJUANGAN; Indonesia adalah KESATUAN dari KEBERAGAMAN - bhineka tunggal ika.

Bercermin dari akumulasi usia, bisa di kata, Indonesia kini sudah mulai memasuki masa renta atau manula (masa lanjut usia). Secara psikologis, masa ini, adalah masa di mana perilaku individu menjadi semakin tenang, stabil, dan semakin bijaksana dalam menyikapi kehidupan. Itulah sebabnya, di usia ini, wise sudah harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kepribadian Bangsa. 

Di usia ini, Indonesia sudah harus mencapai kestabilan politik, ekonomi, sosial dan budaya. 75 tahun merupakan usia yang tidak mudah bagi sebuah Bangsa. Kendati demikian, kita patut berbahagia karena semangat Pancasila yang menjadi fondasi 'rumah' Indonesia, masih kokoh berdiri, tak retak oleh perkembangan zaman. Hal itu terjadi karena kita berke-Tuhanan, kita berperi-kemanusiaan, kita selalu menjunjung tinggi persatuan, kita pun selalu bermusyawarah dan bermufakat untuk mencapai Indonesia yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Memamg harus diakui bahwa perjalanan suatu Bangsa atau Negara tidak bisa luput dari beragam problematika. Masih ada banyak hal yang perlu dibenahi, secara khusus terkait pandemi Covid-19 yang sudah melululantahkan berbagai sendi kehidupan, termasuk bidang ekonomi yang menjadi urat nadi kehidupan Indonesia. 

Banyak pakar ekonomi yang memprediksi bahwa perkembangan Indonesia akan mengalami kontraksi di triwulan (kaurtel) I dan bahkan II. Sungguh, sangat memprihatinkan melihat situasi dan keadaan Negara tercinta kita saat ini. Hemat saya, masih perlu strategi baru dari pemimpin bangsa ini, agar ke depan Indonesia bisa lebih baik lagi. 

Memaknai kemerdekaan di masa pandemi ini, memang berat. Akan tetapi, spirit perjuangan harus terpatri kaat dalam nurani kita, sehingga api harapan akan Indonesia emas bisa tetap bernyala. Pandemi bukanlah musuh berat. Adanya wabah ini haruslah dimaknai sebagai ujian bagi kita sehingga spirit kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia terus kita ingat dan mewujudnyatakannya dalam kehidupan keseharian kita. 

Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraannya, secara tegas menyatakan bahwa pandemi Covid-19 haruslah dimaknai bukan sebagai sesuatu yang buruk dan negatif, melainkan harus dilihat sebagai kesempatan untuk kita berbenah. Pandemi ini tidak boleh membuat semangat kita menjadi kendor dan pasrah pada keadaan. Justru kita harus bangkit melawan dengan 'membajak' situasi ini melalui kreatifitas dan inovasi terbaik agar roda kehidupan kita terus bergerak naik.

Lain dari pada itu, di perayaan akbar ini, kita juga harus mengakui dengan bangga bahwa dari bidang pemerintahan, ipoleksosbudhankam masih kokoh dan terus berkembang sekalipun di masa pandemi. Sistem ideologi politik ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, perlu dijaga dan berkeseimbangan agar kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih kuat dan bisa bersaing secara global. 

Yang sangat disayangkan adalah kita kadang hanya melihat berbagai persoalan yang terjadi, tapi sukar untuk mencari solusi. Kita kadang hanya mengkritik tanpa melakukan suatu inovasi yang bisa dijadikan usulan. Kita terlalu sibuk dengan hanya melihat kekurangan yang ada, sampai lupa untuk memberikan apresiasi terhadap pencapaian Indonesia yang semakin maju dari tahun ke tahun. Padahal, dunia Internasional sudah sering memberikan apresiasi terhadap Indonesia.

Dari sini, maka pertanyaan dasarnya adalah, sudah sejauh mana Indonesia dipuja para bangsa? Pernahkah kita memuja bangsa kita sendiri dengan sesuatu yang nyata? Kalau membaca berita, kita akan menemukan cukup banyak Negara di dunia yang selalu memuji Indonesia. Pada berita di koranbernas.id, ditemukan bahwa kalangan dunia internasional memuji Indonesia yang mampu mempertahankan nilai-nilai dan tradisi, terutama tradisi keislaman yang selama ini dipegang teguh oleh kalangan warga Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah. 

Tradisi inilah yang merepresentasikan Islam rahmatan lil alamiin. Setidaknya inilah pandangan Executive Director American Islamic Congress, Zainab Al-Suwaij, dalam konferensi pers pemaparan hasil The 2nd Global Unity Forum 2018, Forum Lintas Agama Lintas Negara, Jumat (26/10/2018), di Hotel Marriot Yogyakarta.

Lain dari pada itu, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Jenderal TNI (Purnawirawan) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia banyak dipuji oleh negara-negara di dunia karena kepemimpinan Presiden RI saat ini. Dalam pengalamannya, ketika diundang mengikuti Forum Ekonomi Dunia atau dikenal dengan nama World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, 22-25 Januari 2019, berbagai negara peserta dalam forum tersebut menyebutkan Indonesia merupakan negara yang paling stabil di antara negara-negara berkembang saat ini.

Saya kira, dua contoh di atas, hanya merupakan gambaran kecil yang disuguhkan pada kita untuk menujukkan bahwa Indonesia masih diakui oleh banyak Negara di dunia. Masih ada banyak sekali pujian dan penghargaan serta pengakuan dari Negara lain terhadap perkembangan Indonesia yang diakui secara internasional. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita berbangga atas semua pencapaian dan pujian yang diberikan. 

Kendati demikian, kita tidak boleh hanyut dan terbuai dalam pujian. Kita jangan cepat puas dengan apa yang sudah diperoleh saat ini. Sebagai warga Negara yang baik, alangkah indahnya kalau kita memupuk terus semangat perjuangan guna memajukan Indonesia. Untuk itu, salah satu kunci kesuksesan adalah dengan berkolaborasi menciptakan inovasi di berbagai bidang kehidupan. Kecepatan dan inovasi haruslah disemangati oleh spirit gotong royong, sehingga Indonesia tidak kalah bersaing dengan Negara maju lainnya.

Perbedaan janganlah dijadikan alasan untuk tidak bersatu. Perbedaan adalah kekayaan yang patut dijaga dan dirawat sehingga menjadi aset berharga yang bisa dinampakkan pada dunia. Perbedaan dan keberagaman suku, agama, ras dan etnik yang ada di Indonesia adalah aset berharga yang tidak dimiliki bangsa lain.

Kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) adalah milik kita yang patut dilestarikan. Hanya Indonesialah yang memiliki 17.504 pulau, dengan 7.870 di antaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama. Hanya Indonesia saja yang memiliki lebih dari 1.200an kelompok etnik atau suku (BPS 2010). 

Hanya Indonesialah yang memiliki 652 bahasa daerah yang berbeda (Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2017), dan masih banyak lagi keunggulan serta kekhasan yang tidak dimiliki Negara lain. Dari semua ini, masih pantaskah kita meragukan keunggulan Indonesia? Masih ragukah kita akan kehebatan Indonesia? Jawabannya ada dalam diri kita sendiri.

Semangat persatuan yang dikobarkan oleh para pendahulu, haruslah terpatri dalam nurani setiap kita. Indonesia, masih harus terus berbenah menuju era emas. Indonesia sangat membutuhkan kecerdasan anak bangsa yang tak jemu berkompetisi dan berinovasi. Semua itu hanya akan tercapai jika kita mau bekerja sama dalam semangat gotong royong. 

Proses mencapai Indonesia emas masih panjang. Pujian yang diperoleh kiranya menjadi motivasi bagi kita untuk terus berjuang membawa Indonesia menuju puncak kejayaan. 

Saya rasa, pertanyaan probabilitas dalam judul tulisan di atas, sudah terjawab. Itu semua karena kita memiliki keunikan dan kekhasan yang menyatukan kita dalam keberagaman oleh dasar Pancasila. Senada dengan Presiden Jokowi, mari kita 'bajak' situasi pandemi ini dengan beragam inovasi dan kreatifitas agar Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan dan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dirgahayu Indonesiaku! Jayalah selalu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun