Karena itu, usul sederhana, kalau memang niatnya menjaga kondisi udara dan atmosfer, maka caranya bukan menghapus BBM, tapi bisa dengan mengurangi jumlah aktivitas kendaraan yang ada. Kenapa tidak berlakukan secara tegas dan serius hari khusus bebas kendaraan (Car free Day) yang sudah ada saat ini? CFD jangan hanya dijadikan semboyan belaka, tapi harus benar-benar dipertegas dan dimanfaatkan secara baik.
Saya yakin, jika 3 hari dalam satu minggu, aktivitas kita dijalani dengan kendaraan umum (bepergian menggunakan angkutan umum), maka pasti, polusi udara bisa teratasi.
Bukan bermaksud mau membanding, tetapi kalau bicara soal polusi, saya kira jelas, bahwa polusi terbesar di Indonesia hanya terjadi di kota-kota besar (metro/megapolitan). Sedangkan kami, yang di dusun kecil ini, udara masih bisa terhirup dengan segarnya.
Kendati peminat premium dan pertalite paling besar, tetapi karena kendaraan masih sdikit, maka udara kami masih bersih.
Karena itu, mungkin wacana penghapusan BBM jenis premium, pertalite, dan solar lebih cocok diberlakukan di kota besar dengan tingkat polusi udara yang tinggi.
Sedangkan untuk kota-kota yang lain (di bagian timur Indonesia), tetaplah dengan BBM bersubsidi karena itulah fakta yang kami alami selama ini.
Usulan lain, mungkin bisa dibuat pembagian: 1). SPBU khusus Peramax (dengan jenislainnya), dan 2). SPBU khusus premium, pertalite, dan solar.
SPBU khusus BBM bersubsidi ini hanya diperuntukkan bagi petani, nelayan, pelaku usaha kecil, dan masyarakat miskin, tidak untuk masyarakat kelas menengah dan atas.
Sekali lagi, besar harapan kami, semoga kebijakan yang diambil oleh para police maker, bisa memihak rakyat kecil. Kalau memang BBM bersubsidi (premium, pertalite, dan Solar), itu dihapus, maka harga pertamax dan jenis BBM lain (ramah lingkungan) wajib diturunkan agar kami mampu membelinya.
Semoga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa benar-benar terejawantahkan. Inilah suara kami anak-anak pelosok negeri yang masih opium pada premium.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H