Dalam setiap kelompok geng, tentu ada semangat yang menjadi jiwa atau dasar penggerak bagi setiap anggotanya. Mental, kepercayaan diri dan keberanian merupakan hal yang harus ada dalam diri anggota kelompok geng. Bahkan ada semboyang 'berani karena benar dan takut karena salah' mungkin selalu menjadi pegangan mereka dalam bertanggung jawab atas apa yang mereka hadapi dan lakukan. Prinsip ini adalah hal yang baik sejauh masih didasari oleh spirit persaudaraan.Â
Namun, bisa menjadi bencana kalau spirit tersebut disalahgunakan oleh anggota yang hanya mengedepankan sikap agresif. Untuk itu, sekali lagi perlu ada upaya prefentif dalam mengatasi parilaku agresif dalam diri setiap anggota kelompok geng agar bisa meminimalisir konflik yang tak kunjung usai. Upaya tersebut bisa diatasi tidak saja dengan latihan mental, seperti latihan keberanian dan kepercayaan diri, tetapi melatih para anggota agar bisa mengendalikan emosi dan mengontrol diri adalah hal yang paling penting serta diutamakan oleh para pemimpin (ketua) suatu kelompok geng (dalam hal ini John Kei dan Nus Kei). Dengan begitu, perilaku agrsif bisa dikendalikan dan direpres dengan baik.
Perlunya Kontrol Diri (Self Control) dalam Kelompok Geng
Dalam ranah psikologi, self control (kontrol diri) berkaitan dengan bagaimana seorang mengendalikan emosi serta berbagai dorongan dari dalam dirinya. Dalam ranah yang paling sederhana, kontrol diri merupakan pengaturan segala proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang. Semakin tinggi tingkat kontrol diri seseorang, maka semakin kuat pengendalian tingkah laku yang bertentangan dengan norma sosial sehingga membawa seseorang ke perilaku yang positif.Â
Dari pengertian ini, maka saya ingin memberi masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi para pemimpin (ketua) kelompok geng, bahwa ada 3 aspek penting yang harus diperhatikan dan dikembangkan berkaitan dengan peningkatan kontrol diri bagi para anggota suatu kelompok geng. Aspek tersebut adalah (1) kontrol perilaku (behavior control), yakni kesiapan atau kemampuan seseorang untuk memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.Â
Kemampuan mengontrol perilaku merupakan kemampuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi, dirinya sendiri, orang lain, atau sesuatu di luar dirinya. (2) Kontrol kognitif (cognitive control) yakni, kemampuan seseorang utuk mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau memadukan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. (3) Kontrol dalam mengambil keputusan (decision making), yakni kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini atau disetujui secara tepat sesuai norma sosial.
Apabila ketiga aspek kontrol diri tersebut dipahami dan dijalankan oleh setiap anggota di dalam kelompok geng, maka sudah pasti perilaku agresif akan menurun. Karena itu, penting bagi para pemimpin (ketua) dari semua kelompok geng yang ada, khususnya John Kei dan Nus Kei agar memperhatikan ketiga aspek tersebut sehingga secara perlahan bisa diterapkan didalam aktivitas kelompok geng.Â
Dengan begitu, spirit persaudaraan dan niat baik dari perkumpulan/kelompok geng itu menjadi lebih positif dan tidak lagi terjadi hal-hal buruk atau stigma negatif masyarakat mengenai keberadaan kelompok geng tersebut. Kiranya kita semua bisa saling mengharagi satu sama lain, supaya tercipta ketentraman dalam hidup kebersamaan. Salam Satu Hati. Damai untuk Semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H